Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mereka menggerus kesejahteraan rakyat

Mereka menggerus kesejahteraan rakyat Ilustrasi Korupsi. ©2015 Merdeka.com/Angeline Agustine

Merdeka.com - Korupsi menjadi salah satu musuh bebuyutan Indonesia dalam setiap masa. Sejak otonomi daerah diberlakukan, gelombang kepala dan wakil kepala daerah masuk penjara lantaran rasuah terus terjadi.

Memprihatinkan sudah tentu. Sebab, anggaran atau eksplorasi alam mestinya dinikmati rakyat hanya beredar di kantung-kantung penguasa dan kroninya, serta pengusaha hitam.

Peneliti lembaga nirlaba Indonesia Corruption Watch, Wanna Alamsyah, menyatakan memang kebanyakan pelaku korupsi justru berasal dari kepala atau pejabat daerah. Menurut catatannya, selama semester I 2016 (Januari-Juli), sebanyak 205 dari 210 kasus korupsi terjadi di daerah.

"Sebagian besar kasus korupsi terjadi di daerah. Kasus korupsi yang terjadi di nasional sebanyak lima kasus atau sekitar dua persen. Sedangkan kasus korupsi yang terjadi di daerah sebanyak 205 kasus atau sekitar 97 persen," kata Wanna kepada merdeka.com, Selasa (30/8) lalu.

Wanna menyatakan, modus paling sering terjadi adalah penggelapan. Di sampingnya ada proyek fiktif dan penyalahgunaan anggaran.

"Sektor keuangan daerah menjadi sektor yang paling rentan dikorupsi dengan 34 kasus. Sektor pelayanan publik menjadi sektor kedua yang paling rentan dikorupsi," ucap Wanna.

Korupsi di bidang infrastruktur, menurut Wanna, pada 2016 tercatat menelan kerugian negara sebesar Rp 486,5 miliar atau 55 persen. Sedangkan non-infrastruktur menghilangkan duit rakyat sebanyak Rp 404 miliar atau 45 persen.

Dalam pemetaan korupsi, bupati paling banyak terlibat. Sebab, mereka diberi kewenangan amat luas buat dan kerap tidak terkendali. Dengan begitu, mereka bisa dengan mudah menerbitkan izin, atau mengutak-atik anggaran buat proyek fiktif. Alhasil, warga seolah sengaja dibuat tak berdaya supaya mereka tetap mempunyai ketergantungan terhadap para elite penguasa. Makanya, warga tak peduli lagi dengan politik uang, asalkan mereka tidak kelaparan.

(mdk/ary)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mendagri Ungkap Keluarga Kepala Daerah & Timses Jadi Honorer: Jam 8 Masuk, Jam 10 Ngopi-ngopi
Mendagri Ungkap Keluarga Kepala Daerah & Timses Jadi Honorer: Jam 8 Masuk, Jam 10 Ngopi-ngopi

Mendagri mengatakan kebanyakan tenaga honorer dari keluarga Keluarga Kepala Daerah tak memiliki keahlian khusus.

Baca Selengkapnya
Miris! Kemiskinan di Daerah Tambang dan Kaya Sumber Daya Alam
Miris! Kemiskinan di Daerah Tambang dan Kaya Sumber Daya Alam

Guru Besar Hukum Pidana Universitas Pancasila Agus Surono mengatakan, tantangan terbesar dalam pengelolaan SDA adalah masalah deforestasi.

Baca Selengkapnya
Jaksa Agung ke Kajari di Rakornas Sentul: Hati-hati Penanganan Korupsi Kepala Desa
Jaksa Agung ke Kajari di Rakornas Sentul: Hati-hati Penanganan Korupsi Kepala Desa

Karena saat menjabat, seorang kepala daerah mendadak akan mengelola uang hingga Rp1-2 miliar setiap tahun.

Baca Selengkapnya
Megawati Sindir Pejabat Negara: Apa Hanya Ingin Dapat Kuasa? Non Sense, Enggak akan Langgeng!
Megawati Sindir Pejabat Negara: Apa Hanya Ingin Dapat Kuasa? Non Sense, Enggak akan Langgeng!

Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri mengaku sedih melihat pejabat negara yang hanya mau enak saja dan memikirkan kekuasaan semata.

Baca Selengkapnya
ICW Catat Kasus Korupsi di Sektor Desa Tempati Posisi Teratas pada 2023
ICW Catat Kasus Korupsi di Sektor Desa Tempati Posisi Teratas pada 2023

Indonesia Corruption Watch (ICW) memaparkan korupsi terbanyak pada 2023 ditemukan di sektor desa.

Baca Selengkapnya
Kabareskrim: Ada Kades Kumpulkan Dana Desa untuk Plesiran
Kabareskrim: Ada Kades Kumpulkan Dana Desa untuk Plesiran

Wahyu menilai, penyelewengan dana desa ini diakibatkan para kepala desa tak memiliki pengetahuan yang memadai.

Baca Selengkapnya
Pemkab Garut Pentingkan Anggaran Dinas Luar Negeri Ketimbang Bansos Atasi Kemiskinan
Pemkab Garut Pentingkan Anggaran Dinas Luar Negeri Ketimbang Bansos Atasi Kemiskinan

KPK heran mengapa Pemkab mementingkan perjalanan dinas yang tidak bisa mengentaskan kemiskinan.

Baca Selengkapnya