Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Nasib merana Orang Rimba

Nasib merana Orang Rimba Suku anak dalam. ©istimewa

Merdeka.com - "Pemerintah tidak pernah melihat peta, apakah ada Orang Rimba atau tidak," ujar Pengendum Kampung, salah satu anak suku Orang Rimba Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD), Jambi, membuka perbincangan dengan merdeka.com, Senin (21/12)kemarin.

Pengendum memberi gambaran jika sejatinya nasib Orang Rimba hingga kini masih terusir dari tanah mereka. "Akhirnya anak rimba terus tergusur," kata Pengendum menjelaskan.

Hutan, bagi Orang Rimba yang tinggal di Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas memang rumah bagi suku itu. Mereka hidup berkelompok dengan sesama anggotanya dengan memanfaatkan kekayaan alam. Orang Rimba hidup dalam keharmonisan tanpa bantuan teknologi.

Sulit memang menentukan garis keturunan Orang Rimba. Beberapa literasi menyebutkan jika keberadaan suku di pedalaman hutan Jambi itu merupakan bagian dari puak Melayu. Namun dalam tulisan dari Belanda, Orang Rimba disebut keturunan Puak Melayu berkasta rendah. Mereka disebut dengan suku Kubu.

Sejak Abad ke 19, Orang Rimba memang telah menetap di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, suku ini meramu, menanam dan berburu. Namun keharmonisan itu terusik ketika Pemerintah menggunakan sebagian kawasan hutan Bukit Dua Belas, menjadi daerah di peruntukkan program pemerataan penduduk.

Selain itu, pemerintah juga dengan mudah memberikan izin bagi para pengusaha untuk membuka lahan di daerah dipercayai merupakan tempat tinggal Orang Rimba. "Jadi selalu mengizinkan memasukkan transmigrasi dan pengusaha," ujar Pengendum.

Berkurangnya lahan untuk tempat tinggal bagi Orang Rimba membuat sebagian anggota dari suku itu meninggalkan hutan dan tinggal tidak menetap.Sebagian dari mereka juga bisa ditemui, di sepanjang jalan lintas Sumatera dari Palembang hingga Sumatera Barat. Sebutan bagi mereka yang keluar dan berbaur dengan para transmigran disebut Orang Singkut.

Namun sayang, keputusan untuk keluar dari hutan dan berbaur dengan para transmigran rupanya juga tidak membuat hidup Orang Rimba tenang. Kadang kala ada pertikaian karena kesalahpahaman dengan masyarakat pendatang. Bukan tanpa sebab, pertikaian itu diyakini karena Orang Singkut masih memiliki kepercayaan jika tanah digunakan oleh para pendatang merupakan milik nenek moyang mereka.

Sebagai contoh kasus konflik yang terjadi ialah saat Orang Singkut mengambil buah jengkol milik transmigran. Tanpa banyak basa-basi timah panas meletus dari senapan. Tubuh Orang Singkut berada di atas pohon, ambruk. Dia pun tewas. Kejadian seperti ini memang acap kali terjadi, bukan tanpa sebab, pemahaman tanah itu milik leluhur mereka memang menjadi kepercayaan bagi Orang Rimba.

"Saat kami pertanyakan kepada pelaku, dia bilang mereka (orang singkut) mencuri. Sedangkan saat kami tanya pihak keluarga korban, mereka bilang tidak mencuri ini tanah kelahiran mereka," tutur Pengendum.

Semua memang bermuara pada pemerintah. Jauh sebelum Orang Rimba mulai resah dengan tempat tinggalnya, mereka hidup harmoni di dalam hutan Bukit Dua Belas. Namun kini, nasib mereka terlunta-lunta di atas tanah dipercaya milik nenek moyang Orang Rimba. Bermula dari tahun 1980-an ketika pemerintah membuka lahan. Tahun itu juga menjadi titik awal penebangan hutan besar-besaran.

Tahun 1990 menjadi langkah bagi pemerintah untuk mengirim para transmigran dan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Sebelum menjadi taman nasional, rumah Orang Rimba tadinya merupakan Cagar Biosfer. Namun ketika ditetapkan menjadi Taman Nasional Bukit Dua Belas, pemerintah kemudian menetapkan lahan menjadi beberapa zona.

Hal tersebut kemudian menjadi ihwal konflik Orang Rimba. Apalagi zona ditentukan pemerintah itu tidak mewakili keinginan Orang Rimba. Tempat Orang Rimba tinggal dibagi-bagi dengan perusahaan kelapa sawit. Sumber kehidupan, makanan, obat-obatan dan tumbuhan bagi Orang Rimba mendadak punah. Akibatnya orang Rimba tidak bisa hidup layak.

Bulan Maret lalu menjadi pukulan buat pemerintah. Sebelas Orang Rimba ditemukan mati kelaparan. Penyebabnya ialah karena lahan hidup bagi suku itu terus berkurang. Dalam catatan Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) Jambi mereka yang tewas ialah anak-anak. "Di antaranya anak-anak," ujar Robert Aritonang.

Pemerintah melalui Menteri Agraria dan Tata Ruang, Ferry Mursyidan Baldan memang telah mengeluarkan Peraturan Menteri nomor 9/2015 tentang Tata Cara Penetapan Hak Komunal Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat. Dalam penjelasannya, Ferry menegaskan jika perusahaan sawit tidak dapat mengusir sembarangan suku anak dalam. Jika dilanggar, Ferry bakal mencabut izin mereka. "Kalau tetap dilakukan, kita akan mencabut tegas izin mereka," ujar Ferry.

(mdk/arb)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Melangun, Cara Suku Anak Dalam Hilangkan Rasa Kesedihan Setelah Ditinggalkan Anggota Keluarga
Melangun, Cara Suku Anak Dalam Hilangkan Rasa Kesedihan Setelah Ditinggalkan Anggota Keluarga

Arti dari Melangun sendiri adalah bepergian untuk berpindah tempat apabila salah satu anggota keluarganya meninggal dunia.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Kampung Mati di Lereng Gunung Merapi, Lenyap Akibat Letusan Tahun 2010
Mengunjungi Kampung Mati di Lereng Gunung Merapi, Lenyap Akibat Letusan Tahun 2010

Pada tahun 2010, kampung itu terkena lahar panas letusan Gunung Merapi. Kini yang tersisa hanyalah rumah-rumah tak berpenghuni

Baca Selengkapnya
Tersisa 8 Orang dan Hampir Punah, Ini Jejak Suku Darat di Pulau Rempang
Tersisa 8 Orang dan Hampir Punah, Ini Jejak Suku Darat di Pulau Rempang

Penghuni asli Pulau Rempang yang hidup di hutan belantara kini sudah berada diambang kepunahan.

Baca Selengkapnya
Parahnya Dampak Kebakaran Gunung Arjuno, Rusa Mati Terpanggang & Nasib Ratusan Lainnya Satwa Terancam
Parahnya Dampak Kebakaran Gunung Arjuno, Rusa Mati Terpanggang & Nasib Ratusan Lainnya Satwa Terancam

Karhutla di kawasan Gunung Arjuno terjadi sejak Agustus lalu dan proses pemadaman masih dilakukan hingga kini.

Baca Selengkapnya
Kisah Keluarga Pemberani yang Tinggal di Kampung Mati Tengah Hutan Cilacap, Hidup Berdampingan dengan Babi Hutan
Kisah Keluarga Pemberani yang Tinggal di Kampung Mati Tengah Hutan Cilacap, Hidup Berdampingan dengan Babi Hutan

Saat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras

Baca Selengkapnya
Hidup di Antara Puluhan Rumah Kosong, Keluarga Ini Tinggal di Kampung Mati Cigerut
Hidup di Antara Puluhan Rumah Kosong, Keluarga Ini Tinggal di Kampung Mati Cigerut

Disaat semua warga pindah, keluarga ini memilih bertahan di kampung mati.

Baca Selengkapnya
Mengenal Jernang, Tumbuhan Unik yang Jadi Sumber Ekonomi Masyarakat Orang Rimba Jambi
Mengenal Jernang, Tumbuhan Unik yang Jadi Sumber Ekonomi Masyarakat Orang Rimba Jambi

Tumbuhan merambat yang hidup di hutan tropis ini telah dibudidaya oleh masyarakat Orang Rimba sebagai salah satu sumber pendapatan mereka.

Baca Selengkapnya
Mengenal Orang Talak Mamak, Penghuni Asli Pedalaman Riau yang Bersahabat dengan Hutan
Mengenal Orang Talak Mamak, Penghuni Asli Pedalaman Riau yang Bersahabat dengan Hutan

Sebuah masyarakat yang hidup cukup terisolir di pedalaman Provinsi Riau ini sangat dekat dengan alam (hutan) dan menerapkan sistem peladangan.

Baca Selengkapnya
Kisah Kampung Mati di Gunungkidul, Kini Hanya Tersisa Dua Rumah di Puncak Bukit
Kisah Kampung Mati di Gunungkidul, Kini Hanya Tersisa Dua Rumah di Puncak Bukit

Ada seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.

Baca Selengkapnya
Kisah Desa di Pesisir Karawang Hampir Hilang Ditelan Abrasi, Warga Pilih Tetap Bertahan
Kisah Desa di Pesisir Karawang Hampir Hilang Ditelan Abrasi, Warga Pilih Tetap Bertahan

Jalan setapak, bangunan sekolah sampai lapangan bola kini berubah menjadi lautan.

Baca Selengkapnya
Cerita Warga yang Tinggal di Kampung Mati Lebak, Hanya Tersisa 4 Keluarga
Cerita Warga yang Tinggal di Kampung Mati Lebak, Hanya Tersisa 4 Keluarga

Ditumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.

Baca Selengkapnya
Melihat Keseharian Para Lansia di Kampung Terpencil Tengah Hutan Banyumas, Hidup Serba Sulit
Melihat Keseharian Para Lansia di Kampung Terpencil Tengah Hutan Banyumas, Hidup Serba Sulit

Sebuah kampung terpencil tengah hutan dihuni para lansia. Bagaimana kehidupan mereka di sana?

Baca Selengkapnya