Nasib merana Orang Rimba
Merdeka.com - "Pemerintah tidak pernah melihat peta, apakah ada Orang Rimba atau tidak," ujar Pengendum Kampung, salah satu anak suku Orang Rimba Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD), Jambi, membuka perbincangan dengan merdeka.com, Senin (21/12)kemarin.
Pengendum memberi gambaran jika sejatinya nasib Orang Rimba hingga kini masih terusir dari tanah mereka. "Akhirnya anak rimba terus tergusur," kata Pengendum menjelaskan.
Hutan, bagi Orang Rimba yang tinggal di Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas memang rumah bagi suku itu. Mereka hidup berkelompok dengan sesama anggotanya dengan memanfaatkan kekayaan alam. Orang Rimba hidup dalam keharmonisan tanpa bantuan teknologi.
-
Kenapa permukiman di Jakarta Timur ditinggalkan? Dari penelusuran yang dilakukan, permukiman ini ditinggalkan penduduknya karena terlalu sering terkena banjir besar.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Kapan permukiman di Jakarta Timur ditinggalkan? Dari keterangan warga setempat, sekitar seratusan rumah di sana sudah ditinggalkan warga sejak pemerintahan Gubernur Sutiyoso puluhan tahun lalu.
-
Di mana Suku Akit tinggal? Mengutip situs kemdikbud.go.id, Suku Akit adalah salah satu sub-suku Melayu atau Proto Melayu yang sudah lama tinggal di Riau sebelum adanya suku lain.
-
Di mana Suku Sekak tinggal? Suku Sekak atau Orang Sekak merupakan sub Suku Laut yang menetap di Pulau Bangka dan Belitung.
-
Siapa yang mengalaminya di Indonesia? Riskesdas 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional.
Sulit memang menentukan garis keturunan Orang Rimba. Beberapa literasi menyebutkan jika keberadaan suku di pedalaman hutan Jambi itu merupakan bagian dari puak Melayu. Namun dalam tulisan dari Belanda, Orang Rimba disebut keturunan Puak Melayu berkasta rendah. Mereka disebut dengan suku Kubu.
Sejak Abad ke 19, Orang Rimba memang telah menetap di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, suku ini meramu, menanam dan berburu. Namun keharmonisan itu terusik ketika Pemerintah menggunakan sebagian kawasan hutan Bukit Dua Belas, menjadi daerah di peruntukkan program pemerataan penduduk.
Selain itu, pemerintah juga dengan mudah memberikan izin bagi para pengusaha untuk membuka lahan di daerah dipercayai merupakan tempat tinggal Orang Rimba. "Jadi selalu mengizinkan memasukkan transmigrasi dan pengusaha," ujar Pengendum.
Berkurangnya lahan untuk tempat tinggal bagi Orang Rimba membuat sebagian anggota dari suku itu meninggalkan hutan dan tinggal tidak menetap.Sebagian dari mereka juga bisa ditemui, di sepanjang jalan lintas Sumatera dari Palembang hingga Sumatera Barat. Sebutan bagi mereka yang keluar dan berbaur dengan para transmigran disebut Orang Singkut.
Namun sayang, keputusan untuk keluar dari hutan dan berbaur dengan para transmigran rupanya juga tidak membuat hidup Orang Rimba tenang. Kadang kala ada pertikaian karena kesalahpahaman dengan masyarakat pendatang. Bukan tanpa sebab, pertikaian itu diyakini karena Orang Singkut masih memiliki kepercayaan jika tanah digunakan oleh para pendatang merupakan milik nenek moyang mereka.
Sebagai contoh kasus konflik yang terjadi ialah saat Orang Singkut mengambil buah jengkol milik transmigran. Tanpa banyak basa-basi timah panas meletus dari senapan. Tubuh Orang Singkut berada di atas pohon, ambruk. Dia pun tewas. Kejadian seperti ini memang acap kali terjadi, bukan tanpa sebab, pemahaman tanah itu milik leluhur mereka memang menjadi kepercayaan bagi Orang Rimba.
"Saat kami pertanyakan kepada pelaku, dia bilang mereka (orang singkut) mencuri. Sedangkan saat kami tanya pihak keluarga korban, mereka bilang tidak mencuri ini tanah kelahiran mereka," tutur Pengendum.
Semua memang bermuara pada pemerintah. Jauh sebelum Orang Rimba mulai resah dengan tempat tinggalnya, mereka hidup harmoni di dalam hutan Bukit Dua Belas. Namun kini, nasib mereka terlunta-lunta di atas tanah dipercaya milik nenek moyang Orang Rimba. Bermula dari tahun 1980-an ketika pemerintah membuka lahan. Tahun itu juga menjadi titik awal penebangan hutan besar-besaran.
Tahun 1990 menjadi langkah bagi pemerintah untuk mengirim para transmigran dan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Sebelum menjadi taman nasional, rumah Orang Rimba tadinya merupakan Cagar Biosfer. Namun ketika ditetapkan menjadi Taman Nasional Bukit Dua Belas, pemerintah kemudian menetapkan lahan menjadi beberapa zona.
Hal tersebut kemudian menjadi ihwal konflik Orang Rimba. Apalagi zona ditentukan pemerintah itu tidak mewakili keinginan Orang Rimba. Tempat Orang Rimba tinggal dibagi-bagi dengan perusahaan kelapa sawit. Sumber kehidupan, makanan, obat-obatan dan tumbuhan bagi Orang Rimba mendadak punah. Akibatnya orang Rimba tidak bisa hidup layak.
Bulan Maret lalu menjadi pukulan buat pemerintah. Sebelas Orang Rimba ditemukan mati kelaparan. Penyebabnya ialah karena lahan hidup bagi suku itu terus berkurang. Dalam catatan Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) Jambi mereka yang tewas ialah anak-anak. "Di antaranya anak-anak," ujar Robert Aritonang.
Pemerintah melalui Menteri Agraria dan Tata Ruang, Ferry Mursyidan Baldan memang telah mengeluarkan Peraturan Menteri nomor 9/2015 tentang Tata Cara Penetapan Hak Komunal Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat. Dalam penjelasannya, Ferry menegaskan jika perusahaan sawit tidak dapat mengusir sembarangan suku anak dalam. Jika dilanggar, Ferry bakal mencabut izin mereka. "Kalau tetap dilakukan, kita akan mencabut tegas izin mereka," ujar Ferry.
(mdk/arb)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Arti dari Melangun sendiri adalah bepergian untuk berpindah tempat apabila salah satu anggota keluarganya meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2010, kampung itu terkena lahar panas letusan Gunung Merapi. Kini yang tersisa hanyalah rumah-rumah tak berpenghuni
Baca SelengkapnyaPenghuni asli Pulau Rempang yang hidup di hutan belantara kini sudah berada diambang kepunahan.
Baca SelengkapnyaKarhutla di kawasan Gunung Arjuno terjadi sejak Agustus lalu dan proses pemadaman masih dilakukan hingga kini.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaDisaat semua warga pindah, keluarga ini memilih bertahan di kampung mati.
Baca SelengkapnyaTumbuhan merambat yang hidup di hutan tropis ini telah dibudidaya oleh masyarakat Orang Rimba sebagai salah satu sumber pendapatan mereka.
Baca SelengkapnyaSebuah masyarakat yang hidup cukup terisolir di pedalaman Provinsi Riau ini sangat dekat dengan alam (hutan) dan menerapkan sistem peladangan.
Baca SelengkapnyaAda seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca SelengkapnyaJalan setapak, bangunan sekolah sampai lapangan bola kini berubah menjadi lautan.
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaSebuah kampung terpencil tengah hutan dihuni para lansia. Bagaimana kehidupan mereka di sana?
Baca Selengkapnya