Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pasukan peliharaan netizen bayaran

Pasukan peliharaan netizen bayaran Ilustrasi Media Sosial. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Sebetulnya, istilah buzzer buat mengadang pemberitaan dalam media online sudah lama terdengar, tepatnya ketika Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta empat tahun lalu. Kemudian para buzzer politik ini juga ramai menjadi perbincangan pada Pemilihan Presiden tahun 2014. Tugas para Buzzer media sosial ini adalah memberikan citra positif terhadap sosok tertentu untuk dibela mati-matian melalui kicauan.

Bukan hanya satu dalam Pilkada maupun Pemilihan Presiden, Buzzer media sosial ini juga digunakan oleh individu untuk menghalau berita-berita negatif. Tujuannya tak lain ialah mempengaruhi publik dari opini yang dihasilkan. Dalam terminologi media sosial, para buzzer ini disebut sebagai netizen. Mereka ada yang menggunakan akun nyata dan juga akun anonim.

IM, nama inisial, salah seorang pernah bekerja di sebuah perusahaan bergerak di bidang Buzzer sosial media mengatakan, sejatinya tujuan para buzzer memang untuk memberikan citra positif. Misal dalam konteks ini, adalah buzzer untuk salah satu pasangan calon dalam Pemilihan Kepala Daerah. Biasanya para buzzer ini akan memberikan komentar dalam pemberitaan bernada nyinyir, menyudutkan atau menghakimi sejadi-jadinya.

"Intinya untuk mengcounter berita-berita negatif. Misal si A ada kasus korupsi, kita para buzzer yang di bayar tugasnya mengcounter berita itu," ujar IM saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu. Dia menambahkan, dalam media sosial para buzzer ini tidak hanya digunakan untuk mempromosikan produk berbentuk barang, melainkan bisa juga mengkampanyekan seorang tokoh.

"Tujuannya untuk membentuk opini publik," katanya.

IM menuturkan, selama dia bekerja, pada tahun 2014 lalu, dia pernah ditugaskan mengadang berita negatif terhadap salah satu bekas anggota Dewan Perwakilan Rakyat namanya terseret disebut dalam kasus korupsi. Waktu itu, dia bersama dengan buzzer lain di kantornya mengadang berita-berita itu dengan hal-hal yang positif. Masing-masing para buzzer bertugas mengadang berita-berita yang membawa nama si klien dengan komentar-komentar positif dalam sebuah pemberitaan.

"Ada yang khusus menggunakan akun facebook maupun twitter. Kalau untuk klien yang ini, dia di counter lewat komentar pembaca," tutur IM. Untuk cara kerja dia pun menjelaskan, jika satu orang bisa memiliki beberapa akun anonim yang berfungsi mengadang pemberitaan-pemberitaan negatif.

Pakar Media Sosial, Enda Nasution mengatakan, keberadaan para buzzer ini sejatinya memang banyak digunakan dalam mempromosikan produk maupun juga dalam kampanye pasangan dalam Pilkada. Dia mengatakan, tujuan para buzzer ini tak lain ialah menjual followernya untuk menjadi sasaran kampanye maupun promosi produk.

Media sosial yang digunakan pun beragam, Enda menyebut biasanya para buzzer menggunakan twitter, facebook, maupun youtube untuk melakukan kampanye atau promosi produk. Istilah buzzer dalam masing-masing media sosial pun berbeda. Ada Youtubers, selebgram dan juga selebtwit.

"Kriterianya ya akun-akun yang memiliki follower yang banyak lah yang dapat menjadi buzzer jadi mereka bisa mengiklankan, menginformasikan sesuatu dan harus memiliki pengaruh pada followernya," ujar lelaki yang disebut sebagai tokoh blog Indonesia ini melalui sambungan seluler pekan lalu.

Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Indonesia, Irwansyah mengatakan, keberadaan para buzzer atau biasa disebut netizen ini dalam ajang pertarungan Pilkada adalah bentuk kampanye murah meriah. Apalagi kebanyakan kata dia, dengan menggunakan para buzzer, ada informasi bias juga dijadikan sebagai kampanye negatif.

"Buzzer juga akan membangun informasi yang dianggap bisa menjatuhkan pamor dan bisa membuat citra seseorang akan menjadi baik," ujar Irwan.

Dia pun menjelaskan, di dalam media virtual kehadiran para buzzer ini sangat mempunyai peran penting untuk mencitrakan sebuah karakter penokohan. Sebab, dalam konteks ini, para buzzer lebih menggunakan kedekatan emosional bagi pengguna media sosial. Jadi jangan kaget, jika menjelang Pilkada serentak bakal berlangsung 2017 nanti, pasukan-pasukan virtual ini ada yang memang sudah di pelihara untuk membangun reputasi dari calpn yang akan di bentuk.

"Ya akan berkembang nanti, tetapi tidak semua buzzer yang mendukung satu calon saja, kemungkinan mereka punya akun lain yang memang untuk membuat calon tersebut jelek atau diserang," ujarnya.

"Jadi bisa saja kemungkinan buzzer memiliki satu akun berbeda tidak hanya mendukung pasangan A,tetapi bisa saja mereka menyerang, "

Budi Raharjo pakar Teknologi Informasi dari Institut Teknologi Bandung juga mengatakan hal sama. Menurut dia kehadiran para buzzer politik menjelang Pilkada Serentak bakal berlangsung tahun nanti bisa jadi memang sudah dimulai oleh tim kampanye tokoh itu sendiri. Biasanya kata dia, para buzzer politik berperan untuk menentukan postingan atau kicauan bakal digunakan untuk melakukan kampanye.

Dia pun tak menampik jika para buzzer ini juga banyak yang menggunakan akun anonim untuk melakukan kampanye. "Kalo buzzer mereka ada waktunya misalnya jam segini mereka mau posting apa. Jam segini mau posting apa," ujar Budi. (mdk/arb)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Polisi Ringkus Influencer Promosikan Judi Online, Tiga Perempuan dan Dua Waria
Polisi Ringkus Influencer Promosikan Judi Online, Tiga Perempuan dan Dua Waria

Kelima pelaku direkrut para bandar dan dijadikan agen judi online.

Baca Selengkapnya
Promosikan Judi Online, 6 Influenser Bali Jadi Tersangka
Promosikan Judi Online, 6 Influenser Bali Jadi Tersangka

Para tersangka tidak ditahan karena umumnya merupakan wanita. Bahkan ada yang mempunyai bayi,

Baca Selengkapnya
Modus 'Mami Icha' Jajakan Anak di Bawah Umur, Banderol Perawan Seharga Rp7 Juta
Modus 'Mami Icha' Jajakan Anak di Bawah Umur, Banderol Perawan Seharga Rp7 Juta

Tersangka FEA alias Icha punya kaki-tangan yang bertugas merekrut anak-anak untuk dijadikan PSK.

Baca Selengkapnya
Akal Bulus Kakak Adik Rekrut 70 Selebgram Promosikan Judi Online, Pakai Akun Instagram Palsu Raup Untung Rp5 Juta Per Pekan
Akal Bulus Kakak Adik Rekrut 70 Selebgram Promosikan Judi Online, Pakai Akun Instagram Palsu Raup Untung Rp5 Juta Per Pekan

70 Selebgram itu direkrut pelaku untuk mempromosikan situs judi daring melalui akun Instagram dengan jumlah pengikut yang banyak.

Baca Selengkapnya
FOTO: Polisi Gerebek Markas Judi Online Jaringan Internasional di Matraman, 10 Orang Ditangkap
FOTO: Polisi Gerebek Markas Judi Online Jaringan Internasional di Matraman, 10 Orang Ditangkap

Polres Jakarta Timur menggerebek markas penyedia judi online jaringan internasional di Matraman, Jakarta Timur. Sepuluh orang tersangka berhasil ditangkap.

Baca Selengkapnya
Waspada, Kejahatan Pemerasan Pakai Modus Meretas Akun Instagram
Waspada, Kejahatan Pemerasan Pakai Modus Meretas Akun Instagram

Masyarakat diimbau hati-hati dalam mengakses dan memberikan data akun media sosial.

Baca Selengkapnya
Yuk Hitung Estimasi Penghasilan Pemain Timnas Indonesia dari Instagram
Yuk Hitung Estimasi Penghasilan Pemain Timnas Indonesia dari Instagram

Mayoritas pemain Timnas Indonesia kini bisa mendapat penghasilan tambahan dari konten eksklusif di akun Instagram pribadi mereka. Berapa nilainya?

Baca Selengkapnya
Promosikan Judi Online, Dua Selebgram Diciduk Polisi
Promosikan Judi Online, Dua Selebgram Diciduk Polisi

Dalam setiap dua minggu, kedua pelaku hanya mengantongi Rp700 Ribu.

Baca Selengkapnya
Prostitusi Online Tawarkan Ibu Menyusui Hingga Perawan
Prostitusi Online Tawarkan Ibu Menyusui Hingga Perawan

Pelaku menawarkan prostitusi melalui Facebook dengan tarif beragam.

Baca Selengkapnya