Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Nasib perdagangan bebas Trans Pasifik tergantung Trump

Nasib perdagangan bebas Trans Pasifik tergantung Trump Debat Hillary Clinton dan Donald Trump. ©REUTERS/Brian Snyder

Merdeka.com - Pengukuhan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat ke-45 berjarak enam pekan lagi. Namun, belum ada satupun pihak bisa memastikan arah kebijakan perdagangan suksesor Barrack Obama tersebut.

Pada 22 November lalu, Trump meringkas program seratus hari pemerintahannya dalam video berdurasi hampir 2,5 menit yang diunggah di Youtube. Pada hari pertama bertugas sebagai kepala negara, dia menegaskan bakal mengeluarkan Amerika Serikat dari Kemitraan Trans-Pasifik atau Trans Pacific Partnership (TPP).

Padahal, Paman sam merupakan motor utama dari pakta liberalisasi perdagangan antarnegara di lingkaran Pasifik itu. Butuh sekitar satu dekade untuk 12 kepala negara, termasuk Obama, bernegosiasi hingga akhirnya sepakat meneken dokumen terdiri dari 30 bab terkait isu perdagangan bebas tersebut, pada Februari lalu.

Trump beralasan perjanjian multilateral terkait liberalisasi perdagangan bisa menghancurkan ekonomi Amerika Serikat. Itu didasarkan pada penilaiannya terhadap pakta perdagangan bebas Amerika Utara (NAFTA), Uni Eropa, dan aksesi China di organisasi dagang dunia (WTO) yang telah menciptakan pengangguran dan kekalahan bagi Amerika Serikat. Negara adidaya tersebut mengalami defisit perdagangan parah, terutama dengan China.

Departemen Perdagangan AS mencatat, defisit perdagangan barang dan jasa negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu mencapai USD 42.6 miliar pada Oktober 2016. Naik USD 6.4 miliar dari sebelumnya USD 36.2 miliar pada September 2016.

Pernyataan Trump tersebut tentu saja mengagetkan sejumlah kepala negara penyokong TPP. Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang, menyebut TPP tak berarti tanpa Paman Sam.

Dengan kata lain, keputusan Negeri Matahari terbit meratifikasi TPP pekan lalu terlihat sia-sia. Sebab, pakta perdagangan bebas tersebut berlaku efektif jika diratifikasi setidaknya separuh dari 12 negara, sepanjang akumulasi Produk Domestik Bruto atau PDB-nya minimal mencapai 85 persen. Sementara, AS menguasai 60 persen dari total PDB 12 negara pendukung TPP.

Selain AS dan Jepang, belasan negara yang dimaksud adalah Australia, Brunei, Kanada, Chile. Kemudian, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam. Kemudian, Indonesia menyusul menyatakan ketertarikannya bergabung ke dalam grup negara penguasa 40 persen ekonomi dunia tersebut.

Abe sangat mengandalkan kerja sama liberalisasi perdagangan internasional guna menghidupkan kembali ekonomi Jepang. Makanya, jika TPP gagal terwujud, dia membuka kemungkinan terjadi perubahan konsentrasi menuju pakta perdagangan yang diinisiasi China.

"Tidak ada keraguan bakal terjadi pembalikan arah ke Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), jika TPP tak ada kemajuan," kata Abe di depan majelis tinggi parlemen Jepang, seperti dikutip Guardian, 22 November lalu.

Selain Jepang dan China, pendukung pakta perdagangan bebas yang negosiasinya sudah dimulai sejak tiga tahun lalu itu adalah sepuluh negara Asean. Plus India, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Australia.

"RCEP tidak memasukkan Amerika, menjadikan China negara dengan produk domestik terbesar."

Seandainya TPP layu sebelum berkembang, sebelas negara penyokong masih punya pilihan lain. Mereka bisa menyusun kerangka perjanjian perdagangan bebas yang baru atau tetap menjalankan TPP dengan prinsip-prinsip baru dengan tidak melibatkan AS terlebih dulu.

Terlepas itu, mereka masih berupaya membujuk Trump untuk membatalkan niatannya. Steve Ciobo, Menteri Perdagangan Australia, berucap Amerika Serikat masih memiliki waktu untuk menimbang kembali posisinya sebelum ratifikasi TPP jatuh tempo pada Oktober 2017.

"Kita perlu membiarkan pemerintahan Trump memanfaatkan waktu untuk berpikir. Mari kita bersabar," katanya kepada wartawan di Canberra.

Kabinet Trump

Di sisi lain, Trump pun sudah menunjuk anggota kabinet. Menariknya, sejumlah tokoh sudah ditunjuk tersebut mendukung TPP. Diantaranya Terry Branstad dan James Mattis, masing-masing ditunjuk Trump menjadi Duta Besar AS di China dan Menteri Pertahanan.

Menurut Branstad, TPP sangat penting untuk Iowa. Sebab, pembukaan akses pasar bisa meningkatkan ekspor pertanian negara bagian tersebut.

"TPP tak sempurna, tapi mari terus lanjut merobohkan hambatan dalam pembukaan pasar," kata Gubernur Iowa itu, seperti dikutip Wall Street Journal, 8 Desember lalu.

"Kami diuntungkan, bisa menciptakan lapangan kerja dan pendapatan pertanian tumbuh. Itu hal positif. Makanya saya menjadi pendukung kuat perdagangan bebas dan TPP."

Adapun James Mattis adalah satu dari 16 pensiunan petinggi militer yang berkirim surat kepada pemimpin kongres pada Mei 2015. Isinya menyebut TPP bakal menolong AS mempertahankan keuntungan geopolitik di Asia.

"Akan ada konsekuensi berbahaya jika kita gagal mengamankan perjanjian ini," katanya.

"Sekutu dan mitra akan mempertanyakan komitmen kita, meragukan solusi kita dan pada akhirnya berpaling ke pihak lain."

Jika sudah begini, apakah sikap Trump terhadap TPP akan melunak? Masih sulit ditebak.

(mdk/yud)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Tak Terima Kapal-Kapal Amerika Dikenai Tarif Tinggi, Donald Trump Ancam Ambil Paksa Pengelolaan Terusan Panama
Tak Terima Kapal-Kapal Amerika Dikenai Tarif Tinggi, Donald Trump Ancam Ambil Paksa Pengelolaan Terusan Panama

Pengguna utama jalur ini adalah Amerika Serikat, China, Jepang, dan Korea Selatan.

Baca Selengkapnya
Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS Bikin Masa Depan Ekonomi Indonesia Terancam Suram
Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS Bikin Masa Depan Ekonomi Indonesia Terancam Suram

Trump berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia.

Baca Selengkapnya
Kondisi Perdagangan Global Lebih Tegang Akibat Terpilihnya Donald Trump Jadi Presiden AS, Indonesia Mulai Waspada
Kondisi Perdagangan Global Lebih Tegang Akibat Terpilihnya Donald Trump Jadi Presiden AS, Indonesia Mulai Waspada

Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS diprediksi akan membawa perubahan signifikan dalam kebijakan perdagangan global, termasuk dengan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Sebut Negara Tetangga Indonesia akan Terkena Dampak Buruk Kebijakan Donald Trump
Sri Mulyani Sebut Negara Tetangga Indonesia akan Terkena Dampak Buruk Kebijakan Donald Trump

Sri Mulyani menjelaskan bahwa Trump merupakan sosok yang dikenal proteksionisme dalam melindungi neraca dagang negaranya.

Baca Selengkapnya
Kemenangan Trump Picu Perang Dagang Hebat, Ekonomi Dunia di Ujung Tanduk
Kemenangan Trump Picu Perang Dagang Hebat, Ekonomi Dunia di Ujung Tanduk

Trump menegaskan rencananya untuk memberlakukan tarif atau pajak pada semua barang yang diimpor ke Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya
Donald Trump Tebar Ancaman ke Negara-Negara BRICS
Donald Trump Tebar Ancaman ke Negara-Negara BRICS

Trump berpendapat tarif adalah alat penting untuk melindungi pekerjaan dalam negeri.

Baca Selengkapnya
Dampak Potensial Kebijakan Trump terhadap Ekonomi Indonesia jika Terpilih Kembali sebagai Presiden AS
Dampak Potensial Kebijakan Trump terhadap Ekonomi Indonesia jika Terpilih Kembali sebagai Presiden AS

Jika Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS, kebijakan proteksionisme dan perubahan pajak yang mungkin diterapkan berpotensi memengaruhi ekonomi Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kebijakan Donald Trump Bakal Buat Biaya Hidup di Amerika Serikat Melonjak Tajam
Kebijakan Donald Trump Bakal Buat Biaya Hidup di Amerika Serikat Melonjak Tajam

Selain karena akan merusak proses pemulihan ekonomi China, pengenaan tarif impor 60 persen juga berpotensi biaya hidup di Amerika Serikat bakal melonjak.

Baca Selengkapnya
Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah Antisipasi Kemenangan Donald Trump
Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah Antisipasi Kemenangan Donald Trump

Dia menyinggung dinamika perekonomian saat masa kepemimpinan periode pertama Trump sepanjang 2017-2021.

Baca Selengkapnya
Donald Trump Terpilih Kembali Menjadi Presiden Amerika, Ekonomi Indonesia Terancam
Donald Trump Terpilih Kembali Menjadi Presiden Amerika, Ekonomi Indonesia Terancam

Kekhawatiran bagi Indonesia karena sikap proteksi Donald Trump terhadap perdagangan internasional.

Baca Selengkapnya
Said Abdullah Sebut Tantangan Ekonomi Global Berat Setelah Trump Jadi Presiden AS Lagi
Said Abdullah Sebut Tantangan Ekonomi Global Berat Setelah Trump Jadi Presiden AS Lagi

Said menyebut Trump akan menaikan bea masuk ke AS, di mana kebijakan tersebut akan berdampak ke negara-negara yang selama ini menjadi mitra.

Baca Selengkapnya
Analisis IMF Jika Donald Trump Kembali Berkuasa: Akan Ada Guncangan Ekonomi Tambahan
Analisis IMF Jika Donald Trump Kembali Berkuasa: Akan Ada Guncangan Ekonomi Tambahan

Hal itu disampaikan IMF karena kekhawatiran meningkat menjelang kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden AS dalam Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya