Lantai dan garasi jadi saksi kematian para jenderal
Merdeka.com - Foto-foto dan perabotan kuno menyambut setiap orang yang memasuki ruang tamu. Merdeka.com awal pekan ini memasuki umah peninggalan Jenderal Ahmad Yani, salah satu dari enam jenderal yang tewas akibat Gerakan 30 September 1965. Kondisi bangunan terawat, utuh, dan tak banyak yang berubah dibanding setengah abad lalu.
Pengunjung yang masuk lewat pintu belakang juga disambut foto-foto semasa Ahmad Yani masih hidup serta berkarir di dunia kemiliteran. Terdapat pula foto kronologi terbunuhnya Ahmad Yani di kediamannya hingga pemakaman di Makam Pahlawan Kalibata.
Beberapa langkah di samping dapur, ada lantai yang berlubang dan rentak. Di lokasi tersebut Ahmad Yani tewas tertembak pasukan penculik, tepatnya di pintu masuk dekat kamarnya. Ada tujuh lubang di pintu itu yang tembus ke lukisan dan lemari.
-
Dimana kejadian penganiayaan terjadi? Nasib sial dialami Damari (59) pengemudi ojek online warga Jurumudi, Kota Tangerang, yang dikeroyok tiga orang pria tidak dikenal saat akan menjemput pelanggan di depan pasar Tanah Tinggi, Kota Tangerang.
-
Dimana penganiayaan terjadi? Hari itu saya shift hanya berdua saya dan teman saya. Pada saat saya sedang bekerja anaknya bos saya (pelaku) datang dari luar masuk ke dalam toko dan duduk di sofa, dan berapa menit kemudian abang grabfood datang membawa makanan dan pelaku minta saya untuk antar makanannya ke dalam kamar pribadinya.
-
Dimana kejadian pembunuhan terjadi? Kejadian itu mengudang perhatian yang kemudian neneknya keluar dari kamar.'Juga ditusuk oleh terduga pelaku saat keluar. (Urutannya) Bapaknya. Bapaknya, neneknya, baru ibunya,' ujar dia.
-
Di mana kejadian pembunuhan terjadi? Warga Taroada, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan digegerkan dengan penemuan mayat bapak dan anak dalam kondisi bersimbah darah, Kamis (6/12).
Setelah itu, terlihat lantai bertulisakan gugurnya pahlawan revolusi Jenderal Ahmad Yani dekat pintu yang berlubang tersebut. Lantai itu dibatasi rantai kecil untuk membuktikan Jenderal terbunuh di kediamannya.
Rumah Ahmad Yani telah resmi diubah menjadi museum untuk mengenang peristiwa G30S. Dulunya bangunan ini merupakan rumah pribadi sang Panglima Angkatan Darat untuk beristirahat dan berkumpul dengan keluarga. Rumah di Jalan Latuharhary Nomor 6 Menteng itu dihuni keluarga Ahmad Yani sejak menjabat Panglima Angkatan Darat pada 1962.
Selain mendapat banyak informasi mengenai perjalanan hidup Yani, pengunjung museum dapat menyambangi tiga kamar pribadi. Pertama adalah kamar sang jenderal yang kini yang didalamnya terdapat seragam, lukisan, senjata laras panjang, keris dan slip gaji terakhir bernilai Rp 123 ribu. Kamar sampingnya ketika itu menjadi tempat tidur anak-anaknya.
Di ruang tengah, ada lukisan Ahmad Yani menampar pasukan Tjakarabirawa sebelum menembaknya. Kemudian di pintu depan ada ruang ajudan dan ruang tunggu tamu. Ada harimau india yang diawetkan dari anaknya untuk diletakkan di Museum Ahmad Yani. Tak hanya itu, ada souvenir Ahmad Yani hasil kunjungannya di luar negeri.
Suasana diorama di museum Ahmad Yani (c) 2016 Merdeka.com
Sementara tampak depan, ada patung Jenderal Ahmad Yani dan relief semasa hidupnya dikarier dunia militer. Mobil tua berwarna biru milik Ahmad Yani masih terdapat diruanganya samping rumahnya.
Museum Ahmad Yani kerapkali dikunjungi berbagai usia. Apalagi saat liburan sekolah pasti ada yang berkunjung, mencapai ratusan orang.
Dari kediaman enam jenderal di Jakarta, rumah Ahmad Yani yang paling terawat serta otentik sebab diresmikan oleh pemerintah menjadi museum sekaligus cagar budaya. Merdeka.com menyambangi lima rumah lainnya. Sebagian sedang diusulkan menjadi cagar budaya, ada pula yang telah beralih kepemilikan.
Ambil contoh rumah Jenderal AH Nasution di Jalan Teuku Umar no 40, Menteng yang juga diabadikan sebagai museum. Persis di depan pintu masuk, terdapat patung Nasution menyambut setiap orang yang bertandang. Jika kita masuk ke dalam rumah, terdapat ruang meja kerja Nasution dekat beranda depan.
Menuju kamar Nasution ada patung Tjakrabirawa yang membawa senjata dan menendang pintu. Di kamar ada kursi goyang dan kursi roda bekas dipakai Nasution semasa hidupnya. Di kamar ada pintu menuju samping rumah ada patung Nasution cara melarikan diri dan patung Ade Irma bersama Ibunya. Kini tembok untuk melarikan Nasution menjadi tinggi pasca kejadian.
Diorama meja kerja Jenderal Nasution (c) 2016 Merdeka.com
Di depan kamar Nasution dahulu kamar putrinya Hendrianti Sahara kini dijadikan ruang senjata. Di sini terdapat koleksi peninggalan Nasution dari keris hingga senjata pribadi.
Di ruang belakang ada patung relief Ade dan ibunya yang dikepung pasukan Tjakarabirawa. Sedangkan samping rumah terdapat kamar ajudan, di sini Kapten Pierre Tendean mengaku Nasution.
Sementara tembok samping dan depan rumah terdapat relief semasa hidup Nasution menitih karir di dunia militer.
Museum AH Nasution kerapkali dikunjungi berbagai usia. Namun ramai menjelang peristiwa Gerakan 30 September.
Sedangkan Letjen TNI MT Haryono rumahnya Jalan Prambanan no 8, Menteng menjadi cagar budaya hanya diganti pagarnya. Menurut putranya Rianto, ayahnya tewas dikamar dan pintu kamar masih terdapat bekas lubang peluru.
Tiga kamar yang terdapat rumah terdapat pintu penghubung untuk menuju kamar lainnya. Di kamar depan para keluarga bersembunyi dan menangis melihat ayahnya diseret menuju truk.
"Setelah menembak ayah saya, mereka juga menembaki isi bagian rumah dengan sembarang," kata Rianto kepada merdeka.com.
Kemudian kediaman Mayjen TNI DI Panjaitan dengan dua lantai tak berubah. Menurut tukang kebun rumah DI Panjaitan, pria kelahiran Tapanuli itu tewas di dekat garasi mobil.
Di depan rumah banyak pepohonan menjulang tinggi dan pagar rumah tinggi. Rumah di Jalan Hasanuddin no 53 ini dikenal sebagai rumah bekas jenderal TNI. "Dulu katanya rumah bekas jenderal TNI tapi kami enggak tahu namanya siapa. Di rumah ini masih dihuni keluarganya dan anaknya kerap keluar kok," kata Satpam Gedung Victoria Adi.
Di sinilah terjadi penembakan D.I Panjaitan (c) 2016 Merdeka.com
Rumah jenderal lainya, Mayjen TNI Sutoyo Siswo Jalan Sumenep 17, Menteng, kini sudah berubah dan direnovasi secara menyeluruh. Rumah mewah dekat Taman Lawang, kosong tak berpenghuni. Tak ada perabotan rumah hanya sofa tempat duduk yang masih baru ada disini.
Rumah berlantai dua ini tembok dan lantai sudah berubah, namun jendela dan pintu depan rumah masih utuh. "Kalau bayar listrik namanya masih Pak Sutoyo," kata penjaga rumah Asep.
Sedangkan rumah Letjen TNI S Parman Jalan Syamsu Rizal Nomor 32, Menteng dihuni oleh pensiunan TNI AL Laksda Abdul Hakim. Ketika itu tahun 1991 Abdul Hakim membeli rumah yang sudah rata menjadi tanah.
Rumah berlantai dua dan mewah ini dibangunnya hingga saat ini. "Kalau peninggalan tidak ada karena dulu sudah amburadul. Karena di Menteng rumah tipe A boleh dibongkar," kata Abdul Hakim.
Setelah berupaya mengelilingi rumah-rumah para jenderal korban G30S, hanya kediaman Letjen TNI Soeprapto di Jalan Besuki Nomor 19 Jakarta tak dapat ditemukan lagi. Rumah di kawasan elit Jakarta itu kemungkinan sudah beralih kepemilikan.
Baca laporan khusus lain merdeka.com atas peristiwa Gestok 1965:
Kisah cinta Letnan Pierre Tendean-Rukmini yang berakhir piluLonceng kematian untuk jenderal pendukung Gerakan 30 SeptemberKeluh kesah korban tragedi 65, dicueki pemerintah diintai intelKorban minta tragedi 65 ditindaklanjuti atau Indonesia dicap buruk'Kami korban tragedi 65 dianggap seperti teroris'Lagi, Jokowi diharap minta maaf terhadap korban tragedi '65Ini 10 kejahatan kemanusiaan pemerintah dalam tragedi 65 versi IPTIPT nyatakan Indonesia bersalah lakukan pembantaian massal 1965 (mdk/ard)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jenderal Ahmad Yani tewas di rumahnya akibat rentetan tembakan pasukan Cakra Birawa pada G30S. Intip potret terkini rumahnya.
Baca SelengkapnyaTerungkap, semasa kecil ternyata Ahmad Yani hidup di perkampungan di Purworejo, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaSimak foto langka suasana di Jakarta usai tragedi G30S. Banyak tank berkeliaran memburu anggota PKI.
Baca SelengkapnyaDoel Arif adalah komandan Pasopati dalam G30S/PKI. Perintah tangkap hidup atau mati datang darinya.
Baca SelengkapnyaKetua Partai Komunis Indonesia (PKI) D.N. Aidit jadi buronan Angkatan Darat. Lantaran PKI dicap sebagai dalang aksi Gerakan 30 September 1965.
Baca SelengkapnyaTangis kesedihan pecah saat pemakaman Kapten Pierre Tendean korban peristiwa G30S PKI.
Baca SelengkapnyaAgen Polisi Sukitman terkejut. Sumur sudah tak ada lagi, dan banyak gundukan tanah seperti kuburan di Lubang Buaya.
Baca SelengkapnyaDi tengah kesunyian beranda Istana, tiba-tiba dari atas langit Istana, terdengar suara pesawat.
Baca SelengkapnyaPada dinding-dinding rumah itu masih terdapat lubang-lubang bekas peluru yang ditembakkan pada saat perang meletus.
Baca Selengkapnya1 Oktober 1965, pukul 03.00 WIB, belasan truk dan bus meninggalkan Lubang Buaya. Mereka meluncur ke Pusat Kota Jakarta untuk menculik tujuh Jenderal TNI.
Baca Selengkapnya74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.
Baca SelengkapnyaPertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947
Baca Selengkapnya