Keahlian alami penjahit asal Minang
Merdeka.com - Siang itu memang terlihat sepi di Pasar Baru Bekasi, Jawa Barat. Di lantai dasar berjejer kios-kios pakaian maupun deretan penjahit. Di pojok pintu masuk blok J terpampang papan sebuah nama kios 'sejahtera'. Di dalamnya seorang lelaki asyik menggerakkan kaki dan tangannya sambil menjahit sebuah celana jins di atas mesin jahit.
"Di sini mah hampir semuanya penjahitnya asal Padang," ujar Salah satu penjahit kepada merdeka.com di lokasi, Bekasi, Jawa Barat, pekan lalu.
Selama ini memang tak banyak diketahui secara umum kalau masyarakat keturunan Minang mempunyai keahlian turun temurun menjadi penjahit. Kebanyakan memang menjadi pedagang baju dan membuka warung nasi Padang.
-
Siapa yang menciptakan peribahasa Minang? Budaya Minang dikenal sarat dengan pesan kehidupan yang kental.
-
Kenapa peribahasa Minang penting bagi masyarakatnya? Bagi masyarakatnya, kata-kata pepatah Minang tentu menjadi kebanggaan tersendiri untuk dipatuhi.
-
Siapa yang biasanya mewarisi keahlian menenun Songket Pandai Sikek? Keahlian wanita di Pandai Sikek dalam menenun songket ini pada umumnya diwariskan secara turun-temurun dalam sebuah keluarga. Biasanya mereka sudah mendapat ilmu menenun sejak usia tujuh sampai delapan tahun.
-
Bagaimana cara agar pepatah Minang bisa lebih dikenal? Pepatah ini bisa menjadi sarana untuk mengingatkan diri sendiri untuk berprilaku baik terutama ketika berada di lingkungan masyarakat.
-
Bagaimana cara membuat kain songket Minangkabau? Ada beberapa versi sejarah tentang teknik menenun kain ini. Pertama, tekniknya berasal dari Chaiya, Thailand, yang kemudian berkembang hingga Kelantan dan Terengganu. Sementara lainnya, teknik ini pertama kali diterapkan dan dikenalkan oleh pedagang Minang, Palembang, dan India yang sedang berlayar dari Palembang sejak zaman Sriwijaya.
-
Siapa pencipta tenun Siak? Mengutip dari situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, latar belakang berkembangnya tenun Siak ini berawal dari seseorang bernama Encik Siti binti E. Wan Karim.
Kembali ke kios penjahit 'sejahtera', Ade Yusmanto terlihat sibuk sesekali berbicara dengan pelanggannya dalam bahasa Minang. Pelanggannya masih kerabat dekat, dan tiga potong celana garapannya sudah selesai dikerjakan.
Membuka perbincangan, lelaki kelahiran Bukit Tinggi itu mengakui sejak usia lima tahun sudah terbiasa dengan mesin jahit. Dalam ingatannya merek mesin jahit pertamanya bertuliskan standar. "Pertama kali bisa menjahit masih bisa lurus saja," ujarnya sembari sibuk menjahit.
Dia memang sudah melanglang buana merantau sambil terus mengasah keahliannya. Sebagai lelaki keturunan minang, merantau memang menjadi pilihan pertama dalam hidupnya. Apalagi dengan sistem kebudayaan di tanah leluhurnya pantang sebagai lelaki berdiam diri.
"Sejak saat itu, menjahit menjadi modal awal saya buat merantau. Yah umur 16 tahun saya sudah ikut paman di Bandung, usaha konveksi," kata lelaki akrab disapa buyung itu.
Baginya, lahir dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan merantau menjadi pilihan. Dengan modal keahlian apa saja yang telah dipelajari di kampung. Apalagi di kampung halamannya cuma mendengarkan lagu bernuansa merantau dalam bahasa Minang.
Dia pun bercerita kalau menjahit memang rata-rata menjadi keahlian warga di kampung halamannya. Entah apa yang mendasarinya, menjahit pakaian menjadi tradisi warga keturunan minang dalam membuka usaha di mana saja. "Enggak ada khusus Padang sebelah mana, tapi kebanyakan dari Bukit Tinggi buat penjahit," katanya.
Hal tersebut juga diyakini Zulkarnain, sesama penjahit di tempat sama mengungkapkan orang Minang mempunyai sebutan pemain kain. Ada tiga bidang usaha menjual baju jadi, setengah jadi maupun penjahit.
"Kita biasanya sesama orang Padang, punya usaha di mana saja," ujar lelaki yang akrab disapa Bang Zul.
Bagi mereka jaringan Minang memang jadi andalan dalam berbagi rezeki. Saban ketumpahan orderan menjahit biasanya para penjahit Minang saling berbagi. Kriterianya pun berdasar pengalaman menjahit maupun hasil kerja dengan kualitas terbaik. "Enggak cuma saudara saja, kita lihat kerjanya juga. Dan pasti kita berbagi itu pasti," kata Zul.
Menurut Buyung, di beberapa wilayah pusat pakaian di Jakarta memang dipenuhi beberapa warga keturunan Minang. Seperti di Pasar Cipulir, Pasar Tanah Abang, maupun Pasar Senen.
Bagi warga Minang membuka usaha cuma berdasarkan pemasukan saban hari. Sesederhana saja bagi Buyung dan Zulkarnain, kenapa bagi masyarakat keturunan minang usaha tak jauh dari kebutuhan dasar. "Yah enggak jauh-jauh dari usaha warung makan, baju, dan penjahit, pasti setiap hari ada pemasukan walau cuma seribu, dua ribu," ujar Buyung. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada satu aturan atau sumpah yang harus dipatuhi oleh masyarakat yaitu kepandaian bertenun hanya boleh diwariskan kepada anak cucu.
Baca SelengkapnyaSiami membuat kain tenun secara turun temurun. Ia belajar dari ibunya yang juga seorang penenun tradisional
Baca SelengkapnyaKerajinan kain tradisional yang satu ini tak hanya sarat dengan makna, melainkan juga menjadi identitas dari masyarakat Sumatera Barat.
Baca SelengkapnyaRumah Rizki dan Ridho cukup luas. Andre Taulany sampai bengong.
Baca SelengkapnyaPara perempuan turut mewariskan keahliannya itu ke generasi selanjutnya agar kerajinan tangan ini tidak punah dimakan zaman modern.
Baca SelengkapnyaAnak muda zaman sekarang cenderung tidak tertarik untuk menjadi seorang pembatik
Baca SelengkapnyaPerajin tembaga di Desa Tumang sedang mengalami krisis regenerasi. Para pemudanya dinilai tidak mau repot belajar membuat kerajinan dengan kualitas tinggi.
Baca SelengkapnyaPakaian adat ini menjadi identitas utama bagi masyarakat Riau dan Kepri serta memiliki keunikan dan mengandung nilai-nilai kebudayaan tinggi.
Baca SelengkapnyaWae Rebo berada di ketinggian 1.100 mdpl. Dikelilingi perbukitan dan pegunungan.
Baca SelengkapnyaKeunikan dari tembikar tradisional Sungai Janiah ada pada pembentukan tembikar yang dibuat sembari dipangku di atas pelukan pengrajin yang duduk berselonjor.
Baca SelengkapnyaRumah Tuo Rantau Panjang jadi salah satu warisan nenek moyang Jambi 700 tahun silam yang masih bisa disaksikan hingga sekarang.
Baca SelengkapnyaGadis Baduy ini cantik alami, dan sudah belajar menenun sejak usia 5 tahun.
Baca Selengkapnya