Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah mereka terdampar di rumah para lansia

Kisah mereka terdampar di rumah para lansia Rumah Jompo. ©2015 Merdeka.com/Untung Pramono

Merdeka.com - Di bawah langit siang, Jawiyah (81) terlihat bersemangat menceritakan hidupnya sebelum di Panti Sasana Tresna Wreda (PSTW) Margaguna. Dia menceritakan tangannya yang patah dan sulitnya buang air kecil serta besar saat akan dibawa ke panti jompo itu.

Bekas pembantu rumah tangga di Jalan Opir 1 daerah Pakubuwono itu mengaku sempat berobat di Rumah Sakit Cawang, namun kondisi tubuhnya yang renta tak membuatnya semakin baik. "Di Jakarta dulu saya bekerja sebagai PRT selama 30 tahun," kata nenek dua anak ini, pekan kemarin.

Berikutnya cerita Jawiyah terdampar di panti jompo lah yang menarik. Dia lantas mengisahkan perjalanan hidupnya di umur 'senja' ini dihabiskan di panti jompo. Keponakannya, bernama Oji, adalah pria yang mengantarnya ke rumah perawatan para manula itu. Dia sempat ditampung di PSBIBD (Panti Sosial Bangun Insan Bangun Daya) sebelum dibawa ke PSTW Margaguna itu.

Dua anak Jawiyah, lelaki bernama Yanto dan perempuan bernama Tati, entah sekarang keberadaan mereka di mana. Dia cuma ingat Yanto, anak lelakinya yang berangkat mengadu nasib menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi beberapa tahun lalu. Sampai sekarang, Yanto tidak bernah berkirim kabar. "Kata orang anak saya sehat di Mekkah," ujarnya.

Pernikahan perempuan beruban itu kandas setelah Yanto dan Tati lahir. Mantan suaminya lantas menikah lagi. Dari bini barunya itu lahir dua anak lagi. Namun nasib berkata lain, mantan suaminya meninggal dunia, begitu juga istri barunya. Lantas nasib dua anak yatim piatu anak mantan suaminya dirawat oleh Jawiyah. Mata Jawiyah lantas menerawang jauh nan misterius dan tidak melanjutkan cerita.

Jawiyah ini asli Betawi. Punya rumah di daerah Senayan yang kena gusur saat pemerintahan Gubernur Ali Sadikin sedang membangun proyek pengembangan jalan, hotel dan pusat perbelanjaan.

Tiba-tiba penghuni panti jompo lainnya ikut bercerita tentang hidupnya. Lina (65), namanya. Dia disebut-sebut memiliki gangguan jiwa. "Saya enggak ditanyain mas?," katanya memotong pembicaraan. "Saya tu dulu mimpi kali, bangun-bangun kok ada di sini," tuturnya.

Lina ngoceh tidak karuan. Dia misalnya, mengaku yang membangun Hotel Horizon dan Hotel Borobudur, namun dia tidak meminta apapun ke pemerintah. Lina mengaku orang Inggris keturunan Padang. Semakin berbicara ngawur dia mengatakan soal impor air ke Belanda dan pasar induk yang dibangun orang luar negeri.

"Saya itu keturunan Soekarno, orang tua saya yang bilang. Saya kenal Dubes Belanda kita itu impor air ke sana," ujarnya.

Dia juga membuat perumpamaan tentang hubungannya dengan keluarga. Lina nampak kecewa dengan keluarga di rumah yang menaruhnya di panti jompo itu. "Keluarga kalo jauh bau harum, kalo dekat bau tai. Artinya kalo dekat ribut melulu kalo jauh kangen," kata Lina

Teman akrab Lina ikut mendengarkan, namanya Jolita. Namun perempuan ini marah saat ditanya berapa umurnya. Dia merasa itu hal yang sensitif. "Jangan tanya umur itu enggak sopan mas, ngapain tanya pribadi orang saya kan enggak lagi bikin KTP," ucap jolita ketus.

Pekerja di Panti Jompo, Yanti Elizabeth, mengatakan kejiwaan mereka terganggu. "Kejiwaan mereka terganggu, itu Ibu Jolita sering tidur di pohon mangga. Kalo Jawiyah bilang ada keluarga di Pasar Tebet di deket Gelael tapi kan pembangunan terjadi terus. Dia sudah tiga tahun di panti ini," kata bu Yanti.

"Ceritanya Bu Jawiyah sudah 30 tahun jadi PRT, karena tenaganya sudah tidak bisa diandalkan makanya ditaruh di sini sama majikannya. Majikannya masih sering ke sini nengok Bu Jawiyah," tambahnya.

Di PSTW lain di Ciracas ternyata juga tak jauh berbeda. Menurut Petugas Panti, Rahmad Santoso, cukup banyak orang terkena gangguan jiwa. Biasanya yang masih bisa mengikuti kegiatan masih sehat. Di panti tersebut melakukan kegiatan rohani setiap hari baik pengajian maupun kebaktian. Di sana para lansia juga diajari membuat kerajinan seperti bunga plastik dan menganyam.

Salah satu WBS bernama Arisudin bercerita pengalaman hidupnya pada merdeka.com. Dia mengaku pernah bekerja di Pelni 10 tahun namun karena gaji yang kecil dia memilih jadi buruh yang juga ditekuni selama 10 tahun. Usai jadi buruh kakek yang juga membujang ini banting setir ke usaha property diajak temannya namun gagal.

Panti Jompo sekarang jadi kebutuhan dimana banyak orang terlantar di jalan maupun karena keluarganya terhimpit kemiskinan sehingga tak bisa merawatnya dengan layak. Walaupun Panti Jompo dari Dinas Sosial dan swasta fasilitasnya berbeda jauh namun para lansia masih bisa diurus dengan telaten dengan makan tiga kali sehari dan perawatan medis.

"Dengan adanya panti jompo para lansia bisa terurus negara dengan layak dan bisa tetap beraktifitas di usia senja," kata Rahmad. (mdk/mtf)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
40 Kata-Kata Kangen Kampung Halaman, Penuh Rasa Haru dan Menyentuh Hati
40 Kata-Kata Kangen Kampung Halaman, Penuh Rasa Haru dan Menyentuh Hati

Kata-kata kangen kampung halaman bisa mewakili rasa rindu akan rumah dan keluarga yang ada jauh di sana.

Baca Selengkapnya
Dulu Tajir Melintir, Begini Potret Rumah Lurah di Tengah Hutan Kondisinya Memprihatinkan
Dulu Tajir Melintir, Begini Potret Rumah Lurah di Tengah Hutan Kondisinya Memprihatinkan

Mirisnya, keduanya tinggal di rumah tua peninggalan sang bekas pejabat desa. Kini, kediaman itu pun nampak kian termakan usia.

Baca Selengkapnya
50 Quote Rindu Orang Tua dan Orang Tersayang, Cocok untuk Renungan sebelum Mudik Lebaran
50 Quote Rindu Orang Tua dan Orang Tersayang, Cocok untuk Renungan sebelum Mudik Lebaran

Merdeka.com merangkum informasi tentang quote rindu orang tua dan orang tersayang yang cocok untuk renungan sebelum mudik lebaran.

Baca Selengkapnya