Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ismail Fajrie Alatas (1): Habib dan kiai juga butuh duit

Ismail Fajrie Alatas (1): Habib dan kiai juga butuh duit Ismail Fajrie Alatas (Twitter.com)

Merdeka.com - Bukan rahasia umum lagi jika para habib di Jakarta, dengan basis jamaah pengajian besar, dekat dengan siapa saja, mulai masyarakat biasa, pengusaha, politisi, pejabat tingkat kota, provinsi, hingga penguasa negeri ini. Misalnya, Majelis Habib Ali Alhabsyi di Kwitang, Jakarta Pusat, dikenal dekat dengan Partai Golongan Karya dan penguasa Orde Baru. Majelis Rasullullah yang diasuh Habib Mundzir bin Fuad Almusawa pernah mengundang calon presiden Jusuf Kalla. Majelis Shalawat dan Zikir Nurul Musthofa yang dipimpin Habib Hasan bin Ja’far Assegaf menggaet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Seorang pengurus sekretariat Majelis Rasulullah, Wahyu, menolak pengajiannya dianggap memiliki afiliasi politik kepada partai tertentu. ”Sampai sekarang kami tidak ada urusan dengan partai politik,” kata dia, dua pekan lalu.

Abdulrahman, orang yang dituakan dalam sekretariat majelis Nurul Musthofa, memilih berkomentar lebih terbuka.”Mereka (politisi) memang sering datang ke pengajian. Silakan datang saja, kalau pengen ikut bershalawat.”

Menurut pemerhati diaspora orang-orang Hadrami di Asia Tenggara, Ismail Fajrie Alatas, sejarawan sekaligus kandidat doktor di University of Michigan, Amerika Serikat, hubungan politisi atau penguasa dengan habaib atau kiai dan ulama itu simbiosis yang mutualisme atau hubungan saling menguntungkan.”Yang saya tahu, para kiai besar, habib-habib besar, yang memiliki massa besar, selalu seperti itu. Mungkin jual beli suara nggak terlalu eksplisit. Tapi artinya politisi pasti ngasih uang, untuk ini dan itu,” ujarnya.

Kepada Muhammad Taufik dari merdeka.com yang menemui dia seusai mengajar di Universitas Indonesia, kemarin, Ismail menjelaskan soal itu. Berikut penuturannya:

Menurut Anda, para habib memiliki afiliasi terhadap partai politik tertentu?

Saya rasa mereka tidak berpolitik secara total, membawa majelis-majelis ini ke ranah politik. Tapi sebagai individu, mereka tetap punya hak berpolitik. Hanya cara-caranya, misalnya Habib Mundzir, saat pemilihan gubernur DKI lalu. Salah satu calonnyaFauzi Bowo, dikenal orang Nahdhatul Ulama, deket dengan habaib, deket dengan ulama, dari kecil mengaji di Kwitang. Calon lainnya, Adang Darajatun, yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Mundzir tidak bisa bilang nyoblos sana. Mundzir mengatakan, ”Coba nanti kalau milih gubernur, cobloslah yang senang maulid, jangan coblos seseorang yang tidak senang bermaulid." Itu isyarat besar. Padahal, kakaknya pengurus tinggi PKS.

Apakah ada gejala habaib mendekati penguasa untuk sebuah kepentingan tertentu?

Ya, mungkin saja. Sekarang misalnya, mereka (habaib) di suruh ngajar seperti itu, terus mereka dapat duit dari mana? Ya kan? Emangnya ada wakaf dari negara untuk ustad-ustad atau habib-habib itu. Kan nggak ada. Dengan demikian, mereka juga harus cari mata pencarian juga. Ini kan untuk membantu keuangan. Misalnya, untuk menghidupkan majelis, dijual poster, kalender, jaket, CD. Nah, ini membantu juga keuangan.

Bagaimana soal jual-beli suara?

Saya tidak tahu apakah dua majelis ini (Majelis Rasulullah dan Nurul Musthofa) ada atau tidak. Tapi yang saya tahu para kiai besar, habib-habib besar, yang memiliki massa besar selalu seperti itu. Mungkin jual-beli suara, tapi tidak terlalu eksplisit. Tapi artinya politisi pasti ngasih uang, untuk ini. Ya kan dia juga harus mengelola masyarakatnya. Ini kan hubungan patronase. Dia (para habib) juga perlu duit untuk membikin majelis maulid. Memberi makan orang segitu banyak, duitnya dari mana? Ya dari politikus, dari penguasa besar. Politikus dan Penguasa besar bisa duduk di panggung menjadi kapital. Ini simbiosis mutualistis, saling menguntungkan. Politikus butuh visibility (pandangan) dari habaib. Tapi untuk mendapat visibility itu kan butuh duit. Misalnya, untuk masak kambingnya dan lain-lain.

Apakah dengan mendekat ke penguasa atau politisi, keberadaan atau kepentingan habib dan majelis aman?

Tradisinya, kiai-kiai besar, habib-habib besar seperti itu. Tapi mereka tidak butuh politikus untuk menjalankan kepentingan, justru politikus butuh mereka karena mereka punya massa, sehingga didekati oleh politisi.

Apakah Anda melihat majelis taklim di Jakarta sudah dipakai sebagai kendaraan politik? Misalnya saat kehadiran Jusuf Kalla ke Majelis Rasullulah dan Presiden di Nurul Musthofa.

Tidak seeksplisit itu juga. Kalau JK (Jusuf Kalla) datang ke MR (Majelis Rasulullah) dan SBY datang ke NM (Nurul Musthofa), itu haknya siapa saja untuk hadir. Itu majelis umum. Kalau sebagai kepala negara atau menteri datang, pasti dikasih waktu bicara. Itu bagian dari ulil amri. Siapapun datang pasti diterima. Mundzir dan Hasan saya rasa tidak tertarik menggunakan organisasinya untuk kepentingan politik. Tapi pilihan politik perseorangan itu biasa. Misalnya, Mundzir pilih gubernur yang suka maulid, itu kan persoalan preferensi.

Biodata

Nama            : Ismail Fajrie Alatas

Tempat/Tanggal Lahir    : Semarang, 18 September 1983

Alamat                : Jalan Kenanga Terusan, Kav 10 Nomor 2, Jeruk Purut

Pendidikan:

1.    Sekolah Menengah Pertama Al-Ikhlas, Jakarta

2.    Sekolah Menengah Atas Khalid Islamic College of Victoria, Australia

3.    S1 (Sejarah) University of Melbourne, Australia

4.    S2 (Sejarah) National University of Singapore

5.    S3 (Sejarah dan Antropologi) University of Michigan, Amerika Serikat (masih proses) (mdk/fas)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
VIDEO: Cak Imin Bocorkan Kiai Digoda Uang Miliaran Pilih dari Paslon Lain: Waspada Pilpres Keras!
VIDEO: Cak Imin Bocorkan Kiai Digoda Uang Miliaran Pilih dari Paslon Lain: Waspada Pilpres Keras!

Cak Imin menceritakan ada seorang kiai diberikan uang miliaran rupiah untuk mendukung salah satu pasangan capres dan cawapres.

Baca Selengkapnya
Cak Imin Tuding Ada Operasi Uang Agar Kiai PKB Tidak Bantu Pemenangan AMIN
Cak Imin Tuding Ada Operasi Uang Agar Kiai PKB Tidak Bantu Pemenangan AMIN

Namun, para kiai tetap bergerak untuk membantu pemenangan Anies-Muhaimin.

Baca Selengkapnya
Mengenal ‘Uang Perahu’, Mahar Politik Dibutuhkan untuk Jadi Calon Wakil Rakyat
Mengenal ‘Uang Perahu’, Mahar Politik Dibutuhkan untuk Jadi Calon Wakil Rakyat

Ikhsan pernah melakukan penelitian saat pemilihan Walikota Serang, Banten tahun 2013 dan mendapati salah satu calon membayar Rp5 miliar.

Baca Selengkapnya
MUI:  Serangan Fajar Bagian dari Politik Uang Itu Haram
MUI: Serangan Fajar Bagian dari Politik Uang Itu Haram

"Kalau dalam agama itu hukumnya haram, karena serangan fajar bagian dari money politics."

Baca Selengkapnya
VIDEO: PDIP Usul Politik Uang dalam Pemilu Dilegalkan KPU
VIDEO: PDIP Usul Politik Uang dalam Pemilu Dilegalkan KPU "Tanpa Duit, Rakyat Tidak Pilih"

Anggota Komisi II DPR RI Fraksi PDIP Hugua mengusulkan, agar money politics dilegalkan dengan batasan tertentu di Peraturan KPU pencalonan di Pilkada

Baca Selengkapnya
Uang Perahu Jelang Pemilu, Apa Itu?
Uang Perahu Jelang Pemilu, Apa Itu?

Uang perahu ini akan banyak ditemukan menjelang pemilu.

Baca Selengkapnya
Legislator PDIP Usul KPU Legalkan Money Politik dalam PKPU
Legislator PDIP Usul KPU Legalkan Money Politik dalam PKPU

Usul itu diajukan saat Komisi II rapat bareng Komisi Pemilihan Umum (KPU) di DPR

Baca Selengkapnya
VIDEO: Nama Senator Komeng Menggema di Acara Lemhanas, Refly Harun
VIDEO: Nama Senator Komeng Menggema di Acara Lemhanas, Refly Harun "Uhuy"

Pakar Hukum Tata Refly Harun mengatakan alasan Pilkada, Pileg, hingga Pilpres mahal karena pertemuan calon dengan pemilih membutuhkan biaya.

Baca Selengkapnya
Bingung Menyikapi Money Politik? Ini Tips dari Mahfud MD
Bingung Menyikapi Money Politik? Ini Tips dari Mahfud MD

Jika ditekan seseorang untuk memilih nama-nama tertentu, dia pun menyarankan untuk di-iyakan saja. Tetapi pada hari H nanti, silakan memilih sesuai hari nurani.

Baca Selengkapnya
Fenomena Politik Uang dalam Pemilu, Begini Pengaruhnya
Fenomena Politik Uang dalam Pemilu, Begini Pengaruhnya

Politik uang dalam pemilu adalah sebuah praktik yang melanggar aturan pemilu, di mana calon atau tim kampanye memberikan uang kepada pemilih.

Baca Selengkapnya
Blak-blakan Mahfud MD Ungkap Modus Jual Beli Suara di Pemilu, Ada Borongan dan Eceran
Blak-blakan Mahfud MD Ungkap Modus Jual Beli Suara di Pemilu, Ada Borongan dan Eceran

Sebelumnya, Mahfud juga pernah dibuat geleng-geleng kepala akan praktik korupsi di tanah air yang sudah parah.

Baca Selengkapnya
Adi Prayitno: Kalau Anies Menang, Sangat Mungkin Ormas yang Dibubarkan Dipulihkan Kembali
Adi Prayitno: Kalau Anies Menang, Sangat Mungkin Ormas yang Dibubarkan Dipulihkan Kembali

Adi menilai, bisa saja nantinya AMIN memulihkan status FPI yang sempat dibubarkan

Baca Selengkapnya