Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Komersialisasi budaya Palang Pintu

Komersialisasi budaya Palang Pintu silat beksi Betawi. arie basuki©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Upaya pelestarian sebuah budaya, kadang dihadapkan pada kebutuhan mendasar para pelakunya. Hal inilah yang kerap menjadikan pelestarian budaya Betawi, termasuk tradisi Palang Pintu, kerap dikomersialisasi oleh pihak-pihak yang hanya mencari keuntungan. Pihak-pihak itu tak memikirkan aspek pelestarian budaya palang pintu.

Hal itu juga dikeluhkan oleh Zahrudin Ali, 52 tahun. Sebagai pemilik sanggar Betawi Batavia Grup, Bang Udin, begitu ia kerap disapa, menuturkan jika budaya jangan dijadikan sebagai tempat untuk mencari uang. Apalagi budaya palang pintu menurutnya, merupakan bagian dari keseharian orang-orang Betawi. "Karena budaya itu kan bagian dari kebiasaan orang Betawi, boleh dikatakan itu pekerjaan yang harus ikhlas," ujar Bang Udin saat berbincang dengan merdeka.com di kediamannya, Condet, Jakarta Timur, Selasa pekan lalu.

Meski Bang Udin menyebut wajar jika salah satu pihak mendapat keuntungan dari upaya pelestarian sebuah budaya. Namun dia menegaskan jika dalam upaya pelestarian palang pintu, uang bukan menjadi tujuan utama. Apalagi yang ditakutkan dari komersialisasi itu kata Bang Udin, adalah adanya persaingan antara sanggar yang justru akan memusnahkan budaya itu sendiri. Sebagai contoh dia menjelaskan, jika orang yang melestarikan soto betawi, sama seperti orang yang menjaga budaya palang pintu. Menurutnya, setiap sanggar yang memiliki pelestarian budaya Palang Pintu sudah seharusnya ikut berbagi ilmu yang ia miliki.

"Kalau ane, bicara masalah harga sebenarnya relatif. Kalau untuk umum aja, yang lengkap itu biasanya cuma Rp 2,5 juta,"ujarnya. Padahal Sanggar Batavia Grup yang dipimpinnya itu sudah tujuh kali memenangkan lomba se-Jabodetabek. Dia hanya berharap, tujuan semua sanggar budaya Betawi itu seharusnya seiring sejalan, guna menjadikan budaya Betawi tuan rumah di tanahnya sendiri. "Jangan sampai orang mau pake jasa kita karena tertarik akan budaya Palang Pintu, enggak jadi hanya karena mentok di urusan duit"

Berbeda dengan Bang Udin, Indra Sutisna, 46 tahun, Pemerhati Budaya Betawi sekaligus Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan mengatakan jika ia memaklumi jika ada sebagian sanggar yang memasang tarif untuk sekali pementasan. Hal itu menurutnya biasa lantaran dalam pelestarian budaya, kebutuhan ekonomi menjadi salah satu faktor bagi para pelaku menggantungkan hidup dari pementasan budaya palang pintu.

"Dianggap komersil, ya kan karena memang semuanya butuh biaya," ujar Indra melalui sambungan seluler, Jumat pekan lalu. Namun, Indra menekankan jika sanggar-sanggar yang mementaskan budaya palang pintu tak hanya melihat komersil saja. Melainkan pemaknaan mendalam terkait tradisi turun temurun di mana budaya Betawi begitu kental di dalamnya. Karena menurut Indra, jangan sampai tradisi palang pintu hilang lantaran berlomba-lomba untuk mendapatkan uang.

"Jangan hanya karena tujuannya komersil, nilai budayanya malah dihilangkan. Kalau gitu makna semuanya bisa hilang pelan-pelan karena orientasinya jadi sangat komersil," ujar Indra.

Untuk mempertahankan tradisi ini, Bang Udin pun mencoba langkah pelan-pelan agar palang pintu tak tergerus oleh zaman. Dia pun saat ini mencoba mengajak anak-anak muda untuk ikut bergabung melestarikan palang pintu. "Dari yang muda sampai yang tua juga ada," ujar Bang Udin," ujar Bang Udin.

Dalam sanggar milik Bang Udin, para peserta tak hanya dilatih kemampuannya dalam berpantun, melainkan juga bela diri sebagai hakikat memahami pemaknaan Palang Pintu. Selain dua hal tersebut, Bang Udin juga membekali sejumlah nasihat berupa nilai-nilai keagamaan agar tak sombong dalam kehidupan sehari-hari. Prinsipnya ialah memegang amanah dari ilmu yang telah di berikan. "Jambu biji jambu bangkok, tanem di belakang rumah tolong ambilin, percuma belajar ngaji ampe bongkok, kalau ilmunye kagak diamalin," tuturnya dengan pantun. (mdk/arb)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenal Mitos Pantang Larang, Kearifan Lokal Masyarakat Batubara Sumatra Utara
Mengenal Mitos Pantang Larang, Kearifan Lokal Masyarakat Batubara Sumatra Utara

Pantang larang berisi ajaran-ajaran apa yang tidak boleh dilakukan.

Baca Selengkapnya
Gubernur Koster Minta Anak Muda Bali Jangan Nonton Film Ipin dan Upin
Gubernur Koster Minta Anak Muda Bali Jangan Nonton Film Ipin dan Upin

Menurut Koster, teknologi modern boleh berkembang tapi jangan sampai kehilangan budaya dan adat istiadat.

Baca Selengkapnya
Gara-Gara Banyak Pungli, Wisatawan Kapok ke Gunung Pancar
Gara-Gara Banyak Pungli, Wisatawan Kapok ke Gunung Pancar

Lokasi ini menjadi alternatif bagi warga yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya.

Baca Selengkapnya
Pengusaha Periklanan Menjerit Terancam Gulung Tikar, Minta PP Kesehatan Direvisi
Pengusaha Periklanan Menjerit Terancam Gulung Tikar, Minta PP Kesehatan Direvisi

PP Kesehatan disusun tanpa melibatkan para stakeholder yang terlibat di dalamnya.

Baca Selengkapnya
Ternyata, Ini Alasan Industri Tak Setuju Aturan di PP Kesehatan
Ternyata, Ini Alasan Industri Tak Setuju Aturan di PP Kesehatan

Ketua Umum GAPMMI, Adhi S. Lukman memandang, bahwa aturan ini seakan-akan menjadikan gula sebagai barang haram.

Baca Selengkapnya
FOTO: Begini Suasana Pasar Tanah Abang Usai TikTok Shop Resmi Dilarang Berjualan
FOTO: Begini Suasana Pasar Tanah Abang Usai TikTok Shop Resmi Dilarang Berjualan

Usai menerbitkan larangan TikTok Shop untuk berjualan, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meninjau situasi terbaru Pasar Tanah Abang.

Baca Selengkapnya
OPINI: Geliat Wisata Dibayangi Awan Kelam Pungli
OPINI: Geliat Wisata Dibayangi Awan Kelam Pungli

Pungli biasa dilakukan pihak yang tidak berwenang, seperti kelompok masyarakat atau pejabat yang menyalahgunakan kekuasaannya.

Baca Selengkapnya
Dukung Pemerintah Larang TikTok Shop, Pedagang Tanah Abang Harap Pasar Kembali Ramai
Dukung Pemerintah Larang TikTok Shop, Pedagang Tanah Abang Harap Pasar Kembali Ramai

Yasril juga berharap pada pemerintah melakukan promosi-promosi untuk kembali belanja di pasar.

Baca Selengkapnya
Jual Rokok Bakal Dilarang Dekat Sekolah, Pedagang Warung Kaki Lima Angkat Bicara
Jual Rokok Bakal Dilarang Dekat Sekolah, Pedagang Warung Kaki Lima Angkat Bicara

Ali menegaskan sebaiknya pemerintah menerima masukan dari para pelaku usaha yang terlibat langsung pada penjualan rokok atas rencanan aturan ini.

Baca Selengkapnya