Murtado, Macan Kemayoran
Merdeka.com - Foto itu menempel sendirian di dinding bercat kuning. Lusuh sudah kecoklatan. Bergambar lelaki kurus keriput, berpeci hitam dengan mata melotot. Seolah menatap saban tamu berkunjung ke rumahnya.
Dia mengenakan jas putih membungkus kemeja hitam, serupa pakaian khas suku Betawi. Tidak banyak yang mengenal siapa lelaki dalam foto itu. Namun empunya rumah mengaku pria dalam bingkai berukuran 30R ini ialah Murtado bergelar Macan Kemayoran. Seorang jawara kisahnya melegenda hingga saat ini.
"Itu ayah saya, Murtado Macan Kemayoran," kata Muhammad Ikhwan, putra dari Siti, istri ke-15 Macan Kemayoran, saat ditemui merdeka.com Jumat pekan lalu di kediamannya, Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat. Ikhwan lebih tersohor dengan sebutan Iwan Cepi Murtado. Dia mantan prajurit dari kesatuan Banteng Raiders.
-
Siapa yang menyerah kepada Belanda? Sebagai seorang panglima Pangeran Diponegoro, pada tahun 1929 ia menyerahkan diri kepada Belanda.
-
Bagaimana Belanda menguasai Purwokerto? Setelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda. Tanggal 30 Juli 1947, Kota Purwokerto hancur lebur. Banyak bangunan yang dihancurkan. Asap-asap kebakaran mengepul di mana-mana. Pada saat itu, Panglima Divisi II Tentara Republik Indonesia (TRI), Gatot Subroto, menginstruksikan pelaksanaan taktik bumi hanguskan.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Siapa yang memimpin penyerbuan markas Belanda di Manado? Penyerbuan ini dipimpin langsung oleh Charles C. Taulu, S.D. Wuisan, dan juga Bernard Wilhelm Lapian.
-
Siapa yang memimpin perlawanan melawan Belanda? Ketika melawan Belanda, Radin Intan II dikenal sebagai sosok pemimpin panglima perang di usianya yang masih 16 tahun.
-
Bagaimana para jawara banten melawan penjajah? Luar biasanya, para jawara tersebut mampu melawan kekuatan senjata berteknologi tinggi Belanda dan Jepang hanya dengan tangan kosong. Mereka sudah terkenal kebal sejak dulu, melalui ilmu tradisional yang digunakan dengan bijak.
Jejak Macan Kemayoran selama ini memang menjadi legenda rakyat. Kisah heroiknya di zaman penjajahan Belanda membuat nama Murtado mencorong. Bahkan saking terkenalnya, nama Macan Kemayoran digunakan untuk julukan Persatuan Sepak Bola Jakarta (Persija).
Murtado lahir di Kemayoran pada 1869 dan meninggal saat ulang tahun kemerdekaan ke-14 di Kebon Sirih, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ayahnya, mantan lurah bernama Murtado Sanim, dan ibunya adalah Aminah.
Umumnya anak Betawi zaman dulu, sejak kecil Murtado dikenal rajin mengaji dan belajar ilmu agama. Dia berani dan jago bela diri. Murtado dikenal jago toya, senjata biasa dipakai dalam kungfu china.
Gurunya banyak. Namun Iwan Cepi Murtado cuma ingat dua nama guru ayahnya: Kong Bek Guru di Sandang, Kemayoran, Jakarta Pusat, dan Guru Sandang asal Condet, Jakarta Timur. "Saya sempat menemui Guru Sandang sebelum ayah saya meninggal," ujar Iwan Cepi Murtado.
Guru Sandang hidup hingga lebih dari seabad. Dia sempat menemani Murtado dua pekan sebelum Macan Kemayoran dipanggil Sang Khalik. "Ada ilmu harus diambil, saya nggak tahu ilmu apa," tuturnya.
Cerita legendaris tentang Murtado memang betul adanya. Namun ada sedikit kisah berbeda dari Iwan Cepi Murtado. Saat Murtado berusia 20 tahun, dia berkelahi dengan Bek Lihun, orang kepercayaan Belanda untuk menagih pajak di Kemayoran. Dulu pajak dikenal sebagai upeti, sedangkan Bek adalah kepala kampung. Nama asli Bek Lihun ialah Solihun.
Bek Lihun terkenal kejam. Meski orang asli Betawi Kemayoran, namanya kesohor sebagai jawara paling ditakuti saat itu. Jawara se-Jakarta kala itu tidak bisa menumbangkan dia. Bek Lihun makin liar, dia dikenal tukang peras di tanah kelahirannya. Jika penduduk menolak kasih upeti, Bek Lihun tak segan menguras harta mereka. Bahkan, anak gadis juga bakal disita demi menakuti warga.
Nasib berkata lain ketika Bek Lihun menggoda dan hendak memerkosa kembang desa. Murtado turun tangan, dia berkelahi dengan Bek Lihun. Sejurus dua jurus, Bek Lihun jatuh, dia terbirit-birit meninggalkan Murtado.
Sejak saat itu Belanda mengganti Bek Lihun ke Murtado. Dia dipercaya menagih pajak hasil bumi di Kemayoran. Murtado malah berkhianat. Dia mengambil upeti itu untuk dibagikan kepada warga Kemayoran.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tekadnya yang kuat membuat dirinya berani maju secara terbuka untuk menghadapi sekutu. Muslihat tak peduli meski hujan peluru terjadi di sana.
Baca SelengkapnyaBukan hanya manusia, ini sosok binatang paling berjasa dalam kemerdekaan Indonesia. Siapa yang dimaksud?
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca SelengkapnyaPanglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Baca SelengkapnyaKyai Makmur ditembak Belanda karena tidak mau diajak bekerja sama.
Baca SelengkapnyaBanyaknya anggota hulptroepen dari Minahasa tidak terlepas dari peran komandannya, yakni Dotulong.
Baca SelengkapnyaKesal tak bisa mengalahkan kapten baret merah Indonesia, mereka melampiaskannya pada jaket militer tersebut.
Baca SelengkapnyaHarun Kabir selalu berkata, kalau kita tidak manusiawi, lalu apa bedanya kita dengan para penjajah yang kita perangi?
Baca SelengkapnyaPuncak dari penyerbuan ini adalah pengibaran bendera merah putih di markas tentara Belanda di Bukit Teling.
Baca SelengkapnyaPada zaman penjajahan, bukit itu juga menjadi markas prajurit Belanda
Baca SelengkapnyaPangeran keturunan Majapahit ini lebih senang dekat dengan warga biasa. Bahkan, ia menyembunyikan identitasnya sebagai bangsawan di hadapan warga.
Baca SelengkapnyaSosok pahlawan dari Tanah Batak yang begitu berjasa melawan kolonialisme Belanda yang sudah mulai dilupakan.
Baca Selengkapnya