PDIP, Golkar, dan Gerindra rebutan cawapres
Merdeka.com - Pertarungan memperebutkan partai yang bisa diajak diprediksi akan ramai. Jika melihat hampir meratanya suara partai papan tengah dan tidak adanya partai yang sangat dominan, partai dengan suara menengah saat ini punya daya tawar yang sangat tinggi buat partai yang ngotot ingin mengajukan calon presiden.
Partai menengah bisa membangun koalisi dengan motornya Partai Demokrat dengan membawa gerbong koalisi saat pemerintahan SBY , minus Golkar . Tetapi, pertarungan akan berubah, apabila Golkar tidak jadi mencalonkan Ical atau Aburizal Bakrie menjadi capres dan hanya menargetkan Cawapres.
“Golkar memang pintar, dia tidak rugi karena dengan menjadi juara 2, dia ngotot aja, kalau kalah orang partai lain butuh dia kok. Tapi bisa jadi ngotot aja, tarung cawapres, toh kalau kalah, siapa yang berkuasa akan butuh Golkar ,” kata Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte saat berbincang dengan merdeka.com di kantornya kemarin.
-
Kenapa PKB mendukung yang lain di Pemilu lalu? 'Kita kumpul berbeda bisa kerja sama saudara-saudara sekalian walaupun dalam pemilihan yang lalu PKB mendukung yang lain, tapi saya mengatakan dari awal saya yakin pada saatnya PKB akan kembali mendukung saya. Saya yakin saya yakin bahwa PKB akan bersama saya membangun bangsa,'kata Prabowo.
-
Kenapa PDIP melobi PKB untuk Pilkada Jakarta? 'Atas dasar fakta itu, kami berniat menjalin kerja sama politik dengan PKB. Waktu itu kan PDIP belum bisa mengajukan calon sendiri sebab Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 60 yang membolehkan kami mengajukan calon sendiri belum ada,' tambah dia.
-
Siapa yang membuka peluang bersatu di putaran kedua pilpres 2024? Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Anies Baswedan membuka wacana bersatu di putaran kedua pilpres 2024.
-
Apa yang akan dilakukan Demokrat kedepan? Lebih lanjut, Herman menyatakan bukan tidak mungkin Demokrat ke depan akan membentuk poros baru atau bergabung dalam koalisi yang sudah ada. Segala kemunginan, ujar dia bisa saja terjadi.
-
Kenapa PPP melihat perkembangan koalisi lain? Lebih lanjut, dia mengatakan, pihaknya juga melihat perkembangan dari koalisi lain sebelum menentukan sosok cawapres yang tepat untuk Ganjar.
-
Siapa yang membantu PPK dalam Pilkada? Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan pemilihan di tingkat kecamatan atau yang disebut dengan nama lain yang telah ditetapkan oleh KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota.
Berikut petikan wawancara Philips J Vermonte kepada Arbi Sumandoyo dan Alwan Ridha Ramdani soal prediksi meleset hasil perhitungan cepat lembaga survei pemilu legislatif dua hari lalu.
Kira-kira partai menengah mana yang akan dijadikan perebutan oleh PDIP , Golkar dan Gerindra untuk syarat pencapresan 20 persen?
Saya kira bahkan mungkin diantara partai besarnya akan jadi rebutan. Kan tergantung seberapa kuat keinginannya menjadi presiden. Apakah Aburizal Bakri benar fight menjadi capres atau apakah dia menerima menjadi cawapres.
Ketika dia merasa, dia atau Golkar peluang terpilihnya kurang kuat. Seperti Golkar akan menjadi partai yang dihitung-hitung juga. Kedua yang sudah pasti kuat keinginannya, PDIP dengan Jokowi dan Gerindra dengan Prabowo yang sudah kuat. Lalu ada Golkar kemudian ada Demokrat. Nah Golkar ini belum tentu maju, Golkar ini bisa jadi Cawapres aja.
Yang kedua, jika pertanyaannya apakah Demokrat memutuskan bikin camp, partai mana yang ditarik?. Kemungkinannya adalah, berkoalisi lagi dengan partai yang sudah di koalisi. Dia cari yang akan berat ke PDIP . PAN mungkin mau, PAN punya hubungan lebih dekat ke Demokrat. Nasdem kemungkinan akan ke PDIP . PKB juga kemungkinan akan ke PDIP . PPP punya sejarah dengan Megawati, tapi kemarin dia dengan Gerindra.
Nah Golkar ini mau kemana? Makanya Golkar jadi rebutan juga jika ada camp SBY . Ada banyak skenario yang mungkin, itukan hanya beberapa hal saja. Ini spekulasi saya saja.Boleh dibilang, Golkar sama seperti sebelumnya sebagai penentu?
Iya kalau SBY bikin camp. Kalau SBY memutuskan dengan Gerindra ceritanya lain. Dia bawa gebung Gerindra PPP, bawa PKS dan bawa PAN .
Emang ada kemungkinan SBY akan bikin camp?
Saya enggak tau, saya kira nunggu 3 minggu lagi saat suara betul-betul sudah dikonversi menjadi kursi. Baru kelihatan beneran tuh, berapa sih kursinya. Kalau sekarang masih ngomong-ngomong doang. Makanya dua minggu ini mengamati perolehan kursi di bawah. Misalnya ternyata kursi PKB tidak sebanyak karena suaranya.
Masing-masing partai, seperti Golkar ngumunin capres, PDIP ngumumin capres, Gerindra umumin capres, akan ada berapa capres Pilpres nanti?
Itu yang tadi saya bilang, yang ngotot dua, enggak mungkin hanya satu pasang. Tapi kalau SBY bikin camp ada 4. Ya bisa 2,3,4 lah dengan perolehan suara dan partai-partai yang ada.
Kalau melihat kondisi saat ini, akan sangat berbeda ketika ARB masih ngotot mencalonkan diri sebagai capres?
Sekarangkan gini, Golkar memang pintar, dia tidak rugi karena dengan menjadi juara 2, dia ngotot aja, kalau kalah orang partai lain butuh dia kok. Tapi bisa jadi ngotot aja, tarung cawapres, toh kalau kalah, siapa yang berkuasa akan butuh Golkar .
Berarti akan terjadi tarik menarik siapa figur cawapres pendamping, Jokowi, Ical , Prabowo atau malahan mungkin nanti ada 1 pasang calon lagi?
Saya rasa pasar cawapres makin ramai dan juga sebenarnya pasar internal partai juga makin ramai. Kalau anda cek masa jabatan ketua partai akan ada yang habis. Kalau saya baca dinamikanya seperti ada dorongan lebih keras.
Artinya apa, kemungkinan koalisinya bisa jadi mereka menghitung ketua partai berikutnya dari partai yang berangkutan atau bisa saja sekarang karena kedepannya bakal beda. Saya kira itu dinamikanya.
Kalau semua partai berkumpul, artinya bahwa peluang partai-partai Islam gabung tidak mungkin. Arahnya bisa enggak partai islam berkumpul?
Alasannya untuk pencalonan mungkin aja tapi dengan catatan, saya rasa PKB enggak mau. Masalahnya kan pemilihan presiden bukan pemilihan partai. Tadi ada tambahan juga ya, Cawapres yang tiga memiliki hal yang tidak dimiliki Jokowi, bisa Islam, bisa non Jawa, bisa macem-macem.
Tapikan susah juga menentukan cawapres itu. PR partai Islam yang terbesar adalah menentukan calon sendiri. Tokoh partai Islam yang ada, apa yang bisa mereka calonkan. Mereka harus temukan.
Saya pernah ngomong saat survei dulu. Ketika figur seperti Prabowo, Jokowi populer, Popularitasnya naik, elektabilitasnya naik itu karena mereka bisa beresonansi dengan pemilih. Lebih liat kedepan, pemilih muda dan lain-lain, dan mereka Jokowi dan Prabowo ini dengan berbagai macam caranya bisa beresonansi dengan pemilih yang baru bukan muda.
Anda tahu, pemilih muda 60 persen umurnya di bawah 40 tahun, ini yang population yang kita punya. Sementara partai Islam, masih dengan jargon-jargon lama, sangat tradisional, tokohnya tua, dari dulu memang begitu tidak ada justmen pemilih yang berubah. Yang mereka punya sekarang warnanya hijau tua dan yang perlu dicari adalah hijau cemerlang, dan ini PR-nya belum ketemu.
Artinya walaupun partai hijau berkumpul, kalau mereka sulit mencari figur dari luar pun untuk bertanding dengan Jokowi atau Prabowo harus bekerja ekstra?
Iya saya kira iya. Mencari figur yang bisa beresonansi dengan kelompok hijaunya dan perlu juga penyesuaian dengan karakter pemilih. Ini harus mereka lakukan.
Artinya soliditas partai hijau untuk gabung masih jauh?
Saya enggak akan bilang itu jauh. Apakah nanti mereka mempunyai peluang untuk menang itu pertanyaannya. Kalau mereka berkumpul untuk menang atau koalisi bisa saja. Bentuk koalisi tujuannya untuk menentukan capres.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Koalisi gemuk ini diyakini akan mempersulit konfigurasi cawapres untuk dipasangkan dengan Prabowo.
Baca SelengkapnyaPDIP akan membuka pintu kepada partai politik lain termasuk Demokrat
Baca SelengkapnyaPKB tetap ngotot ingin jatah cawapres Prabowo. Golkar dan PAN boleh gabung tapi tidak untuk kursi Cawapres.
Baca SelengkapnyaPKB terang-terangan tergiur ajakan PDI Perjuangan untuk berkoalisi mendukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan partainya pada Pilkada 2024 siap berkoalisi dengan partai di luar koalisi mereka saat Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaCak Imin menegaskan PKB hingga kini akan tetap bersama Gerindra.
Baca SelengkapnyaPKB menyebut, jika cawapres menjadi faktor penentu pendongkrak elektabilitas capres.
Baca SelengkapnyaParpol ingin memastikan kadernya dipilih menjadi cawapres. Mereka mencari peluang yang lebih besar saat memutuskan berkoalisi.
Baca SelengkapnyaHasto Kristiyanto memastikan PDIP membuka peluang bekerja sama dengan partai lain
Baca SelengkapnyaSeluruh ketua DPD Golkar menolak Munaslub untuk melengserkan Airlangga dari jabatan Ketum partai.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan soal peluang partainya mengandeng Demokrat untuk mendukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPDIP dan PKB memiliki sejarah dan historis yang amat panjang, terutama dari aspek ideologi.
Baca Selengkapnya