Lantang menantang Freeport
Merdeka.com - "Kami memang tidak pernah sekolah. Kami ini asli gunung," kata Mama Yosepha Alomang, tokoh perempuan Papua, saat membuka perbincangan dengan merdeka.com semalam. "Kami orang tidak tahu hukum tapi kami punya hati." Dia begitu kecewa sekaligus murka melihat kesewenangan PT. Freeport telah merusak tanah kelahirannya.
Dalam benaknya masih terukir jelas jauh sebelum perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu menjajah Bumi Cendrawasih, kampungnya asri. Burung masih bernyanyi, sawah menghampar, gunung menjulang, dan ladang menghijau.
Dengan suara terbata-bata menahan sedih, dia menyebut keindahan masa lalu itu sebagai anugerah Tuhan buat Suku Amungme, penduduk asli di tanah kini dikuasai Freeport . Kini kampungnya dikitari kerusakan alam.
-
Siapa yang berjuang mempertahankan kemerdekaan di Padang? Bagindo Aziz Chan sendiri adalah tokoh penting bagi Kota Padang saat pihak kolonial Belanda menjajah wilayah tersebut.
-
Siapa yang membutuhkan kata-kata perjuangan? Tak melulu dari orang terdekat, dukungan dan semangat bisa muncul darimana saja.
-
Kenapa kita harus terus berjuang? Hidup ini seperti berjuang di medan perang, tapi kamu memiliki kekuatan untuk membuatnya jadi lebih indah.
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan? Pahlawan Indonesia telah berjuang mempertaruhkan jiwa, raga serta hartanya untuk kemerdekaan Indonesia.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Apa arti dari kata-kata semangat? Kata-kata semangat untuk diri sendiri yang bangkitkan rasa pantang menyerah demi masa depan cerah.
"Gunung hijau. Kali jernih hingga bisa lihat ikan dan karaka," ujar Mama Yosepha dengan logat Papua kental. Karaka adalah sebutan orang Papua untuk kepiting asal Papua. Ukurannya besar dan bisa lebih dari satu kilogram.
Hingga petaka itu harus turun di kampungnya. Pada 1967 Freeport menjejakkan kaki di daerah Kepala Burung. Berbekal izin dari pemerintah, Freeport mulai mengeksploitasi emas di Papua. Bersamaan dengan itu hak-hak rakyat Papua perlahan menghilang. Mereka terusir dari tanah kelahiran lantaran kilauan emas.
Gunung tidak lagi hijau dan hutan tak lagi lebat. Bahkan hilang. Tanah tidak lagi subur. Ikan dan karaka mulai jarang. Mama Yosepha menyebut bencana itu lantaran keberadaan Freeport . "Kalau tanam sayuran daunnya semua kuning," tuturnya. Hilangnya kesuburan di Papua terasa sejak 1976.
Melihat kondisi memprihatinkan, Mama Yosepha tergerak bersuara. Pada 1974 dia mulai lantang melawan PT Freeport dan menuntut pertanggungjawaban atas kerusakan alam. Apalagi, penduduk di sekitar PT Freeport kelaparan, termasuk merenggut nyawa anaknya berusia tiga tahun. "Karena Freeport merusak alam, air susah dan rumput mati."
Demi memperbaiki ekonomi, Mama Yosepha mendirikan koperasi swadaya untuk warga. Dia lakukan bersama dengan perempuan lain atas bantuan gereja. Tujuannya memasarkan hasil bumi berupa sayuran. Hasil pertanian itu tidak disambut baik PT Freeport . Perusahaan itu malah mendatangkan sayur dari luar Papua. Buntutnya, Mama Yosepha berdemontrasi dengan merusak sayuran dan buah impor itu.
PT Freeport sepakat membeli sayuran dan buah hasil pribumi. Namun mereka mengingkari perjanjian itu. Mama Yosepha berhadapan dengan tentara. Tapi dia tidak mundur barang selangkah. Perjuangannya membuahkan hasil. Pada 1981 perusahaan emas terbesar sejagat itu mau membeli hasil pertanian orang Papua.
Mama Yosepha tak puas sampai di situ. Lantaran kerusakan alam dan kesulitan hidup terus menggerogoti, dia berunjuk rasa di Bandar Udara Timika menentang kedatangan Freeport . Dia bersama warga Papua membakar ujung landasan selama tiga hari.
Akibatnya, pada 1994, Mama Yosepha ditangkap dengan tudingan menolong tokoh Organisasi Papua Merdeka. Dia dimasukkan dalam tempat pembuangan kotoran manusia. Hukuman itu tidak mampu membungkam Mama Yosepha.
Dua tahun kemudian Mama Yosepha menuntut ganti rugi atas kerusakan lingkungan kepada PT Freeport McMoran Copper & Gold di Amerika Serikat selama mereka beroperasi. Gugatannya dikabulkan pada 2001 bersamaan dengan dia mendapatkan Goldman Environmental Prize. Mama Yosepha memperoleh US$ 248 ribu. Uang itu kemudian digunakan untuk membangun perumahan bernama Kompleks Yosepha Alomang'.
Dari fulus hadiah Yap Thiam Hien pada 1999, Mama Yosepha membentuk Yayasan Hak Asasi Manusia Antikekerasan. "Saya akan terus berjuang untuk Papua. Saya tidak takut dengan negara, tentara, dan PT Freeport ." katanya lantang. (mdk/fas)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahlil membahas terkait kepemimpinan hingga stategi hilirisasi menuju Indonesia Emas 2024.
Baca SelengkapnyaJokowi menyebut, Indonesia kini memegang saham 51 persen dari PT Freeport dan ditargetkan akan menjadi 61 persen.
Baca SelengkapnyaIzin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Freeport Indonesia berakhir di 2041.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDIP Puan Maharani turut hadir dan berpidato lantang di hadapan ribuan kader.
Baca SelengkapnyaErick mengatakan, jika Freeport ingin mengembangkan potensi, maka perusahaan mesti melakukam investasi mulai dari sekarang.
Baca SelengkapnyaProduksi mineral di Tambang Grasberg, Papua bakal menurun tanpa adanya eksplorasi.
Baca Selengkapnya