Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kreativitas butuh nyali

Kreativitas butuh nyali Ignasius Jonan Dirut KAI. ©Istimewa

Merdeka.com - Pada suatu kesempatan, Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang ngetop dipanggil Ahok , gerah mengatasi problematika Transjakarta, tiba-tiba menyebut nama Jonan. Yang dimaksud adalah Ignasius Jonan , Direktur Utama PT KAI .

Menurut Ahok , apa yang telah dilakukan Jonan dalam mengubah wajah perkereta-apian Indonesia patut diacungi jempol dan sukses. Hingga Ahok ingin mempercayakan pengelolaan Transjakarta dan bahkan kalau -- seandainya Jokowi jadi presiden -- minta Jonan jadi menteri perhubungan.

Kita tidak membahas soal Capres di sini. Tapi, bagaimanakah pujian Wagub apakah menemui kenyataan? Tentu saja kita tidak boleh mudah percaya dengan hal itu, maka perlu dilakukan studi literer dan juga lapangan (field) bahkan juga perlu responden random sampling internal.

Sebagai bekas pelanggan kereta Jabodatabek, yang rajin naik KRL, dulu saya harus membawa bekal pakaian kerja, baru ganti baju di kamar mandi stasiun atau kantor. Sebab, Anda tahu sendiri kan dengan berjubel tanpa AC ditingkahi macam-macam pedagang, sampai di kantor kumal keringat tak pantas untuk menerima tamu. Kurang menghormati tamu.

Tatkala banyak orang merasa nyaman dengan KRL sekarang -- yang kemudian diganti nama Commuter Line -- akhirnya saya menemukan jawabnya: KAI memang berubah, nyata dan lebih baik. Harga tiket murah, bisa pakai kartu flash BCA , dan tiket terusannya sistem deductable otomatis, bisa diisi ulang dan sesuai pemakaian (per utilize).

Harga tiket untuk 5 stasiun pertama kena tarif minimum, sisanya seperti parkir di mal (setiap jam ada tambahan biaya) diganti setiap stasiun ada tambahan biaya. Dulu Bogor-Stasiun Kota Rp 12 ribu, sekarang hanya Rp 5 ribu.

Tidak ada penumpang naik di atap kereta, yang sering menyebabkan jatuh dan tewas. Semua penumpang masuk gerbong. Setiap stasiun dipasang besi penampang dililit kawat berduri menggantung di atap stasiun yang ukurannya pas menutup celah antara atap stasiun dengan atap gerbong kereta, sehingga sulit diterobos penumpang nekat.

Sebelum itu juga sudah diseleksi dengan tiket yang menggunakan magnetik. Tanpa tiket gak bisa masuk. Kalau masuk, gak bisa keluar. Pedagang gak boleh masuk. Pedagang di stasiun juga dibersihkan.

Sempat didemo di stasiun UI, tapi kebijakan itu mendapat dukungan secara tak langsung oleh penumpang. Hingga penumpang marah pada demonstran yang mengatasnamakan mahasiswa pro pedagang K5 stasiun KA.

Tantangan Jonan, seperti dalam buku "Evolusi PT KAI" karya Hadi Mustofa, juga dari dalam. Orang-orang pro status quo banyak yang menentang kebijakannya. Tapi, sebagai bekas profesional multinasional company, Jonan nothing to lose. Dia memberi setiap bagian tugas yang terukur (Key Performance index) yang kalau gagal, siap diganti. Kepala stasiun yang membiarkan kamar mandi/toilet pesing dan jorok, copot.

Obyektivitas Jonan jelas, memberikan pelayanan yang terbaik pada penumpang pengguna KA (customer orientation).

Dia tidak takut mengurangi hak pensiunan yang sepanjang waktu mendapat keistimewaan (privilege) seenaknya memanfaatkan kartu SAP, diganti dengan cara hanya nama yang terdaftar dan tetap antre cari tempat duduk.

Kualitas SDM yang pada masa-masa sebelumnya tidak muncul, karena banyak hasil rekrutmen model keluarga -- kalau tak boleh disebut KKN -- tak lepas dari garapannya. Yang tak perform digeser, yang bagus diberi kesempatan dengan target jelas, dan yang muda potensial, ditugaskan sekolah atau kursus ke luar negeri.

Karena KAI lembaga bisnis, bagian dari BUMN, meski tugasnya melayani masyarakat, maka ukuran yang jelas dari kinerja adalah pendapatan. Tiap tahun dahulu, PT KAI merugi. Aneh kedengarannya perusahaan monopoli kok rugi. Namun, meski harga tiket turun, tahun 2013 PT KAI untung Rp 400 miliar, padahal tahun 2012 rugi Rp 80 miliar,

Jadi, menjadi pertanyaan sekarang, kemana uang yang mestinya keuntungan itu pada tahun-tahun sebelumnya? Kalau tidak mau disebut korup, hampir dipastikan salah urus (mismanagement). Ini memang menjadi banyak sebab di banyak instansi dan BUMN. Tapi di dalam (internal) juga bukan perkara mudah untuk memberantasnya.

Dalam sebuah halaman buku, tertulis bahwa ketika Jonan ditawari oleh Menteri BUMN ketika itu, Sofyan Djalil -- yang banyak mengajak profesional multinasional ke BUMN -- memimpin PT KAI , sempat canggung, ciut. Bayangan betapa karut-marutnya kondisi perusahaan. "Kalau kamu saja tidak bisa, maka tidak ada lagi orang di Indonesia yang bisa menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki PT KAI ," kata Sofyan yang melecut Jonan.

Maka, dengan segala upaya kreatifnya, meski menabrak tirai bahkan tembok, dia tempuh dibarengi kesungguhan dan selalu mengawasi (control). Tujuannya jelas, pengguna nyaman, perusahaan untung.

Beberapa kepala satasiun yang kami kenal, yang dahulu sering mengeluh sulitnya mengatur penumpang dan pedagang, meski merasa hak privilege-nya dipotong oleh kebijakan baru Jonan, ikut bangga bahwa PT KAI sekarang memberikan kenyamanan. Kalau saja sudah melingkar Jakarta dan jumlah keretanya banyak, kita bisa bayangkan seperti di Singapura atau negara-negara Eropa, bahwa naik kereta lebih efektif dan efisien ketimbang mobil.

Dan, para pensiunan yang saya kenal pun salut pada PT KAI sekarang. Sang Dirut, katanya, tak hanya kreatif tapi juga berani, commit, dan bernyali. Terutama menghadapi senior-senior yang merasa paling tahu dan emoh berubah.

(mdk/war)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Fakta Anak Bungsu Ke-3 yang Unik, Manja tapi Berjiwa Kompetitif
Fakta Anak Bungsu Ke-3 yang Unik, Manja tapi Berjiwa Kompetitif

Karakteristik anak bungsu ketiga sangat beragam dan unik. Jadi, jangan hanya fokus pada sifat negatifnya dan mengabaikan sisi positifnya.

Baca Selengkapnya
10 Permasalahan yang Hanya Dialami Orang Jenius, IQ Rata-rata Tidak Akan Paham
10 Permasalahan yang Hanya Dialami Orang Jenius, IQ Rata-rata Tidak Akan Paham

Mereka yang jenius atau cenderung cerdas memiliki permasalahan hidup yang secara khusus biasanya hanya mereka alami sendiri.

Baca Selengkapnya