Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menghapus Subsidi BBM yang Tinggal Janji

Menghapus Subsidi BBM yang Tinggal Janji Petugas SPBU pakai pelindung wajah. ©2020 Merdeka.com/Arie Basuki

Merdeka.com - Janji Jokowi untuk menghapus subsidi BBM tampaknya tidak akan pernah benar-benar terwujud. Di tengah lonjakan harga minyak dunia, angka subsidi tahun ini diprediksi akan menjadi yang tertinggi di era pemerintahan Jokowi sejak 2015. Upaya pembatasan dan pengaturan selama ini tidak efektif.

Di APBN 2022, pemerintah awalnya mengalokasikan sebesar Rp134 triliun untuk subsidi energi. Dari jumlah itu, sebanyak Rp77,5 triliun digunakan untuk subsidi BBM dan elpiji. Sisanya untuk subsidi listrik.

Namun situasi berubah ketika invasi Rusia ke Ukraina berimbas pada kenaikan komoditas energi di pasar dunia. Saat rapat pada 19 Mei lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengusulkan tambahan Rp74,9 triliun untuk subsidi energi kepada Badan Anggaran DPR. Tambahan anggaran subsidi itu untuk mencegah kenaikan harga BBM, elpiji, dan tarif listrik.

Rinciannya, tambahan untuk subsidi BBM dan elpiji sebesar Rp71,8 triliun dan Rp3,1 triliun untuk subsidi listrik. Dengan tambahan itu, total anggaran membuat biaya negara untuk subsidi energi tahun ini menjadi Rp 208,9 triliun. Jika jumlah itu terealisasi sepenuhnya, angka itu akan menjadi yang tertinggi sepanjang periode pemerintahan Presiden Joko Widodo. Berdasarkan data APBN dari 2015, realisasi subsidi energi tertinggi di masa kepresidenan Jokowi terjadi pada 2018, yakni Rp 153,5 triliun.

Janji Kampanye Jokowi

Saat menjadi calon presiden di 2014, Jokowi menyampaikan dalam empat tahun pertama kepemimpinannya, akan menghapus subsidi BBM secara bertahap dan mengalihkannya untuk pembangunan infrastruktur.

Presiden Jokowi menjelaskan kebijakan menghapus subsidi BBM, khususnya Premium, merupakan upaya pemerintah memperbaiki kesalahan masa lalu dengan mengalihkan subsidi BBM yang nilainya mencapai Rp 300 triliun per tahun.

"Saya kira empat tahun lah, subsidi BBM tadi empat tahun tapi berjenjang. Kurang, kurang, lalu hilang," ujarnya di sela-sela Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional, di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu 30 April 2014.

Delapan tahun berselang, janji itu belum terwujud sepenuhnya. Bahkan Jokowi kini mengeluhkan angka subsidi terus membengkak. Saat berpidato di acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDIP di Lenteng Agung, Jakarta, Selasa (21/6), Jokowi mengaku pemerintah menghadapi tantangan berat untuk menjaga beban subsidi energi yang semakin besar hingga akhir 2022 karena gejolak harga minyak mentah.

"Sampai kapan kita bisa bertahan dengan subsidi sebesar ini? Kalau kita tidak mengerti angka-angka kita tidak akan merasakan betapa sangat besar persoalan saat ini," ucap Jokowi.

Pilihan untuk menaikkan lagi harga BBM, lanjut Jokowi, sulit dilakukan pemerintah karena akan menambah beban rakyat. Meski begitu, rakyat juga harus diberitahu bahwa ada kondisi global yang sangat berat yang dihadapi pemerintah.

Sebagai perbandingan, harga BBM di Indonesia dipertahankan di kisaran Rp12.500 sampai Rp13.000 untuk Pertamax dan Rp7.650 untuk Pertalite. Jokowi mencontohkan, harga BBM di Singapura sudah menyentuh di angka Rp31.682, Jerman Rp31.390, Thailand Rp20.878 dan Amerika Serikat Rp17.374.

"Tidak mungkin kita tidak subsidi. Akan ramai nanti. Juga hitung-hitungan sosial politiknya juga kita kalkulasi," tuturnya.

Jokowi menambahkan, besarnya angka subsidi energi yang dikeluarkan pemerintah tahun ini melampaui kebutuhan biaya untuk membangun Ibu Kota Negara (IKN) yang dipatok sebesar Rp446 triliun. "Subsidi kita besar sekali, bisa dipakai untuk membangun Ibu Kota satu karena angkanya sudah Rp502,4 triliun. Itu semua harus kita mengerti," ujarnya.

Keluhan Presiden Jokowi itu ditanggapi anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PKS, Mulyanto. Dia meminta pemerintah bekerja lebih cermat dengan melakukan efisiensi, termasuk menghentikan dulu proyek-proyek ambisius seperti pembangunan Ibu Kota Negara baru.

"Yang perlu dilakukan pemerintah sekarang adalah serius melaksanakan efisiensi pengelolaan energi nasional. Karena sekarang ini bukan kondisi normal, sehingga Pemerintah dan jajaran birokrasi dari pusat sampai daerah harus menyadari turbulensi ekonomi di tahun politik ini," kata Mulyanto yang dihubungi merdeka.com.

Mulyanto meminta pemerintah menggenjot lagi pendapatan terutama dari kenaikan penerimaan ekspor atas harga komoditas yang naik. Windfall profit, jangan sampai hanya dinikmati oleh kalangan pengusaha eksportir saja.

Dia menyarankan, pemerintah menghitung peluang bagi kenaikan bea keluar, pajak ekspor untuk komoditas-komoditas seperti batubara, tembaga, nikel, CPO dan turunannya. "Sisi penerimaan ini harus digenjot, tidak boleh disikapi biasa-biasa saja oleh Pemerintah," tegasnya.

Mulyanto menyoroti sisi penghematan pengeluaran dengan menghentikan pembangunan infrastruktur yang kurang penting dan mendesak seperti IKN (Ibu Kota Negara) baru dan infrastruktur lainnya.

"Kita tunda saja proyek-proyek ini sampai kondisi ekonomi membaik pasca Pemilu setelah rezim berganti. Ini adalah pilihan yang rasional. Pemerintah jangan memaksakan diri untuk membangun proyek-proyek ini," pesannya.

Gagalnya Proyek RFID

Ratna Dewi (39) ingat betul saat warga di kompleksnya yang memiliki mobil diminta berkumpul di lapangan. Saat itu, sekitar akhir 2013, muncul rencana pembatasan penggunaan BBM jenis premium. Setiap mobil wajib dipasang alat seperti gelang di lubang pengisian tangki BBM.

"Mobil saya waktu itu dipasang alat namanya RFID (Radio Frequency Identification), gratis. Kata Pak RT, alat itu untuk memantau berapa banyak BBM subsidi yang dipakai oleh setiap mobil," tutur warga Depok itu saat berbincang dengan merdeka.com.

Setelah pemasangan alat RFID, Ratna mengaku tidak mendapatkan penjelasan lagi dari petugas dan ketua RT. Dia juga tidak mengetahui bagaimana mekanisme pengawasan saat itu. Dia hanya diminta mengisi formulir data pribadi dan pelat nomor kendaraannya.

"Saya mengisi BBM premium di SPBU biasa-biasa aja. Tidak ada permintaan data atau harus mengisi formulir khusus," ujarnya. Hingga mobilnya dijual beberapa tahun lalu, Ratna mengaku tidak mengetahui fungsi RFID.

Padahal, RFID merupakan bagian dari Sistem Monitoring dan Pengendalian Bahan Bakar Minyak (SMPBBM) yang dijalankan pemerintah mulai 2013. PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) ditunjuk sebagai perusahaan yang menyiapkan infrastruktur SMPBBM.

Cara kerja RFID yang dirancang saat itu adalah, data pemilik mobil dicatat ke dalam sistem berdasarkan STNK. Setiap satu nama yang tercatat akan mendapatkan gelang RFID yang sebelumnya sudah diprogram sesuai jenis dan kategori kendaraan menggunakan RFID Programmer. Setiap gelang RFID mewakili satu profil pemilik dan kendaraannya yang tidak bisa saling tukar. Karena jika ditukar maka datanya akan berubah.

Pemasangan gelang di mulut tangki bertujuan agar saat mengisi BBM, RFID reader yang dipasang di nozel dispenser bahan bakar di SPBU bisa mendata. RFID reader akan menolak mengeluarkan bensin jenis premium jika program pada gelang RFID di kendaraan sudah diseting tidak boleh mengonsumsi bahan bakar bersubsidi.

Data yang dibaca oleh RFID reader terhubung pada HMI monitor yang diletakan di dispenser SPBU. Dari monitor itu bisa diketahui, data kendaraan hingga jumlah dan jenis bahan bakar yang dibeli. Sistem akan menunjukkan berapa banyak kuota bahan bakar bersubsidi yang masih bisa dibeli.

Data-data dari tiap SPBU itu kemudian dikirim ke data center yang datanya bisa diakses oleh pusat monitoring nasional. Dari data tersebut, pemerintah mendapatkan data konsumsi bahan bakar secara akurat di seluruh Indonesia. Proyek ini seharusnya dijalankan oleh Pertamina dan PT INTI mulai 2013-2018 dengan target 100 juta kendaraan. Namun pada pada 2016, pemasangan RFID dihentikan setelah pemerintah mengubah kebijakan untuk BBM jenis premium.

Subsidi Salah Sasaran dan MyPertamina

Pada Maret 2022 lalu, pemerintah secara resmi menetapkan jenis bensin research octane number (RON) 90 dengan nama dagang Pertalite menjadi Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP) menggantikan bensin RON 88 atau Premium. Penetapan ini tercantum dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan.

"Bensin RON 90 ditetapkan sebagai JBKP berdasarkan Kepmen ESDM No 37.K/HK.02/MEM.M/2022 yang ditandatangani 10 Maret 2022 tentang JBKP," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, Selasa (29/3).

Kuota JBKP bensin RON 90 atau jenis Pertalite pada tahun ini ditetapkan sebesar 23,05 juta kilo liter. Sementara realisasi penyaluran JBKP Pertalite sampai dengan bulan Februari 2022 sebesar 4,258 juta kilo liter atau melebihi kuota Februari secara year to date.

"Jika diestimasikan melalui normal skenario, maka di akhir 2022 akan terjadi over kuota sebesar 15% dari kuota normal," kata Tutuka.

Perubahan ini membuat peralihan konsumsi BBM. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, konsumsi Pertalite hampir 80 persen di antara BBM jenis bensin lainnya seperti Pertamax, Pertamax Turbo dan Premium.

"Pertalite paling banyak dikonsumsi masyarakat, porsi konsumsi Pertalite sekitar 79%. Itu berdasarkan realisasi tahun 2021. Keberadaan Pertalite saat ini menjadi paling penting karena menjadi tulang punggung BBM bagi masyarakat," ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi, Maret lalu.

Menurut Agung, konsumsi Pertalite makin meningkat tiap tahun. Tahun 2017 hingga tahun 2021 konsumsi Pertalite berturut-turut sekitar 14,5 juta KL, 17,7 juta KL, 19,4 juta KL, 18,1 juta KL dan 23 juta KL. "Tahun 2020 konsumsi Pertalite turun karena pandemi Covid-19. Namun, tahun 2021 konsumsinya meningkat lagi hingga 23 juta KL. Sedangkan tahun ini diproyeksikan pada kisaran 23 juta KL," jelasnya.

Melonjaknya harga minyak dunia membuat jumlah subsidi terhadap Pertalite dan solar meningkat. Upaya pembatasan kini akan kembali diberlakukan. PT Pertamina mengumumkan aplikasi MyPertamina akan dipakai sebagai cara untuk membatasi penggunaan BBM bersubsidi.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution mengatakan, pihaknya berinisiatif dan berinovasi untuk melakukan uji coba penyaluran Pertalite dan solar bagi pengguna berhak yang sudah terdaftar di dalam sistem MyPertamina mulai 1 Juli 2022. Aplikasi MyPertamina akan menjadi syarat untuk membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan Solar. Pertamina ingin penyaluran subsidi bisa tepat sasaran.

"Kami menyiapkan website MyPertamina, yakni https://subsiditepat.mypertamina.id/ yang dibuka pada 1 Juli 2022," kata Alfian, Selasa (28/6).

Pertamina menjelaskan bahwa masyarakat yang merasa berhak menggunakan Pertalite dan Solar dapat mendaftarkan datanya melalui laman tersebut untuk kemudian menunggu apakah kendaraan dan identitasnya terkonfirmasi sebagai pengguna yang terdaftar. Sistem MyPertamina akan membantu perseroan dalam melakukan pencocokan data pengguna yang akan membeli BBM bersubsidi Pertalite dan Solar.

Dalam situs MyPertamina dijelaskan, pendaftaran baru akan dibuka pada tanggal 1 Juli 2022. Implementasi Tahap 1 dilaksanakan di 11 wilayah yakni Kota Bukit Tinggi, Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang, Kab. Tanah Datar, Kota Banjarmasin, Kota Bandung, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Manado, Kota Yogyakarta, dan Kota Sukabumi.

Bagaimana teknis pelaksanaannya, hingga kini Pertamina belum menjelaskan detailnya. Penjelasan yang diberikan hanya untuk konsumen biosolar subsidi sesuai lampiran Perpres No 191 tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Sementara untuk konsumen Pertalite, masih menunggu revisi perpres.

Irto Ginting, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga mengungkapkan, tahap pertama adalah registrasi pengguna sambil menunggu revisi Perpres 191/2014. Kriteria penerima disesuaikan dengan ketentuan dari Pemerintah.

Dia mengakui, kriteria untuk pengguna Pertalite hingga kini belum diputuskan pemerintah. Sedangkan untuk untuk solar masih berlaku Perpres 191/2014.

"Pendaftaran nanti melalui web MyPertamina, data diri dan kendaraan akan didaftarkan. Verifikasi tentunya akan dikoordinasikan dengan pihak regulator," ujarnya.

Pengawasan Pelaksanaan MyPertamina

Menghapus subsidi BBM dinilai sebagai langkah yang tidak akan dilakukan oleh siapapun pemerintah yang berkuasa. Apapun kebijakan yang diambil untuk membatasi penggunaan BBM bersubsidi tidak akan berhasil tanpa pengawasan di lapangan.

Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar Bambang Patijaya menyatakan pemerintah tidak punya pilihan selain tetap melanjutkan subsidi BBM.

"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu memang harus dirasakan dengan situasi sulit ini, negara hadir memberikan perhatian. Harus ada keadilan sosial," ujarnya kepada merdeka.com.

Dia mendukung langkah pemerintah yang kini akan menggunakan aplikasi MyPertamina. Namun dalam pandangan Bambang, pelaksanaannya akan terhambat pada kemampuan masyarakat.

"Yang menjadi tantangan kita bagaimana go digital. Masyarakat kita ini memang sudah menuju pada era 4.0, tapi kan tahu sendiri, belum semua lapisan masyarakat mengerti. Dari penggunaannya, kemudian kemahiran dan sebagainya. Jadi memang ini menjadi tantangan," ujarnya.

Pembatasan penggunaan BBM bersubsidi sebenarnya bisa dilakukan oleh masing-masing pemerintah daerah. Bambang mencontohkan di daerah pemilihannya di Bangka Belitung. Sejak dua tahun yang lalu, pemerintah provinsi menerapkan aplikasi fuel card. Penggunanya adalah truk, dump truk, angkutan logistik dan sebagainya. Dengan aplikasi ini, para sopir punya kepastian mendapatkan BBM di SPBU.

Aplikasi ini, lanjut Bambang, berhasil mencegah penyelewengan dari pembeli yang akan menjual BBM subsidi ke pihak lain dengan memanfaatkan selisih yang cukup besar. "Istilahnya ngerit. Dia ngerit itu pura-pura sebagai pembeli, nanti dikuras, dijual ke sektor lain. Selisih harganya tinggi tuh. Mereka mengambil keuntungan dari situ, nah itu yang dihindari," jelasnya.

Bambang berharap, jika penggunaan aplikasi MyPertamina diterapkan, pihak Pertamina lebih gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Apa saja manfaat aplikasi ini dan tujuan aplikasi ini untuk apa, agar masyarakat mengerti.

"Suatu aplikasi itu akan bermanfaat dan applicable jika memang disosialisasikan dengan baik dan kemudian memang dipakai. Jadi bukan hanya promosi-promosi aja," pungkasnya.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ekspresi Berkerut Jokowi Saat Ditanya Pembatasan BBM Subsidi
Ekspresi Berkerut Jokowi Saat Ditanya Pembatasan BBM Subsidi

Sampai saat ini pemerintah belum terpikirkan untuk membatasi BBM bersubsidi

Baca Selengkapnya
Benarkah Harga BBM Naik Mulai 1 Juni 2024? Jokowi Beri Bocoran Begini
Benarkah Harga BBM Naik Mulai 1 Juni 2024? Jokowi Beri Bocoran Begini

Jokowi menilai bahwa keputusan pemerintah terhadap harga BBM menyangkut hajat hidup orang banyak.

Baca Selengkapnya
Presiden Jokowi Bantah Ada Pembatasan BBM Subsidi Mulai 17 Agustus
Presiden Jokowi Bantah Ada Pembatasan BBM Subsidi Mulai 17 Agustus

Kabar pembatasan BBM bersubsidi ini pertama kali diungkapkan Menko Luhut di sosial medianya.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Air Muka Jokowi Langsung Berubah, Buru-Buru Bantah Soal Pembatasan BBM Subsidi
VIDEO: Air Muka Jokowi Langsung Berubah, Buru-Buru Bantah Soal Pembatasan BBM Subsidi

Jokowi menambahakan pemerintah belum berpikir untuk membatasi BBM subsidi dalam waktu dekat

Baca Selengkapnya
Segini Harga BBM Pertamina Mulai 1 Juni 2024
Segini Harga BBM Pertamina Mulai 1 Juni 2024

Harga ini berlaku untuk wilayah Jawa dan wilayah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar 5 persen.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Nada Tinggi Jokowi Bahas Peluang Harga BBM Naik, Bicara Sampai Tunjuk-Tunjuk
VIDEO: Nada Tinggi Jokowi Bahas Peluang Harga BBM Naik, Bicara Sampai Tunjuk-Tunjuk

Jokowi mengatakan pemerintah akan menghitung secara cermat sebelum memutuskan kebijakan harga BBM.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Viral Harga BBM Naik Sampai Makan Siang Gratis Pakai Dana BOS
VIDEO: Viral Harga BBM Naik Sampai Makan Siang Gratis Pakai Dana BOS

Rencana penggunaan dana BOS ini pertama kali diungkapkan oleh Menko Perekonomian Airlangga

Baca Selengkapnya
VIDEO: Blak-blakan, Viral Harga BBM Naik Sampai Makan Siang Gratis Pakai Dana BOS
VIDEO: Blak-blakan, Viral Harga BBM Naik Sampai Makan Siang Gratis Pakai Dana BOS

Sejumlah badan usaha swasta penyedia BBM semisal Shell Indonesia dan BP AKR terus mendongkrak harga BBM miliknya selama beberapa bulan terakhir.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Pastikan Belum Ada Rapat Bahas Pembatasan BBM Subsidi
Sri Mulyani Pastikan Belum Ada Rapat Bahas Pembatasan BBM Subsidi

Sri Mulyani menerangkan, alasan pembatasan BBM subsidi untuk efisiensi APBN 2025.

Baca Selengkapnya
Usai Tertahan di Februari 2024, Harga BBM Pertamina Bakal Naik Usai Pemilu?
Usai Tertahan di Februari 2024, Harga BBM Pertamina Bakal Naik Usai Pemilu?

Usai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya
Rupiah Terus Melemah, Harga BBM Pertamax Diprediksi Naik Awal Bulan Depan
Rupiah Terus Melemah, Harga BBM Pertamax Diprediksi Naik Awal Bulan Depan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat berjanji akan menghitung dan mempertimbangkan kemampuan fiskal negara terkait potensi kenaikan harga BBM.

Baca Selengkapnya
Jokowi Tak Tahu Rencana Pertamina Mau Hapus Pertalite Tahun Depan
Jokowi Tak Tahu Rencana Pertamina Mau Hapus Pertalite Tahun Depan

Hal ini diungkapkan sehari setelah Pertamina mengumumkan ide penghapusan Pertalite di hadapan Komisi VII pada Rabu, 30 Agustus 2023 kemarin.

Baca Selengkapnya