Mengajarkan agama lewat isyarat
Merdeka.com - Agama, bagi pemeluknya, diyakini sebagai pedoman menjalankan kehidupan duniawi. Untuk itu, ajarannya harus menyentuh seluruh lapisan manusia. Tak terkecuali, individu yang memiliki keterbatasan fisik.
Belakangan, sejumlah pendakwah di Tanah Air terlihat aktif menyiarkan agama, terutama Islam, di kalangan tunarungu. Salah satu pendakwah itu adalah Farid. Pria 40 tahun itu lebih ingin disebut sebagai penerjemah untuk kaum tuli.
Menurutnya, ajaran Islam lebih mudah diterima kalangan tunanetra ketimbang tunarungu. Ini lantaran kaum tunanetra masih bisa mengoptimalkan indera pendengaran guna mendapatkan pengajaran agama. Di sisi lain, alat bantu untuk memahami ajaran agama juga sudah tersedia. Maka, banyak tunanetra hafal alquran dan menjadi pendakwah.
-
Bagaimana anak-anak tunarungu belajar mengaji? Menariknya, pembelajaran mengaji ini menggunakan metode bahasa isyarat agar lebih nyaman diikuti oleh anak-anak tersebut.
-
Mengapa Banyuwangi membuat sekolah inklusif untuk para penyandang disabilitas? Bupati Ipuk Fiestiandani menjelaskan sejak 2013 Banyuwangi telah mewujudkan sekolah inklusi yang ramah bagi para penyandang disabilitas.
-
Bagaimana cara warga disabilitas menunjukkan dukungannya? Dukungan kepada Prabowo-Gibran ini disebutkan sebagai balasan atas kontribusi Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap kelompok disabilitas.
-
Apa yang diberikan Pemkot Tarakan untuk lansia dan disabilitas? Alkes yang diberikan antara lain kursi roda, kacamata, alat bantu dengar, dan tongkat kruk ketiak, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan penyandang disabilitas.
-
Bagaimana Kapolresta Pekanbaru berkomunikasi dengan penyandang disabilitas? Jeki menyampaikan pesan-pesan Pemilu damai 2024 ke Zulkarnain dan istrinya Rosita.AKBP Jeki tiba di rumah Zulkarnain pukul 15.16 WIB bersama Wakapolresta AKBP Henky Poerwanto,Kasat Reskrim Kompol Berry Juana, Kasat Narkoba Kompol Manapar Situmeang dan Kasat Lantas Kompol Birgitta Atvina.Saat tiba di rumah penyandang disabilitas itu, Jeki langsung menemui sosok pria berbaju garis-garis kuning.
-
Siapa yang mengajarkan anak-anak tunarungu? Mereka juga bisa belajar membaca Al-Qur'an lewat bimbingan pengajar yang profesional.
Sedangkan, tunarungu hanya bisa mengandalkan bahasa isyarat semata. Sayangnya, gerakan tangan untuk menjelaskan ajaran Islam belum berkembang di Indonesia.
Kesadaran akan pentingnya dakwah kepada kaum tunarungu di Indonesia, muncul sekitar sepuluh tahun lalu. Itu diawali dengan kedatangan empat pendakwah Malaysia, tiga di antaranya tunarungu, ke Tanah Air.
Selama sebulan, mereka menggelar pengajian di Masjid Raya Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Mereka juga menggunakan tenaga ahli bahasa isyarat untuk menerjemahkan setiap ceramah. Alhasil, pengajian itu banyak menarik kaum tunarungu. Di antaranya, Aprizar Zakaria yang kala itu merupakan ketua umum gerakan kesejahteraan untuk tunarungu Indonesia (Gerkatin).
"Saya ketemu Pak Aprizar, ketua asosiasi tunarungu yang diakui pemerintah," katanya saat ditemui di Rumah Belajar Miranda, Cipete, Jakarta Selatan, Sabtu (11/2). Di tempat itu, sejak tiga bulan lalu, rutin digelar pengajian dwimingguan untuk tunarungu.
"Dia cerita, kalau di Indonesia itu ada 1 juta lebih tunarungu, sebagian besar muslim yang tidak mengerti salat."
Dua tahun berselang, giliran sejumlah pendakwah Pakistan mengunjungi Indonesia. Serupa Malaysia, dakwah kepada kaum tunarungu di Pakistan juga sudah berkembang.
Sejak 1980, negara Islam ketiga terbesar dunia itu sudah memiliki bahasa isyarat Islami. Bahasa yang kemudian memudahkan jemaah tunarungu Indonesia mencerna setiap ajaran agama disampaikan pendakwah Pakistan.
"Kami bergerak ke seluruh Jakarta-Bogor," katanya. "Dari keliling itu banyak dari mereka tidak mengerti. Kami tanya 'Allah berapa?' Mereka jawab ada tiga, empat, lima tujuh."
Ada juga sebagian dari kaum tunarungu, lanjut Farid, melaksanakan salat. Tapi tak tahu siapa yang disembah.
"Kemudian, mereka kaum tunarungu kami undang ke Masjid Kebon Jeruk. Kami beritahu Allah itu satu. dan mereka kaget. Mereka juga baru tahu Allah tidak makan. Mereka juga kaget, kalau Allah itu tidak tidur."
Sejak itu, dakwah kepada kaum tunarungu kian digencarkan. Hingga, kemudian, terbentuklah Majelis Taklim Tuli Indonesia (MTTI) pada September 2016.
"Mereka maunya di bilang tuli, kalau tunarungu itu seperti ada yang rusak," katanya. "Di luar negeri tidak disebut tunarungu, tapi tuli. Cuma pemerintah bilang tuli itu kasar."
Majelis itu didirikan, salah satunya, oleh Aprizar setahun setelah menuntaskan tugas sebagai ketua umum Gerkatin. Pria paruh baya itu bercerita lewat gerakan tangan disertai suara tak begitu jelas kami tangkap. Farid pun menjadi perantara komunikasi.
Aprizar mengaku mulai bersemangat belajar Islam sejak menghadiri pengajian digelar pendakwah Malaysia pada 2007.
"Sebelum itu, saya nggak paham pesan-pesan yang disampaikan ustaz. Ada orang Malayasia datang dan saya tertarik dan paham," kata insinyur teknik tersebut dalam kesempatan sama.
"Pada 2009, ada lagi dari Pakistan dan saya semangat lagi. Pada 2010 dan 2011 saya belajar lagi."
Melalui majelis itu Amrizal menginisiasi pengajian dua kali sebulan. Setiap Sabtu pekan pertama dan ketiga. Dan, bertempat di salah satu hunian memang disediakan pemiliknya, pengusaha properti Maya Miranda Ambarsari, sebagai rumah belajar bagi orang tak mampu.
"Kami sudah punya taklim, sehingga bisa mengajak teman-teman tunarungu muslim yang sebelumnya suka datang ke Gereja karena di sana ada penerjemah," katanya. "Kami mengundang ustaz normal dan nanti dibantu oleh teman-teman penerjemah."
Seiring itu, MTTI ingin bekerjasama dengan Kementerian Agama guna menyusun bahasa isyarat islami. Untuk itu, Aprizar berencana melakukan studi banding ke Malaysia dan Pakistan.
Rahayu, Staf Direktorat Penerangan Islam Kementerian Agama, mengakui pernah ada pembahasan mengenai penyusunan kamus bahasa isyarat Islami.
"Tapi belum ada perencanaan di Ditjen Bimas Islam," katanya saat dihubungi. "Penyusunannya harus melibatkan Badan Litbang."
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ternyata, telunjuk yang menjulang tinggi itu adalah bahasa isyarat huruf hijaiyah "ba"
Baca SelengkapnyaDengan menggunakan metode isyarat, anak-anak penyandang tuli jadi lebih mudah memahami Al-Qur'an.
Baca SelengkapnyaDalam kegiatan yang dilaksanakan selama Ramadan, para santri difabel tunarungu itu belajar mengaji dengan menggunakan bahasa isyarat.
Baca SelengkapnyaMenariknya, dia justru menggunakan bahasa sederhana hingga menuai gelak tawa dari warganet.
Baca SelengkapnyaIa pun menjelaskan seminarnya menggunakan bahasa isyarat.
Baca SelengkapnyaPenyebaran Islam di Nusantara merupakan salah satu fenomena sejarah yang menarik untuk dikaji.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang pelatih TNI yang melatih prajuritnya dengan cara yang lucu dan bikin ngakak.
Baca SelengkapnyaSaat islam dikenalkan sedari dini, maka ke depan sang anak akan lebih memahami dan bisa mempraktikkan ajarannya dengan baik.
Baca SelengkapnyaDi desa wisata itu, belajar bahasa Inggris jad iterasa menyenangkan.
Baca SelengkapnyaSunan Ampel menerapkan pendekatan dengan mengganti istilah "sholat" menjadi "sembahyang".
Baca SelengkapnyaAda banyak cara untuk mengajari anak belajar mengaji.
Baca SelengkapnyaPenting membedakan hal yang relevan dan tidak sehingga tidak terjebak dalam paham radikal
Baca Selengkapnya