Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengajarkan agama lewat isyarat

Mengajarkan agama lewat isyarat Khotbah bahasa isyarat. ©Alarabiya.com

Merdeka.com - Agama, bagi pemeluknya, diyakini sebagai pedoman menjalankan kehidupan duniawi. Untuk itu, ajarannya harus menyentuh seluruh lapisan manusia. Tak terkecuali, individu yang memiliki keterbatasan fisik.

Belakangan, sejumlah pendakwah di Tanah Air terlihat aktif menyiarkan agama, terutama Islam, di kalangan tunarungu. Salah satu pendakwah itu adalah Farid. Pria 40 tahun itu lebih ingin disebut sebagai penerjemah untuk kaum tuli.

Menurutnya, ajaran Islam lebih mudah diterima kalangan tunanetra ketimbang tunarungu. Ini lantaran kaum tunanetra masih bisa mengoptimalkan indera pendengaran guna mendapatkan pengajaran agama. Di sisi lain, alat bantu untuk memahami ajaran agama juga sudah tersedia. Maka, banyak tunanetra hafal alquran dan menjadi pendakwah.

Sedangkan, tunarungu hanya bisa mengandalkan bahasa isyarat semata. Sayangnya, gerakan tangan untuk menjelaskan ajaran Islam belum berkembang di Indonesia.

Kesadaran akan pentingnya dakwah kepada kaum tunarungu di Indonesia, muncul sekitar sepuluh tahun lalu. Itu diawali dengan kedatangan empat pendakwah Malaysia, tiga di antaranya tunarungu, ke Tanah Air.

Selama sebulan, mereka menggelar pengajian di Masjid Raya Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Mereka juga menggunakan tenaga ahli bahasa isyarat untuk menerjemahkan setiap ceramah. Alhasil, pengajian itu banyak menarik kaum tunarungu. Di antaranya, Aprizar Zakaria yang kala itu merupakan ketua umum gerakan kesejahteraan untuk tunarungu Indonesia (Gerkatin).

"Saya ketemu Pak Aprizar, ketua asosiasi tunarungu yang diakui pemerintah," katanya saat ditemui di Rumah Belajar Miranda, Cipete, Jakarta Selatan, Sabtu (11/2). Di tempat itu, sejak tiga bulan lalu, rutin digelar pengajian dwimingguan untuk tunarungu.

"Dia cerita, kalau di Indonesia itu ada 1 juta lebih tunarungu, sebagian besar muslim yang tidak mengerti salat."

Dua tahun berselang, giliran sejumlah pendakwah Pakistan mengunjungi Indonesia. Serupa Malaysia, dakwah kepada kaum tunarungu di Pakistan juga sudah berkembang.

Sejak 1980, negara Islam ketiga terbesar dunia itu sudah memiliki bahasa isyarat Islami. Bahasa yang kemudian memudahkan jemaah tunarungu Indonesia mencerna setiap ajaran agama disampaikan pendakwah Pakistan.

"Kami bergerak ke seluruh Jakarta-Bogor," katanya. "Dari keliling itu banyak dari mereka tidak mengerti. Kami tanya 'Allah berapa?' Mereka jawab ada tiga, empat, lima tujuh."

Ada juga sebagian dari kaum tunarungu, lanjut Farid, melaksanakan salat. Tapi tak tahu siapa yang disembah.

"Kemudian, mereka kaum tunarungu kami undang ke Masjid Kebon Jeruk. Kami beritahu Allah itu satu. dan mereka kaget. Mereka juga baru tahu Allah tidak makan. Mereka juga kaget, kalau Allah itu tidak tidur."

Sejak itu, dakwah kepada kaum tunarungu kian digencarkan. Hingga, kemudian, terbentuklah Majelis Taklim Tuli Indonesia (MTTI) pada September 2016.

"Mereka maunya di bilang tuli, kalau tunarungu itu seperti ada yang rusak," katanya. "Di luar negeri tidak disebut tunarungu, tapi tuli. Cuma pemerintah bilang tuli itu kasar."

Majelis itu didirikan, salah satunya, oleh Aprizar setahun setelah menuntaskan tugas sebagai ketua umum Gerkatin. Pria paruh baya itu bercerita lewat gerakan tangan disertai suara tak begitu jelas kami tangkap. Farid pun menjadi perantara komunikasi.

Aprizar mengaku mulai bersemangat belajar Islam sejak menghadiri pengajian digelar pendakwah Malaysia pada 2007.

"Sebelum itu, saya nggak paham pesan-pesan yang disampaikan ustaz. Ada orang Malayasia datang dan saya tertarik dan paham," kata insinyur teknik tersebut dalam kesempatan sama.

"Pada 2009, ada lagi dari Pakistan dan saya semangat lagi. Pada 2010 dan 2011 saya belajar lagi."

Melalui majelis itu Amrizal menginisiasi pengajian dua kali sebulan. Setiap Sabtu pekan pertama dan ketiga. Dan, bertempat di salah satu hunian memang disediakan pemiliknya, pengusaha properti Maya Miranda Ambarsari, sebagai rumah belajar bagi orang tak mampu.

"Kami sudah punya taklim, sehingga bisa mengajak teman-teman tunarungu muslim yang sebelumnya suka datang ke Gereja karena di sana ada penerjemah," katanya. "Kami mengundang ustaz normal dan nanti dibantu oleh teman-teman penerjemah."

Seiring itu, MTTI ingin bekerjasama dengan Kementerian Agama guna menyusun bahasa isyarat islami. Untuk itu, Aprizar berencana melakukan studi banding ke Malaysia dan Pakistan.

Rahayu, Staf Direktorat Penerangan Islam Kementerian Agama, mengakui pernah ada pembahasan mengenai penyusunan kamus bahasa isyarat Islami.

"Tapi belum ada perencanaan di Ditjen Bimas Islam," katanya saat dihubungi. "Penyusunannya harus melibatkan Badan Litbang."

(mdk/yud)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengaji dalam Hening, Potret Anak-Anak Tunarungu Belajar Alquran Isyarat
Mengaji dalam Hening, Potret Anak-Anak Tunarungu Belajar Alquran Isyarat

Ternyata, telunjuk yang menjulang tinggi itu adalah bahasa isyarat huruf hijaiyah "ba"

Baca Selengkapnya
Semangat Anak-Anak Penyandang Tuli Belajar Ngaji di Masjid Al Azhom Tangerang, Gunakan Bahasa Isyarat
Semangat Anak-Anak Penyandang Tuli Belajar Ngaji di Masjid Al Azhom Tangerang, Gunakan Bahasa Isyarat

Dengan menggunakan metode isyarat, anak-anak penyandang tuli jadi lebih mudah memahami Al-Qur'an.

Baca Selengkapnya
FOTO: Semangat Santri Tunarungu Belajar Mengaji Alquran dengan Bahasa Isyarat
FOTO: Semangat Santri Tunarungu Belajar Mengaji Alquran dengan Bahasa Isyarat

Dalam kegiatan yang dilaksanakan selama Ramadan, para santri difabel tunarungu itu belajar mengaji dengan menggunakan bahasa isyarat.

Baca Selengkapnya
Bapak ini Ajari Anaknya Ngaji Pakai Bahasa Sederhana Bikin Cepat Hafal, Ada Mangkuk Bakso Hingga Bebek Jomblo
Bapak ini Ajari Anaknya Ngaji Pakai Bahasa Sederhana Bikin Cepat Hafal, Ada Mangkuk Bakso Hingga Bebek Jomblo

Menariknya, dia justru menggunakan bahasa sederhana hingga menuai gelak tawa dari warganet.

Baca Selengkapnya
Viral Momen Seminar Mahasiswa Penyandang Disabilitas Universitas Lancang Kuning Lampung, Bikin Salut
Viral Momen Seminar Mahasiswa Penyandang Disabilitas Universitas Lancang Kuning Lampung, Bikin Salut

Ia pun menjelaskan seminarnya menggunakan bahasa isyarat.

Baca Selengkapnya
Cara-cara Dakwah di Nusantara, Umat Muslim Wajib Tahu
Cara-cara Dakwah di Nusantara, Umat Muslim Wajib Tahu

Penyebaran Islam di Nusantara merupakan salah satu fenomena sejarah yang menarik untuk dikaji.

Baca Selengkapnya
Aksi Pelatih TNI Ajari Tentara Bertempur, Bersuara Keras & Galak Tapi Malah Bikin Ketawa Ngakak
Aksi Pelatih TNI Ajari Tentara Bertempur, Bersuara Keras & Galak Tapi Malah Bikin Ketawa Ngakak

Sebuah video memperlihatkan seorang pelatih TNI yang melatih prajuritnya dengan cara yang lucu dan bikin ngakak.

Baca Selengkapnya
Belajar dari Orang Betawi Tempo Dulu Kenalkan Agama Islam ke Anak, Lewat Dongeng Sebelum Tidur hingga Syair
Belajar dari Orang Betawi Tempo Dulu Kenalkan Agama Islam ke Anak, Lewat Dongeng Sebelum Tidur hingga Syair

Saat islam dikenalkan sedari dini, maka ke depan sang anak akan lebih memahami dan bisa mempraktikkan ajarannya dengan baik.

Baca Selengkapnya
Asyiknya Belajar Bahasa Inggris di Desa Bahasa Magelang, Sisipkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Asyiknya Belajar Bahasa Inggris di Desa Bahasa Magelang, Sisipkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal

Di desa wisata itu, belajar bahasa Inggris jad iterasa menyenangkan.

Baca Selengkapnya
Sejarah Kata Sholat Diganti Sembahyang di Pulau Jawa, Ternyata Ada Tujuannya
Sejarah Kata Sholat Diganti Sembahyang di Pulau Jawa, Ternyata Ada Tujuannya

Sunan Ampel menerapkan pendekatan dengan mengganti istilah "sholat" menjadi "sembahyang".

Baca Selengkapnya
Viral Cara Unik Ayah Ajari Putrinya Mengaji saat di Rumah, Aksinya Curi Perhatian
Viral Cara Unik Ayah Ajari Putrinya Mengaji saat di Rumah, Aksinya Curi Perhatian

Ada banyak cara untuk mengajari anak belajar mengaji.

Baca Selengkapnya
Budayawan Ngatawi: Pelajari Agama dan Pahami Tradisi Agar Tak Terjebak Radikal
Budayawan Ngatawi: Pelajari Agama dan Pahami Tradisi Agar Tak Terjebak Radikal

Penting membedakan hal yang relevan dan tidak sehingga tidak terjebak dalam paham radikal

Baca Selengkapnya