Jeritan hati puteri nurani raja terkunci
Merdeka.com - "Kami tidak akan menyerah tanpa berjuang meski kehilangan berat badan dan energi," tulis Puteri Sahar binti Raja Abdullah bin Abdul Aziz as-Saud dalam akun Twitternya Sabtu dua pekan lalu.
Sahar (42 tahun), Maha (41 tahun), Hala (39 tahun), dan Jawahir (38 tahun) kini tersekap atas perintah ayah mereka. Sahar bareng Jawahir ditawan dalam sebuah istana di Kota Jeddah. Sedangkan Maha dan Hala telah dipindahkan di lokasi belum diketahui.
Sejak Maret lalu pasokan makanan, minuman, dan air bagi Sahar bersama Jawahir dihentikan. Listrik juga sering dipadamkan. Sedangkan Maha dan Hala dalam kondisi sakit parah dan perlu segera ditangani dokter.
-
Apa reaksi ayah terhadap putri nya? Dia langsung mencium kening putrinya. 'Dia langsung mendekati anaknya kemudian mencium keningnya,' demikian dikutip dari keterangan video.
-
Bagaimana cara mengobati rasa rindu pada ayah? Sebagai bentuk ungkapan isi hati, Anda bisa menulis kata-kata rindu ayah di selembar kertas. Meskipun sederhana, namun hal ini bisa membantu mengobati rasa rindu Anda.
-
Bagaimana ayah memahami anak perempuannya? 'Ayah sulit memahami seorang wanita, tapi ayah berjanji akan selalu belajar untuk memahami mu nak.'
-
Kenapa ayah ini merasa sedih? Mendapati sang putri jadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dia ikut merasa pilu. Tak ada orang tua yang tak hancur melihat buah hati mereka mengalami penderitaan.
-
Apa pengaruh ayah ke anak perempuan? Seorang ayah berkontribusi dalam membangun rasa percaya diri, mengajarkan kemandirian, serta membentuk pola hubungan romantis yang positif bagi putrinya.
-
Bagaimana reaksi sang putri terhadap ayahnya? Beberapa kali, sang putri membalas pertanyaan sang ayah dengan gerakan menggeleng. Beberapa kali, gadis tersebut nampak menghapus air mata sembari mengusap wajah sang ayah.
Namun layanan itu belum diterima Maha dan Hala dalam satu dasawarsa terakhir. Sahar sekaligus Jawahir juga bernasib serupa empat tahun belakangan.
Kamar ditempati Sahar dan Jawahir tidak nyaman. Mereka kerap merasa gerah karena penyejuk udara tidak berfungsi. Kepinding dan tikus juga terlihat di sana.
Empat bersaudara ini sudah ditawan sejak 2001. Setahun setelah ibu mereka, Puteri Alanud al-Fayiz kabur ke Ibu Kota London, Inggris, Raja Abdullah mulai menekan darah dagingnya.
Makanan dan minuman mereka dicampur dengan obat bius. Hubungan telepon dengan sang ibu dilarang. "Mereka telah merasa mendapat tekanan sebelum saya pergi," kata Alanud kepada surat kabar the New York Post bulan lalu. Ketika dia mengetahui saya telah lari, dia bersumpah membunuh anak-anak saya pelan-pelan."
Raja Abdullah sebenarnya sudah membujuk Alanud agar mau pulang. Dia berjanji bakal membatalkan perceraian dan membebaskan Sahar, Maha, Hala, dan Jawahir. "Saya tahu itu tidak benar, saya tidak bisa mempercayai dia," ujar Alanud. Dia menyebut istana tempat empat anak perempuannya disekap seperti kandang.
Alanud sudah mengadu ke pelbagai pihak, termasuk Dewan Hak Asasi perserikatan Bangsa-Bangsa dan Presiden Amerika Barack Hussein Obama baru-baru ini melawat ke Arab Saudi. Namun sampai sekarang tidak ada tanggapan.
Pengacaranya, Roland Duma, telah menyurati Raja Abdullah. Dia meminta bertemu untuk membahas persoalan keluarga ini baik-baik. Namun permintaan mantan menteri luar negeri Prancis itu ditolak.
Alanud geram dengan pemimpin dunia dan organisasi internasional membiarkan kasus itu berlarut. "Bagaimana mereka bisa membiarkan ini terjadi? Hanya karena seseorang dengan kekuasaan dan uang ingin ini terjadi? Ini benar-benar memalukan."
Bukan sekadar siksaan mental, mereka juga mendapat penganiayaan fisik, kadang oleh saudara tiri lelaki mereka. "Mereka masuk dan memukuli kami dengan tongkat," tutur Sahar. "Mereka berteriak kepada kami dan mengatakan kami akan mati di sini."
Meski situasi mereka hadapi begitu sulit, Sahar dan Jawahir bersumpah akan tetap bertahan hingga mereka berhasil bebas. Dia bersumpah menggugat Raja Abdullah dan putranya, Abdul Aziz serta Mutaib, ke pengadilan. "Kami hidup di tengah reruntuhan. Kalian mendengar istana padahal kami tidak merasa hidup dalam istana," kata Sahar.
Sahar menegaskan dia bersama tiga adiknya benar-benar disekap. Mereka tidak boleh bertin dak atas kemauan sendiri. Semua dikontrol oleh Raja Abdullah, Pangeran Mutaib, dan pangeran Abdul Aziz. "Tidak seorang pun peduli kondisi kami, baik itu anggota keluarga atau seseorang di luar keluarga kami," ujarnya.
Hanya cinta dan kasih sayang sang ibu membuat mereka mampu bertahan. "Bahkan jika mereka telah mengambil pasokan udara buat kami, kami tetap teguh dan kami belajar semua itu dan ibu kami," tutur Jawahir.
Dia mengakui hubungannya dengan sang ayah tidak berjalan normal dan baik. Dia mengaku tidak ingat hal-hal manis semasa kecil bersama ayahnya.
Sahar tidak habis pikir bagaimana ayahnya bisa begitu membenci anak-anaknya setelah bercerai dengan ibu mereka. "Saya tidak bisa memahami itu. Bagaimana mungkin ayah bisa menghilangkan perasaan terhadap anak-anaknya?" katanya.
Tapi itulah kenyataannya. Nurani Raja Abdullah terkunci meski hati keempat putrinya menjerit.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksinya yang tak biasa ini membuatnya jadi figur ayah yang dirindukan banyak anak di internet.
Baca SelengkapnyaDiduga, pria berpeci hitam ini adalah ayah dari mempelai wanita.
Baca SelengkapnyaKisah seorang anak perempuan yang ditolak keluarganya setelah diusir.
Baca SelengkapnyaSeorang ayah memberikan pesan yang mendalam kepada menantunya agar selalu menjaga sang putri.
Baca Selengkapnya