Menguji Khasiat Vaksin Nusantara
Merdeka.com - Siti Fadilah tampak bugar. Terutama dalam sepekan ini. Setelah mendapat Vaksin Nusantara pada 23 April 2021, dia merasa tidurnya lebih nyenyak. Meski begitu, bukan berarti bahwa proses vaksinasi buatan Letjen TNI dr Terawan Agus Putranto ini sudah dianggap berhasil.
Kedua mantan menteri kesehatan (menkes) itu memang dikenal akrab. Keduanya kerap berkomunikasi. Termasuk tentang vaksinasi hingga masalah Covid-19 yang tengah melanda dunia ini.
Berawal dari komunikasi itu, Siti Fadilah kemudian memberanikan diri menjadi relawan Vaksin Nusantara fase 2. Sekitar 16 April 2021, ibu berusia 71 tahun itu mendatangi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Setiba di lokasi, mantan menkes era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu langsung disambut dengan Terawan.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Bagaimana vaksin DBD bekerja? Vaksin DBD bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan virus dengue, sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi lebih lanjut.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang cocok menerima vaksin DBD? Vaksin ini terutama direkomendasikan untuk individu yang telah mengalami infeksi dengue sebelumnya, karena efektivitasnya lebih tinggi pada orang-orang yang telah memiliki kekebalan terhadap setidaknya satu serotipe virus dengue.
Tahapan dimulai dengan penjelasan tentang proses vaksinasi. Kemudian Siti Fadilah diminta melakukan tahap screening dengan mengisi formulir. Dalam tahap ini, dia mengaku memiliki komorbid. Beruntung masalah itu bukan menjadi halangan. Terawan dan tim RSPAD tetap mengizinkan Siti Fadilah menjalani proses vaksinasi.
"Komorbid saya sangat cocok sekali dengan teknologi dari Terawan. Karena saya tidak mungkin bisa divaksin dengan Sinovac maupun Pfizer dan Astrazeneca," kata Siti Fadilah ketika berbincang dengan merdeka.com Selasa, 27 April 2021.
Dalam proses vaksinasi menggunakan Vaksin Nusantara, tiap relawan akan diambil darah sebayak 40cc. Kemudian darah tersebut dipisahkan dan hanya diambali sel dendritik menggunakan teknologi yang dikembangka Terawan di RSPAD.
Setelah sel dendritik berhasil dipisahkan, kemudian akan dipertemukan dengan antigen SARS CoV-2 (virus Covid-19). Pertemuan itu berguna untuk merangsang kekuatan sel dendritik. Ada pula beberapa zat ditambah guna semakin memperkuat sel yang berperan dalam fungsi sistem imunitas tubuh.
Kurang lebih selama 8 hari keduanya menjalani masa inkubasi hingga sel dendritik dinyatakan kuat. Bila sel dendritik dianggap sudah mampu, kemudian relawan diminta datang untuk disuntikkan kembali ke tubuh.
Kini semua tahap penyutikan Vaksin Nusantara sudah dilalui Siti Fadilah. Tidak ada efek samping dirasakan dalam tubuhnya. Justru dia merasa lebih segar dan bugar. Kemudian dia diminta kembali lagi untuk memeriksa kekuatan sel dendritik pada 21 Mei 2021 nanti.
"Dengan teknologi dari Terawan, saya jadi tahu sel dendritik saya ternyata kuat," ujar Siti Fadilah.
Bukan hanya Siti Fadilah, sejumlah anggota DPR juga disuntik Vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis pekan lalu. Mereka yang divaksinasi yakni Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Fraksi PAN Saleh P Daulay, Anggota Komisi IV Firman Soebagyo, Wakil Ketua Komisi IX Melki Laka Lena, Nihayatul Wafiroh, Anggota Komisi IX Anas Tahir, Arzeti Bilbina, Saniatul Lativah, Sri Meliyana, Robert Kardinal, Adian Napitupulu.
"Komisi lX berproses dari awal membahas memutuskan dan menjadi bagian dari relawan vaksin nusantara bersama pimpinan DPR RI dan teman-teman komisi lainnya," kata Melki.
Usai divaksinasi, kata Melki, para anggota DPR tidak mengalami efek samping apapun. "Semua teman-teman dan pimpinan DPR RI sejauh ini semua baik baik saja," kata Melki.
Sekitar pertengahan April 2021, mantan Menkes Terawan pernah menjelaskan tentang Vaksin Nusantara di depan anggota DPR. Awalnya penelitian vaksin ini dikembangkan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi, Semarang.
Terawan menjelaskan vaksin yang disebut AV-Covid-19 ini merupakan solusi bagi para pengidap komorbid berat. Karena sel dendritik bersifat personalized atau menyesuaikan kondisi setiap pasien. Sehingga dia mengklaim Vaksin Nusantara aman karena sifatnya individual.
Hasil penelitian sejak 2015 di RSUP dr Kariadi juga sudah diunggah ke Jurnal Internasional. Namun pada saat itu dikembangkan dan diteliti untuk penyakit kanker.
"Ini terus berkembang, lalu ketika ada ide dendritik vaksin untuk Covid-19, kami lakukan uji binatangnya melalui pihak ketiga di Amerika sehingga ini bisa berjalan baik dan membuat kami mantap (untuk kembangkan)," kata Terawan.
Terawan mengatakan vaksin yang merupakan hasil kerja sama Aivita Biomedical dari Amerika Serikat, Universitas Diponegoro dan RSUP dr Kariadi Semarang ini sudah melewati uji klinis tahap pertama.
Mantan Menkes Siti Fadilah mendapat Vaksin Nusantara dari dr Terawan ©2021 Merdeka.com
Kehadiran Vaksin Nusantara memang sempat disorot BPOM. Menurut Kepala BPOM Penny Lukito, prosedur Vaksin Nusantara belum sesuai standar internasional yang berlaku. Untuk itu, perlu ada pembahasan khusus untuk jenis vaksin buatan mantan Menkes Terawan ini.
"Setiap pengembangan vaksin apapun harus mengikuti standar yang sudah ditetapkan secara internasional," ujar Penny kepada merdeka.com, Rabu kemarin.
Untuk melanjutkan penelitian Vaksin Nusantara, BPOM telah menandatangani nota kesepamahaman dengan Kementerian Kesehatan dan TNI AD. Dalam kesepakatan itu menyetujui bahwa Vaksin Nusantara kini bersifat penelitian berbasis pelayanan. Adapun peran BPOM kini hanya memberikan pengarahan terkait proses penelitian sesuai dengan kaidah saintifik dan standar yang berlaku.
Dukungan dari Kemenkes
Nota kesepamahaman "Penelitian Berbasis Pelayanan Menggunakan Sel Dendritik" antara Kemenkes, BPOM dan TNI AD dilakukan pada Senin, 19 April 2021 di Markas Besar TNI AD, Jakarta. Penandatanganan juga dihadiri langsung Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhajir Effendy. Kesepakatan ini sebagai upaya untuk meningkatkan imunitas terhadap Virus SARS-CoV-2 atau Covid-19.
Penelitian dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto ini selain mempedomani kaidah penelitian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan, juga bersifat autologus yang hanya dipergunakan untuk diri pasien sendiri. Sehingga tidak dapat dikomersialkan.
Juru Bicara Vaksinasi, dr Siti Nadia Tarmizi, menegaskan Kementerian Kesehatan sebagai pihak yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan akan mendukung proses pengembangan Vaksin Nusantara. Keputusan ini tentu sambil menunggu tahapan uji klinis fase 1 yang harus memenuhi beberapa kriteria.
"Pelayanan menggunakan sel dendritik berdasarkan nota kesepamahaman, saat ini sebagai alternatif untuk meningkatkan imunitas," kata Nadia kepada merdeka.com, Selasa lalu.
Untuk pengawasan, kata Nadia, tentu ini akan menjadi perhatian khusus. Nantinya jika ditemukan pasien yang mengalami hal yang tidak diinginkan, Kemenkes segera turun tangan untuk dilakukan audit.
Sementara itu, Ahli Virologi Universitas Udayana Bali Prof I Gusti Ngurah Kade Mahardika, melihat vaksinasi menggunakan sel dendritik tidak bisa digunakan secara massal. Ini dikarenakan sumber sel dendritik hanya bisa diberikan kepada sumber sel itu berasal.
Selain itu, biaya yang dikeluarkan melalui proses pembuatan Vaksin Nusantara juga diperkirakan akan sangat besar. "Setiap orang akan mengalami proses yang berbeda dan itu sangat tidak mungkin dilakukan dengan cepat," kata Prof Kade Mahardika kepada merdeka.com.
Sepengetahuan dia, sel dendritik memang mampu memicu kekebalan tergantung virus yang dihadapkan. Misalnya dihadapkan dengan virus Influenza maka setelah disuntikkan, seseorang hanya akan kebal terhadap virus itu saja dan tidak terhadap Covid-19.
Teknologi pemisah sel dendritik digunakan Terawan, kata dia, selama ini bukan penemuan baru dalam dunia kesehatan. Sebab selama ini sudah dipakai untuk kanker dan penyakit lain terkait metabolisme.
"Memang banyak peneliti tidak begitu puas dengan hasilnya. Karena tadi saya bilang induksi di luar tubuh itu pasti jauh kurang sempurna dengan induksi di dalam tubuh," ujar dia menjelaskan.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Vaksin Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah inovasi penting dalam upaya mengurangi beban penyakit dengue.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com menangkap berbagai momen dramatis pandemi Covid-19 sepanjang tiga tahun melanda Indonesia. Berikut foto-fotonya:
Baca SelengkapnyaMohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
Baca SelengkapnyaProduksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaDari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.
Baca SelengkapnyaMulai 1 Januari 2024, vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum berbayar.
Baca SelengkapnyaDia lalu mengatakan vaksin dengue dapat diberikan kepada masyarakat berusia 6 hingga 45 tahun.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaVaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca Selengkapnya