Jejak Timur Tengah di Kampung Condet
Merdeka.com - Menelusuri jalan raya Condet seolah berada di Timur Tengah. Kampung betawi ini memang kental dengan rasa Arab di dalamnya. Toko-toko penjual busana muslim dan produk dari Tanah Suci seperti air zamzam menarik perhatian mata. Wangi shisha bercampur parfum menusuk hidung. Belum lagi aroma makanan dari rumah makan yang menyajikan masakan Timur Tengah seperti nasi kebuli dan nasi mandhi. Tak heran, banyak warga Ibu Kota mengenal Condet dengan perkampungan Arab.
Julukan ini disematkan seiring dicabutnya SK Gubernur Ali Sadikin yang sebelumnya menetapkan Condet sebagai kawasan cagar budaya Betawi. Secara tidak disadari rasa dan nuansa Arab yang dibawa pendatang, masuk dalam kehidupan mereka sebagai orang betawi asli. Kondisi ini tidak aneh mengingat semakin banyak warga pendatang keturunan Arab bermukim di Condet.
Hasan Al Masyhur, salah satu warga keturunan Betawi dengan darah Timur Tengah di dalamnya.
-
Bagaimana Batik Betawi berkembang di Jakarta? Mengutip situs Indonesia Kaya, melihat antusiasme pasar batik di Jakarta yang menjanjikan, pengusaha batik Tionghoa mendatangkan perajin dari kota batik Pekalongan dan Solo untuk membangun industri batik di Jakarta.
-
Apa nama wilayah Jakarta di masa awal? Siapa sangka jika Ibu Kota Jakarta dulunya hanya sebuah wilayah pelabuhan kecil dengan luas wilayah sekitar 125 KM persegi.
-
Apa itu ketapel Betawi? Ketapel menjadi permainan tradisional yang legendaris di Jakarta.
-
Siapa saja orang Bekasi yang tercatat? Keenamnya diketahui berasal dari beberapa kampung, seperti Amat Bin Amat asal Gabus, Noran Bin Miet asal Tanah Doearatoes, Sani asal Lembur Pulo Panjang, Sajian asal Rawa Bamboe, Saderi asal Bekasi dan seorang perempuan, Nyi Isah bin Ning asal Teloek Poetjoeng.
-
Apa ciri khas Batik Betawi? Batik Betawi memiliki ciri khas dalam teknik pembuatannya. Meskipun sudah banyak pembatik yang menggunakan cap, para perajin Batik Betawi lebih memilih mempertahankan teknik tulis tradisional.
-
Siapa yang membuat asinan Betawi di Tangerang? Hj. Sofy sendiri sudah aktif menjadi penjual asinan sejak tahun 1975.
"Kakek saya Habib Muhsin bin Muhammad Al Attas dari Yaman, keluarga ibu saya asli Betawi, asli Condet, ya disebutlah Betawi keturunan Arab," cerita Hasan saat berbicang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Kakeknya adalah salah satu ulama besar Condet. Hasan mengisahkan, awal abad ke-19, para imigran dari Yaman Selatan berdatangan ke Tanah Air. Mereka menggunakan kapal uap yang menggantikan kapal layar. Dengan begitu pelayaran lebih cepat dan aman menuju Indonesia.
"Tahun 1934 orang Arab hijrah ke sini, tujuannya buat dagang sambil syiar," kata Hasan.
Warga keturunan Arab yang datang dan bermukim di Condet berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Warga Arab kebanyakan datang seorang diri, kemudian menikahi wanita pribumi. Terlebih, mereka beragama Islam sehingga lebih cepat berbaur dengan penduduk setempat.
Meski budaya Arab kian melekat dengan kawasan Condet, masyarakat Condet enggan menyebut wilayahnya dengan sebutan Kampung Arab. Mereka lebih senang menjunjung tinggi nama Kampung Betawi.
"Bukan cuma dari Arab kok (yang tinggal di Condet), ada juga orang China. Dari dulu Condet itu ya Kampung Betawi," kata Iwan Setiawan, tokoh masyarakat Balekembang, sekaligus pendiri Yayasan Cagar Budaya Condet. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penetapan cagar budaya Betawi di Condet sendiri sebelumnya dilakukan oleh Gubernur Ali Sadikin.
Baca SelengkapnyaSalah satu kesenian budaya dari Bumi Rafflesia ini buah hasil akulturasi budaya Arab yang kini sudah menjadi warisan budaya Indonesia.
Baca SelengkapnyaHabib merujuk pada sebuah gelar bangsawan untuk menyebut orang yang memiliki garis keturunan Rasulullah SAW
Baca SelengkapnyaKini Ampel tidak hanya terkenal dengan wisata religinya, tapi juga pusat belanja dan kuliner favorit
Baca SelengkapnyaDialek Betawi Jawa ini memang belum banyak yang mengatahui, dan menjadi budaya unik serta khas.
Baca SelengkapnyaSaat islam dikenalkan sedari dini, maka ke depan sang anak akan lebih memahami dan bisa mempraktikkan ajarannya dengan baik.
Baca SelengkapnyaKeberadaan makam Yahudi di sana diyakini telah berumur ratusan tahun
Baca SelengkapnyaDesa ini dikenal sebagai pusat peradaban sejak zaman Hindu Buddha di Indonesia
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat Betawi, lebaran haji atau hari raya Iduladha sama sakralnya dengan Idulfitri sehingga tak ingin dilewatkan begitu saja.
Baca SelengkapnyaAda banyak kisah di Jatinegara, mulai dari dua versi nama sampai warganya keturunan Banten.
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca SelengkapnyaPenemuan candi ini begitu misterius karena tidak ada bukti mengenai siapa yang membangun dan kapan dibangun.
Baca Selengkapnya