Miskin di kota kaya di desa
Merdeka.com - "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dulu, bersenang-senang kemudian", Mungkin peribahasa itu cocok untuk menggambarkan bagaimana kehidupan pedagang warung Tegal di perantauan. Kebanyakan, mereka hidup apa adanya. Tempat usaha disewa sekaligus juga dijadikan hunian. Apalagi kebanyakan warteg-warteg seperti di Kota Jakarta buka hingga 24 jam.
Seolah tak percaya ketika menyambangi kampung warteg di Desa Sidakaton, Kelurahan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Jejeran rumah mewah mirip komplek perumahan elite di Jakarta itu begitu mengundang decak kagum. Mayoritas rumah-rumah itu dimiliki oleh para pedagang warteg. "Hampir 50 persen di kampung ini usaha Warteg," ujar Kepala Desa Sidakaton, Haji Untung saat berbincang dengan merdeka.com di kediamannya beberapa waktu lalu.
Memang, hampir semua penduduk di Desa Sidakaton sebagian penghuninya berprofesi sebagai pedagang warteg. Tak terkecuali dengan Haji Untung yang kini menjabat Kepala Desa di Kampung Warteg Sidakaton. Lelaki berbadan tambun itu juga merupakan pedagang warteg. Dia hingga kini masih memiliki usaha Warung Tegal di Jembatan Dua, Jakarta Utara. Usaha itu pun kini diteruskan oleh anaknya. "Alhamdulillah saya masih punya," ujar Haji Untung.
-
Siapa yang membuka Warteg di Kampung Indonesia? 'Kalau saya aslinya Surabaya,' kata Hadi Wijoyo kepada sang kreator yang memesan nasi rames khas Indonesia.
-
Makanan apa yang dijual Warteg? Saat itu Bupati Tegal, Kyai Rangga, meminta agar rakyatnya menyiapkan telur asin dan orek tempe sebagai perbekalan.
-
Kenapa Warteg muncul di Jabodetabek? Pada abad ke-17, Sultan Agung memerintahkan masyarakat Tegal untuk membantu menyediakan makanan murah bagi prajurit Mataram.
-
Bagaimana Cinta Kuya berjualan nasi warteg? Cinta berjualan nasi warteg dengan mobilnya. Berbagai makanan tersusun rapi di bagian belakang mobilnya.
-
Siapa yang suka sama warteg? Tahu enggak persamaan kamu dengan warteg?Sama-sama sederhana, tapi banyak yang suka
-
Dimana Sate Haji Ishak berjualan? Mengutip tangerangkota.go.id, pedagang sate ini sudah 70 tahun berjualan di kawasan kuliner Pasar Lama Kota Tangerang. Bahkan dari tempat, resep, sampai gerobaknya tetap sama sejak 1954 silam.
Jejeran rumah mewah berharga miliaran itu memang menjadi bukti jika penduduk asli Desa Sidakaton memang sukses di perantauan. Menurut Haji Untung, pembangunan rumah-rumah mewah di desanya itu memang menjadi motivasi bagi warganya yang lain. Apalagi dengan pembangunan para pedagang warteg itu juga membawa manfaat bagi tempat kelahirannya. "Mereka juga menjadi salah satu penyumbang pajak terbesar," ujarnya. Menurut Haji Untung, para pedagang warteg asal Desa Sidakaton merupakan taat pajak.
Meski banyak menilai sinis soal perilaku pedagang warteg di perantauan karena justru membangun desanya, namun tidak bagi penduduk desa Sidakaton. Menurut Haji Untung, selain memberikan kontribusi pajak dari pembangunan desa, pedagang-pedagang warteg ini juga ringan tangan terhadap para tetangganya. Bahkan setiap setahun sekali saban Lebaran Anak Yatim, warga kurang mampu di Desa Sidakaton juga mendapatkan berkah dari pedagang warteg.
Saban tahun mereka rutin memberikan amal untuk tetangga di desanya yang kurang mampu. Bukan hanya suka beramal, untuk pembangunan jalan dan segala bentuk pembangunan desa, pedagang warteg ini juga memiliki sumbangsih besar. Mereka juga memberikan sumbangan untuk pembangunan tempat kelahiran mereka. "Setahun sekali biasanya sering diadakan acara amal ketika Lebaran Anak Yatim," ujar Haji Untung.
Hal senada juga dikatakan Dastoro, salah seorang pedagang warteg juga menjadi pengurus di Koperasi Warung Tegal. Menurut dia, keberadaan rumah-rumah mewah di kampung warteg Sidakaton sejatinya memang membawa hal positif bagi desanya. Apalagi menurut dia, sumbangsih terhadap pajak bagi Desa Sidakaton juga diperoleh dari para pedagang-pedagang warteg.
Alasan lain kenapa banyak pedagang warteg membangun rumah di kampung dibanding dengan di tempat dia usaha itu terjadi lantaran harga rumah di kota jauh lebih mahal. Jadi menurut Dastoro, pada akhirnya pedagang-pedagang warteg itu justru membangun rumah di kampung halamannya. Apalagi, tanah dimiliki pedagang warteg itu juga luas. Namun demikian pergeseran membangun di desa juga sudah berubah saat ini. Banyak juga kata dia pedagang warteg yang membeli rumah di kota tempa mereka berusaha.
"Kalau sekarang sudah banyak orang-orang warteg yang punya rumah di Jakarta," ujar Dastoro.
Simak video liputan mewahnya kampung warteg berikut.
(mdk/arb)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rumah di kampung miliader yang ada di Jawa Tengah ini tampak mewah.
Baca SelengkapnyaKini rumah tersebut didiami oleh ibunya. Pembangunan di desa kampung halaman sang bupati itu juga cukup baik.
Baca SelengkapnyaMayoritas warga di sana merantau dan berhasil memperoleh kesuksesan di tanah rantau
Baca SelengkapnyaWonosobo menyimpan rahasia. Salah satu desanya ternyata ada banyak rumah mewah.
Baca SelengkapnyaKepala Desa Ponggok Junaedi Mulyono berhasil mengubah kawasan ini menjadi desa wisata.
Baca SelengkapnyaJawara asal Bekasi, Haji Kunang memiliki rumah mewah dan tanah seluas 2 hektar untuk dibangun rumah anak-anaknya.
Baca SelengkapnyaPemerintah juga telah menganggarkan dana desa hingga Rp70 Triliun pada tahun 2023.
Baca SelengkapnyaJarak kampung itu menuju pusat desa mencapai 5-6 kilometer
Baca SelengkapnyaPerkampungan di sana setiap hari tertutup kabut dan mayoritas warganya adalah petani.
Baca SelengkapnyaPenampakan masjid megah senilai Rp3,6 miliar di tengah kampung jutawan. Ternyata masyarakatnya tinggal di rumah mewah.
Baca SelengkapnyaRumah-rumah di Desa Sigandul berada di lereng bukit dengan kemiringan yang curam.
Baca SelengkapnyaDulu para pemuda desa ini kesusahan mencari kerja, kini masalah itu berhasil terpecahkan
Baca Selengkapnya