Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menanti Kepastian Aman Vaksin Corona di Indonesia

Menanti Kepastian Aman Vaksin Corona di Indonesia Vaksin Corona Covid 19. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Hampir tiga bulan berjalan, vaksin corona Sinovac telah disuntikkan ke ribuan relawan di Bandung. Keamanan dan efektivitas vaksin corona menjadi fokus utama. Keadaan para relawan selalu dipantau. Demi memastikan bahwa vaksin ini bisa segera diedarkan.

Sinovac merupakan vaksin asal Cina. Pemerintah Indonesia menggandeng Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan Biofarma untuk melakukan uji klinis sinovac. Di negara asalnya, vaksin ini telah lulus uji kepada binatang. Kini di banyak negara vaksin Sinovac sedang tahap uji kepada manusia.

Ketua Tim Peneliti Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Prof. Kusnandi Rusmil, menjelaska bahwa isi vaksin Sinovac merupakan kumannya yang dimatikan. Sehingga para relawan yang telah disuntikkan diyakini mengalami kekebalan.

"Salah satu kerugian dari kumannya dimatikan ini, suntikannya tidak bisa satu kali. Minimal dua kali," ujar Kusnadi kepada merdeka.com, Kamis pekan lalu.

Sejauh ini belum ditemui ada relawan mengalami reaksi parah setelah disuntik vaksin Sinovac. Karena diyakini vaksin tersebut lebih ringan dampaknya bagi tubuh. Meski begitu semua tergantung daya tahan tubuh menerima tiap suntikan. Hanya beberapa gejala ringan saja.

"Sampai sejauh ini (vaksin Sinovac) sangat aman. Cuma kita lagi melihat hasilnya," ungkap dia.

Total sudah lebih 1600 relawan menjalani uji klinis Sinovac. Para relawan memiliki latar belakang berbeda. Termasuk suku, pendidikan maupun pekerjaan.

Banyak pula pejabat ikut sebagai relawan. Mulai dari Gubernur, Kapolda, Jaksa Tinggi hingga kepala desa. Semua bervariasi. Tim peneliti menargetkan pada Januari 2021, terdapat 540 relawan yang akan mendapat vaksin Sinovac kembali. Ini sesuai jangka waktu penelitian yang ditargetkan selama 6 bulan.

Kehadiran vaksin Sinovac belum sepenuhnya diyakini bisa menangkal virus Corona. Epidemolog Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan hingga kini di Indonesia belum menemukan kriteria vaksin yang tepat untuk masyarakat. Bagi dia, vaksin tidak bisa dipaksakan karena harus memikirkan rasa aman dan efektif.

Seluruh vaksin di Indonesia masih masuk fase III, namun belum selesai. Sehingga belum diketahui seberapa besar efektif dari vaksin tersebut.

Ragam jenis vaksin seharusnya membuat Indonesia berhati-hati. Selain vaksin berasal dari virus mati, ada juga dari bagian virus. Sehingga sampai kini belum diketahui mana yang paling efektif mana yang paling aman.

"Jadi kalau pemerintahan sudah membeli, sudah memesan, itu kan seperti memesan kucing dalam karung. Enggak jelas apa yang dipesan," kata Pandu kepada merdeka.com.

Memang sebaiknya tidak tergesa-gesa. Indonesia juga sudah tanda tangan kerja sama bilateral melalui BUMN dengan COVAX, produsen Sinovac. Kerja sama multilateral ini juga dilakukan seluruh dunia. Semua negara dikoordinasikan dengan lembaga kesehatan dunia atau WHO.

Vaksin yang baik itu harus minimal efek sampingnya. Tidak boleh merugikan sama sekali. Kalau pun hanya demam, pegel-pegel, masih dalam kadar normal. Kemudian terkait efektif, kata Pandu, tingkat perlindungan vaksin seharusnya di atas 50 persen. Meski begitu, masyarakat harus tetap menyadari bahwa virus corona masih perlu banyak didalami.

"Ini kan virus baru. Masih banyak yang misterius," ujar dia.

Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Dr. Zubairi Djoerban sepakat vaksin di Indonesia harus aman dan efektif. Hingga kini memang belum ada satupun negara yang benar-benar memiliki vaksin Covid-19. Sebab, seluruh negara masih berlomba-lomba mencari vaksin tersebut.

Meski begitu ada tiga negara yang telah memaksakan mengeluarkan vaksin ini dengan keterangan Emergency Use Authorization (EUA). Di antaranya Cina, Rusia, dan Uni Emirat Arab. Ketiga negara ini memaksakan lembaga pengawas makanan dan obat di negara masing-masing mengeluarkan izin tersebut.

Indonesia sebenarnya bisa mengikuti langkah itu. Namun, lebih baik sebelum keluar izin EUA dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) harus dikonsultasikan dengan berbagai badan ilmiah. Di antaranya, Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan IDI dan BPOM sendiri selaku lembaga yang mengeluarkan izin.

"Pokoknya sekarang itu pun akhir tahun ini baru bisa dilaksanakan," tegasnya.

Plt. Deputi I Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Togi Hutadjulu mengatakan, saat ini Indonesia telah mempunyai beberapa kandidat vaksin Covid-19 yang akan digunakan untuk program pemerintah. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) yang disusun sebagai turunan dari Peraturan Presiden No 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), dinyatakan bahwa semua vaksin yang akan digunakan harus mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan POM.

BPOM sebagai bagian dari Komite Penanganan Coronavirus Disease 2019 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), mendukung persiapan pemerintah dalam pemberian vaksin Covid-19, serta memperhatikan arahan Jokowi tentang perlunya kehati-hatian terkait rencana vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat luas. Hal ini telah menjadi ketentuan yang berlaku di Indonesia.

Izin penggunaan obat dan vaksin yang dikeluarkan BPOM harus memenuhi syarat keamanan, khasiat, dan mutu yang dibuktikan melalui uji klinik yang baik dan cara pembuatan obat yang baik mengacu pada persyaratan dan standar yang berlaku secara nasional dan internasional. Jika telah dinyatakan memenuhi aspek keamanan, khasiat dan mutunya maka Badan POM dapat memberikan persetujuan apakah dalam bentuk Emergency Use Authorization (EUA) atau dalam bentuk Nomor Izin Edar (NIE).

Katanya, sistem registrasi khusus untuk kondisi darurat ini diberikan tanpa mengesampingkan aspek keamanan, khasiat dan mutu produk. Dalam proses evaluasi keamanan dan khasiat kandidat vaksin tersebut akan melibatkan Tim Komnas (Kominte Nasional) Penilai Obat yang terdiri dari para ahli farmakologi, klinis dan para pakar. Pengambilan keputusan pemberian izin penggunaan darurat ini harus dilakukan dengan pertimbangan kemanfaatan yang lebih tinggi dari risikonya. Keputusan diambil berdasarkan hasil evaluasi data keamanan dan khasiat vaksin.

Izin penggunaan darurat (EUA) telah ditetapkan dengan Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 27 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 24 Tahun 2017 Tentang Kriteria Dan Tata Laksana Registrasi Obat. Sistem pemberian EUA yang diterapkan oleh Badan POM mengacu pada pedoman registrasi kondisi darurat World Health Organization (WHO), European Medicines Agency (EMA) dan United States Food and Drug Administration (US-FDA).

Berdasarkan ketentuan yang berlaku, Industri Farmasi (IF) yang memiliki EUA bertanggung jawab terhadap mutu vaksin. Pengawalan mutu vaksin oleh Badan POM antara lain dilakukan melalui inspeksi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau Good Manufacturing Practices (GMP) ke fasilitas produksi vaksin, dan melakukan pengujian di laboratorium Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan untuk proses pelulusan bets atau lot release, setiap bets produksi sebelum didistribusikan dan digunakan.

Togi menegaskan, selain itu, IF harus melakukan pemantauan farmakovigilans dan pelaporan efek samping vaksin serta melaporkan realisasi importasi, produksi, dan distribusi vaksin selama persetujuan penggunaan darurat. Laporan disampaikan kepada Badan POM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

"BPOM sendiri akan mengawasi rantai distribusi untuk memastikan mutu vaksin. Vaksin memerlukan kondisi penyimpanan khusus yang umumnya pada temperatur antara 2 hingga 8 derajat Celcius, sehingga manajemen rantai dingin merupakan hal yang krusial dilakukan untuk penjagaan mutu vaksin hingga sampai ke pengguna," kata Togi menjelaskan.

(mdk/ang)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Respons Menkes Soal Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Pembekuan Darah
Respons Menkes Soal Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Pembekuan Darah

Menkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca

Baca Selengkapnya
Disinyalir Ada Efek Samping Pendarahan Otak, Sudah 70 Juta Vaksin AstraZeneca Disuntikkan ke Rakyat Indonesia
Disinyalir Ada Efek Samping Pendarahan Otak, Sudah 70 Juta Vaksin AstraZeneca Disuntikkan ke Rakyat Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Sebut Belum Ada Mutasi Baru Covid-19 Meski Varian JN.1 Sudah Menyebar di RI
Kemenkes Sebut Belum Ada Mutasi Baru Covid-19 Meski Varian JN.1 Sudah Menyebar di RI

Penularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.

Baca Selengkapnya
Penjelasan Ahli Kesehatan Usai Heboh Efek Samping Vaksin AstraZeneca hingga Ditarik dari Peredaran
Penjelasan Ahli Kesehatan Usai Heboh Efek Samping Vaksin AstraZeneca hingga Ditarik dari Peredaran

Komnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Baca Selengkapnya
Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Kasus TTS, Begini Hasil Kajian BPOM
Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Kasus TTS, Begini Hasil Kajian BPOM

Belakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.

Baca Selengkapnya
Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Komnas KIPI: Tidak Sebabkan Kasus Pembekuan Otak di Indonesia
Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Komnas KIPI: Tidak Sebabkan Kasus Pembekuan Otak di Indonesia

Jamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.

Baca Selengkapnya
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman

Namun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.

Baca Selengkapnya
Klaim Tak Ada Kaitan Vaksin AstraZeneca dengan Kasus TTS, Komnas KIPI Sebut Sudah Surveilans di 7 Provinsi
Klaim Tak Ada Kaitan Vaksin AstraZeneca dengan Kasus TTS, Komnas KIPI Sebut Sudah Surveilans di 7 Provinsi

Hinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.

Baca Selengkapnya
Benarkah Penerima Vaksin Covid-19 mRNA akan Meninggal dalam 3 atau 5 Tahun? Cek Faktanya
Benarkah Penerima Vaksin Covid-19 mRNA akan Meninggal dalam 3 atau 5 Tahun? Cek Faktanya

Beredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun

Baca Selengkapnya
Kemenkes Tegaskan Vaksin Mpox Sudah Mendapat Persetujuan WHO dan BPOM
Kemenkes Tegaskan Vaksin Mpox Sudah Mendapat Persetujuan WHO dan BPOM

Pemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.

Baca Selengkapnya
Menkes Klaim Cacar Monyet di Indonesia Masih Terkendali
Menkes Klaim Cacar Monyet di Indonesia Masih Terkendali

Hingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya