Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Isi Jambi tak dapat dipijak lagi

Isi Jambi tak dapat dipijak lagi Suku anak dalam. ©istimewa

Merdeka.com - "Oh mengapa...

Oh...oh...ooooo...

Jelas kami kecewa

Orang lain juga bertanya?

Menatap rimba yang dulu perkasa

Kini tinggal cerita

Pengantar lelap si buyung"

Mungkin petikan lagu karya musisi legendaris Iwan Fals berjudul 'Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi' menjadi gambaran bagi Suku Orang Rimba di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNDB), Jambi. Bagaimana tidak, hingga kini mereka resah dengan tempat tinggalnya.

Bulan Maret lalu menjadi kabar duka bagi Orang Rimba. Sebelas anggota sukunya di temukan meninggal dunia. Diduga mereka kelaparan, karena hutan yang menjadi tumpuan hidup Orang Rimba terus berkurang. Mereka juga harus terusir dari tanah kelahirannya karena hutan itu kini sudah dibagi dengan pemilik perusahaan sawit.

Ihwal permasalahan bagi Orang Rimba bermula saat Keputusan Kementerian Kehutanan dan Perkebunan No.258/Kpts-II/2000, keluar. Isinya mengatur kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas dengan mengubah fungsi sebagian hutan. Ada pembagian beberapa fungsi lahan. Di antaranya ialah lahan untuk produksi terbatas Serengam Hulu seluas 20.700 hektar. Kemudian hutan produksi tetap Serengam Hilir seluas 11.400 hektar.

Sebagian lagi digunakan untuk penggunaan lain seluas 1.200 hektar dan terakhir dipergunakan untuk kawasan suaka alam dan pelestarian alam (Cagar Biosfer) seluas 27.200 hektar. Presiden Gus Dur pula yang menetapkan kawasan adat Orang Rimba menjadi Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) seluas 60.500 hektar pada 23 Agustus 2000

Pemerintah berdalih pengalihan fungsi hutan tersebut untuk kepentingan kelompok Orang Rimba yang ada di kawasan Bukit Dua Belas. Tujuan ialah meminimalisir illegal logging dan perambahan yang selama ini menjadi ancaman utama hutan di Bukit Duabelas. Namun pada kenyataannya penetapan penetapan itu merugikan keberadaan Orang Rimba. Karena penetapan ini membatasi ruang gerak Orang Rimba yang masih memegang tradisi meramu, menanam dan berburu.

"Orang Rimba kaget saat tahu sudah menjadi Taman Nasional," ujar salah satu anggota Suku Orang Rimba, Pengendum Kampung, saat berbincang melalui sambungan seluler, Senin kemarin.

Salah satu yang menjadi masalah orang rimba adalah penetapan zonasi di kawasan Taman Nasional. Ada enam zonasi di Taman Nasional Bukit Dua Belas yang ditetapkan. Adalah zonasi inti, zonasi rimba, zonasi pemanfaatan, zonasi tradisional, zonasi religi dan zonasi rehabilitasi.

Pengendum menjelaskan, zona inti adalah pangkal muara permasalahan. Sebab lokasi bercocok tanam Orang Rimba masuk dalam kawasan zona inti. "Di dalam zona inti sudah ada tertuang ada lahan perkebunan Orang Rimba, maka proses rehabilitasi atas tanaman yang dimusnahkan tidak akan dikenakan biaya ganti apapun," tutur Pengendum.

Permasalahan lain menurut Pengendum ialah konflik acap kali terjadi antara Orang Rimba dengan pendatang, transmigran. Zona pemanfaatan yang di buka pemerintah dengan membuka lahan untuk transmigrasi dan perkebunan kelapa sawit di hutan tempat Orang Rimba tinggal menjadi penyulut utama. Apalagi ada kepercayaan tanah milik nenek moyang bagi Orang Rimba.

Menurut Pengendum, persoalan ini semakin meruncing ketika pemerintah juga seolah tutup mata dengan keberadaan orang rimba. Dimulai saat penentuan lahan untuk transmigrasi yang hanya mengacu pada peta. Kemudian dengan mudah pemerintah juga memberikan izin kepada perusahaan sawit untuk menggunakan lahan. Padahal di lahan itu masih tinggal Orang Rimba.

Konflik itu yang terjadi hingga saat ini. Apalagi jika terjadi konflik, maka seluruh orang rimba akan menuai imbasnya. Kebanyakan kasus yang terjadi Orang Rimba menjadi korban masalah dari suku lain yang disamakan dengan Suku Orang Rimba.

"Masyarakat desa ini tidak pernah mengidentifikasi ini rombong mana? Lalu main hakim sendiri. Jadi tidak ada identifikasi ini rombongan mana," ujar Pengendum.

Ketua Kelompok Makekal Bersatu Mijak Tampung juga berpendapat serupa. Dia mengatakan, jika kebanyakan masyarakat umum selalu menyamakan seluruh Orang Rimba dengan sebutan suku anak dalam. Bahkan kerap disebut dengan sebutan lebih merendahkan, orang kubu, tidak beradab, kotor dan kafir. Tentu saja ini sebuah kesalahan besar yang terus menerus disebarluaskan.

Dalam suku Orang Rimba, terdapat banyak kelompok dengan sebutan yang berbeda. Antara lain ialah Kejasung, Makekal, Air Hitam, Terap dan Serengam. Mijak mengungkapkan, kekhawatiran orang rimba ketika ada pihak masyarakat sekitar Jambi yang terlibat konflik dengan suku anak dalam, tidak pandang bulu. Mereka menyamaratakan Orang Rimba.

"Tentu saja hal ini akan memperumit masalah dan semakin menambah luas wilayah konflik. Pemerintah Jambi sebaiknya mengimbau di mana titik-titik konflik yang kerap terjadi dan menindak dengan tegas siapa pemicu konflik tersebut," ujar Mijak.

(mdk/arb)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenal Jernang, Tumbuhan Unik yang Jadi Sumber Ekonomi Masyarakat Orang Rimba Jambi
Mengenal Jernang, Tumbuhan Unik yang Jadi Sumber Ekonomi Masyarakat Orang Rimba Jambi

Tumbuhan merambat yang hidup di hutan tropis ini telah dibudidaya oleh masyarakat Orang Rimba sebagai salah satu sumber pendapatan mereka.

Baca Selengkapnya
AHY Buka Suara Terkait Penolakan Alih Fungsi Hutan Adat hingga Viral Tagar 'All Eyes On Papua'
AHY Buka Suara Terkait Penolakan Alih Fungsi Hutan Adat hingga Viral Tagar 'All Eyes On Papua'

Sebelumnya tagar 'All Eyes On Papua' viral di media sosial akhir-akhir ini.

Baca Selengkapnya
Suara Orang Rimba Menyambut Pemilu: Berharap Kesejahteraan dan Perhatian
Suara Orang Rimba Menyambut Pemilu: Berharap Kesejahteraan dan Perhatian

Suara Orang Rimba Menyambut Pemilu: Berharap Kesejahteraan dan Perhatian

Baca Selengkapnya
BRGM Ajak 6 Provinsi Belajar Restorasi Gambut di Desa Pandan Sejahtera Jambi
BRGM Ajak 6 Provinsi Belajar Restorasi Gambut di Desa Pandan Sejahtera Jambi

Perwakilan 6 provinsi tersebut diundang untuk mempelajari restorasi gambut secara sistematis, terpadu dan terintegrasi.

Baca Selengkapnya
PDIP Kritik Food Estate Kejahatan Lingkungan, Gerindra: Pakai Tanah Rawa, Bukan Babat Pohon
PDIP Kritik Food Estate Kejahatan Lingkungan, Gerindra: Pakai Tanah Rawa, Bukan Babat Pohon

Gerindra Luruskan Tudingan PDIP Sebut Food Estate Kejahatan Lingkungan: Pakai Tanah Rawa, Bukan Babat Pohon

Baca Selengkapnya
Menteri Hadi Bagikan Sertifikat Redistribusi di Jambi: Tidak Bisa Dijual Selama 10 Tahun
Menteri Hadi Bagikan Sertifikat Redistribusi di Jambi: Tidak Bisa Dijual Selama 10 Tahun

Menteri ATR/Kepala BPN menyerahkan 279 sertifikat redistribusi tanah secara door to door.

Baca Selengkapnya
BNPB Ungkap Alih Fungsi Hutan Memperparah Dampak Longsor di Bandung Barat
BNPB Ungkap Alih Fungsi Hutan Memperparah Dampak Longsor di Bandung Barat

“Maka dalam rencana jangka panjang kami merekomendasikan supaya masyarakat direlokasi ke tempat yang lebih aman," kata Abdul

Baca Selengkapnya
Warga Kampung Bayam Terdampak JIS, Ketua DPRD DKI Minta Tiru Cara Jokowi-Ahok
Warga Kampung Bayam Terdampak JIS, Ketua DPRD DKI Minta Tiru Cara Jokowi-Ahok

Prasetio berharap berharap eksekutif dan legislatif duduk bersama mencari jalan keluar mengenai Kampung Susun Bayam.

Baca Selengkapnya
Jalankan Instruksi Presiden, PalmCo Alokasikan 50 Hektare Lahan Sawit untuk Konservasi Satwa
Jalankan Instruksi Presiden, PalmCo Alokasikan 50 Hektare Lahan Sawit untuk Konservasi Satwa

perusahaan berkomitmen untuk menjadikannya sebagai wilayah konservasi satwa bongsor berbelalai tersebut.

Baca Selengkapnya
Kesal Gajah Obrak Abrik Kebun Sawit, Masyarakat Tanjabbar Rusak Kantor BKSDA dan FZS Jambi
Kesal Gajah Obrak Abrik Kebun Sawit, Masyarakat Tanjabbar Rusak Kantor BKSDA dan FZS Jambi

Semua anggota BKSDA dan FZS Jambi sudah dievakuasi ke kantor polisi terdekat.

Baca Selengkapnya
Sekejap Keindahan Pulau Rempang Berubah Jeritan dan Air Mata
Sekejap Keindahan Pulau Rempang Berubah Jeritan dan Air Mata

Buntut warga Pulau Rempang bentrok dengan polisi, sejumlah orang jadi tersangka.

Baca Selengkapnya