Kisah pilu Fidelis Ari dan legalisasi ganja
Merdeka.com - Kisah hidup Fidelis Ari Sudarwoto begitu menyentuh hati. Fidelis kini mendekam di bui karena kasus kepemilikan 39 pohon ganja yang dia tanam di halaman rumahnya. Kasus ini bukan cerita ganja belaka. Ada kisah tangguh suami, istri (Yeni Riawati) yang menderita sakit hingga akhirnya meninggal dunia dan anak-anak mereka yang kini telantar.
Di balik kisah Fidelis yang haru biru ternyata juga memunculkan isu lama. Legalisasi ganja. Benarkah ganja bisa digunakan untuk penyembuhan penyakit termasuk Syringomyelia?
"Khasiat ganja sebagai pengobatan penyakit mematikan, sudah kami dokumentasikan sejak 2010," ujar Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN) Dhira Narayana dalam diskusi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (2/4) lalu.
-
Kapan ganja mulai dilegalkan? Di berbagai belahan dunia, ganja dimanfaatkan untuk meredakan berbagai penyakit, seperti nyeri, peradangan, insomnia, dan depresi.
-
Kenapa Mary Jane dibebaskan? Menyusul upaya diplomasi dan konsultasi dengan pemerintah Indonesia selama lebih dari satu dasawarsa, kami berhasil menunda pelaksanaan eksekusi matinya hingga tercapainya kesepakatan untuk membawanya pulang ke Filipina.
-
Apa yang terjadi pada Mary Jane? Menyusul upaya diplomasi dan konsultasi dengan pemerintah Indonesia selama lebih dari satu dasawarsa, kami berhasil menunda pelaksanaan eksekusi matinya hingga tercapainya kesepakatan untuk membawanya pulang ke Filipina.
-
Bagaimana Mary Jane bisa bebas? Menyusul upaya diplomasi dan konsultasi dengan pemerintah Indonesia selama lebih dari satu dasawarsa, kami berhasil menunda pelaksanaan eksekusi matinya hingga tercapainya kesepakatan untuk membawanya pulang ke Filipina.
-
Siapa yang mengabarkan Mary Jane bebas? Kabar bebasnya Mary Jane ini disampaikan oleh Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos Jr melalui akun instagram resminya @bongbongmarcos.
-
Mengapa kokain dulu dilegalkan? Pada akhir abad ke-19, kokain mulai dikenal di kalangan medis sebagai anestesi lokal yang efektif.
Menurut Dhira, ganja terbukti mujarab dipakai untuk meringankan sakit syringomyelia, penyakit yang menyerang tulang belakang. Selain penyakit syringomyelia, LGN menyebut ganja sempat dipakai untuk diabetes, hepatitis, stroke, epilepsi, dan sebagainya. LGN pun berharap pemerintah segera melakukan riset soal manfaat ganja untuk dunia medis.
"LGN berharap pengetahuan khasiat ganja medis menyebar, dan pada akhirnya dapat memberi keteguhan pada pemerintah untuk memulai riset ganja medis pertama di Indonesia," katanya.
Ketua Terpilih Ikatan Dokter Indonesia, Daeng Muhammad Faqih memberikan pandangan berbeda soal ganja dan syringomyelia ini. Menurut Daeng, syringomyelia terjadi karena ada benjolan berbentuk kista. Kista itu di dalamnya berisi cairan. Benjolan itu yang kemudian menekan sarap dan menekan tulang.
"Tak cuma menekan, benjolan itu bahkan bisa merusak, bukan cuma menekan. Itu yang kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri atau sakit," ujar Daeng Muhammad Faqih kepada merdeka.com di kantornya, Selasa (11/4).
Dalam kasus Yeni, apakah ganja yang dikonsumsi bisa menghilangkan penyakit syringomyelia? "Kita tidak tahu, yang dipakai (kasus istrinya Fidelis) itu menyembuhkan atau hanya menghilangkan rasa sakit. Penelitian secara spesifik ganja terhadap syringomyelia belum ada. Belum pernah kita tahu," ujarnya.
Pohon ganja milik Fidelis Ari diamankan BNN ©istimewa
Bisa jadi ganja yaang dikonsumsi Yeni hanya untuk menghilangkan rasa sakit, bukan menghilangkan penyakit. Di Indonesia sendiri kata Daeng, belum ada penelitian soal ganja yang bisa mengobati suatu penyakit. Namun penelitian serupa pernah dilakukan di Amerika Serikat.
"Untuk bisa menyebuhkan ya harus diangkat kistanya," ujar Daeng.
Ganja memang unik. Tanaman yang memiliki nama latin Cannabis Sativa ini dikenal sebagai 'obat' psikotropika karena adanya kandungan zat tetrahidrokanabinol (THC,tetra-hydro-cannabinol). Namun ganja belum dipakai sebagai standar dalam dunia medis.
"Hasil penelitiannya ada manfaat medis. Misalnya untuk hal-hal yang berkaitan dengan gangguan sarap, penyakit epilepsi, alzeimer. Ganja itu katanya punya peran untuk mengatasi gangguan kecemasan, lalu juga untuk mengobati nyeri yang hebat karena pnereumatik, nyeri hebat karena kanker, tetapi, ada tetapinya," kata Daeng.
Menurut Daeng, ikatan dokter Amerika Serikat memberikan 3 catatan penting soal hasil penelitian ganja itu. Tiga catatan penting itu yang pertama, hasil penelitian itu masih harus ditingkatkan level keilmiahannya. Jadi artinya masih perlu didiskusikan dan dikaji lagi tingkat keilmiahan penelitian soal ganja itu.
"Jadi rekomendasi ikatan dokter Amerika itu harus diuji lagi dilanjutkan supaya tingkat keilmiahannya benar benar bisa diterima," katanya.
Catatan penting kedua kata Daeng, masih harus dipertimbangkan efek samping penggunaan canabis untuk keperluan medis. Ada beberapa efek samping dalam penggunaan ganja sebagai keperluan medis seperti halusinasi, gangguan kepribadian, gangguan pernapasan, gangguan pembuluh darah dan jantung.
Efek samping dalam waktu singkat adalah gangguan pernapasan, gangguan pembuluh darah dan jatuh. Dalam jangka menengah itu misalnya gangguan kepribadian, gangguan halusinasi, gangguan sedasi dan tingkat kesadaran menurun. Dalam jangka panjang mempengaruhi organ, organ otak, organ liver dan lainnya.
Catatan penting ketiga adalah adanya penyalahgunaan yang juga harus dipertimbangkan. Jadi meski ada penelitian yang menyatakan ganja memiliki manfaat untuk medis, Amerika Serikat hingga saat ini masih melarang ganja digunakan sebagai standar pengobatan.
"Federal di AS tidak membolehkan pemakaian ganja untuk medis. Di Indonesia juga tidak boleh karena memang di Indonesia belum ada penelitian soal ganja ini," ujarnya.
Daeng juga tidak sepakat jika karena kasus Fidelis Ari pembahasan soal legalisasi dikuatkan lagi. Menurutnya obat dalam kasus ini bukan ganja, tetapi justru pemerataan layanan kesehatan hingga ke pelosok negeri.
Perkebunan ganja di Israel ©Reuters/nir elias
IDI berpendapat, kasus yang menimpa Fidelis Ari harus dilihat secara objektif. Kasus ini menjadi bukti tidak meratanya pelayanan medis yang baik di Tanah Air. Di Sanggau, Kalimantan Barat, layanan medis tidak lengkap seperti yang ada di Pulau Jawa.
"Persoalannya bukan pada ganja. Persoalannya belum ratanya pelayanan medis. Jangan ditarik ke ganjanya dulu. Persoalan ini muncul karena di sana (Sanggau) tidak Rumah Sakit yang bisa menangani dan dokternya tidak tersedia. Jadi sebetulnya ini masalah distribusi pelayanan medis yang tidak merata. Seandainya rumah sakit mampu dan dokter ahlinya ada kan bisa dikerjakan. ya kan?. Ini persoalan akses pelayanan kesehatan. Kedua, apakah benar ganja bisa mengobati syringomyelia atau penyakit lain? Ini harus dipertimbangkan sehingga tidak muncul spekulasi (legalitas ganja) seperti itu," ujarnya. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah obat yang pada saat ini dianggap terlarang, pada masa lalu sempat digunakan sebagai obat untuk mengatasi masalah kesehatan.
Baca SelengkapnyaGanja mengalami penurunan klasifikasi dari obat terlarang untuk lebih dimanfaatkan secara medis.
Baca SelengkapnyaKeterbatasan pengetahuan masyarakat di masa lalu menyebabkan sejumlah penyakit kerap dikira sebagai hasil perbuatan sihir.
Baca SelengkapnyaPenemuan sebelumnya menemukan kandungan opium dalam tulang tengkorak dan jaringan otak.
Baca SelengkapnyaUlama Aceh Ingatkan Ganja Tanaman Ciptaan Allah yang Subur dan Tak Bisa Dilarang
Baca SelengkapnyaDaun bidara memiliki beragam kandungan baik untuk tubuh.
Baca SelengkapnyaEfek samping dari penggunaan kratom cukup membahayakan bila tidak sesuai takaran.
Baca SelengkapnyaSosok P seorang perempuan bukan kalangan artis yang merupakan kenalan Karenina.
Baca SelengkapnyaTumbuhan yang satu ini dipercaya orang Batak memiliki khasiat tinggi untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Baca SelengkapnyaMomen seorang bocah laki-laki bertanya kepada polisi alasan penangkapan ayahnya.
Baca SelengkapnyaKang Mus ternyata mendapatkan narkoba dari Yogi, yang ternyata sering mengonsumsi.
Baca SelengkapnyaOge diringkus saat tengah berada di salah satu hotel di Yogyakarta.
Baca Selengkapnya