Perajin: Terus terang, kualitas cangkul China lebih baik
Merdeka.com - Bunyi mesin las nyaring terdengar dari sebuah bengkel. Segelintir pekerja terlihat tengah menyambung gagang besi dengan mata garukan, pesanan Dinas Kebersihan DKI Jakarta.
Sejatinya, bengkel kerja terletak di Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi itu tak hanya memproduksi penggaruk besi. Pabrik kecil milik Endin Sapriudin itu juga membuat alat-alat pertanian. Cangkul, salah satunya.
Ya. Cangkul, alat bertani sederhana yang belakangan disadari publik ternyata masih harus dipasok dari luar negeri. Terutama China. Kenyataan yang kemudian mengundang cibiran publik di media sosial kepada pemerintah.
-
Bagaimana harga singkong dibanding beras? Wartini menambahkan jika harga singkong jauh lebih murah dibanding harga beras berbagai jenis yang saat ini berada di atas Rp10 ribu per kilogramnya. Untuk dua buah singkong ukuran sedang, Wartini menjualnya seharga Rp7 ribu.
-
Bagaimana cara mendapatkan harga lebih murah? Motor listrik Polytron menggunakan skema sewa baterai buat semua konsumennya. Sistem tersebut membuat harga motor bisa lebih murah dan konsumen tak perlu memikirkan soal kesehatan baterai yang menurun, bisa ditukar dengan yang baru.
-
Bagaimana cara memilih produk lokal? Megel juga menyebutkan sederet brand lokal yang memiliki kualitas sangat baik. Misalnya saja Le Minerale dari kategori air mineral. Ia pun menegaskan agar masyarakat lebih teliti dalam memilih produk tersebut. Terlebih banyak produk asing yang brandingnya menampilkan seolah-olah mereka adalah produk lokal.
-
Apa yang dijual di pasar murah? 'Untuk beras kami jual dengan harga Rp8.500 atau Rp42.500 per lima kilogram. Jadi harganya terjangkau oleh masyarakat. Apalagi kalau harga beras di pasaran mencapai Rp10-12 ribu. Selain beras, kami juga bawa minyak, gula, dan tepung terigu,' kata Ardiansyah Kristianto, PJS Asisten Manajer Bulog Surakarta, dikutip dari YouTube Liputan6 pada Rabu (9/8).
-
Apa manfaat produk lokal bagi budaya Indonesia? Meningkatnya kecintaan masyarakat terhadap produk lokal, tidak hanya sekadar mencerminkan perubahan pola konsumsi, tetapi juga menjadi bukti nyata, semakin kuatnya komitmen dalam melestarikan dan menghargai warisan budaya Indonesia.
-
Mengapa harga anak kambing berbeda? Ada beragam faktor yang memengaruhi perbedaan harga anak kambing setiap tahunnya. Salah satu faktor penentu dari perbedaan harga anak kambing tersebut ialah berdasarkan jenisnya yang berbeda-beda.
"Sekarang, kami sedang tidak ada produksi cangkul," kata Asep, pekerja bengkel saat berbincang kepada merdeka.com, pekan lalu.
"Karena kami baru menyelesaikan 100 cangkul untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta."
Hal tersebut diamini Endin. Pria 45 tahun itu mengaku masih berutang 200 cangkul lagi ke ibu kota. Untuk melunasinya, dia masih harus menunggu kiriman mata cangkul dari Bandung.
"Kalau mata cangkulnya dari kolega saya di Ciwidey, dikirim ke sini dan dirakit di bengkel kerja kami."
Endin sudah memproduksi cangkul sejak 1970. Kendati sudah puluhan tahun, tetap saja volume cangkul yang dihasilkan tak menentu.
Cangkul ©2016 Merdeka.com
Dia hanya memproduksi alat menggali tanah itu jika ada pesanan. Celakanya, pesanan semakin sepi seiring membanjirnya produk serupa buatan luar negeri.
Endin mengakui kualitas cangkul impor lebih baik ketimbang bikinan lokal. Ini membuat cangkul lokal kian minim peminat.
"Terus terang saja, masalah kualitas, China lebih bagus," kata pria bisa memproduksi lima hingga tujuh cangkul per hari tersebut.
Endin Sapriudin memerlihatkan cangkul lokal dan impor ©2016 Merdeka.com
Dia menjelaskan, mata cangkul China terbuat dari pelat baja khusus yang dicetak. Kemudian, penyambungan mata cangkul dengan gagang sudah dilakukan dengan menggunakan laser sehingga terlihat rapi.
Sedangkan, mata cangkul lokal berbahan pelat besi dan penyambungannya dengan pengelasan.
Soal harga, harga cangkul impor sama murahnya dengan produk lokal. Kalau sudah begini, jangan salahkan masyarakat jika lebih meminati cangkul impor.
"Kalau konsumen inginnya impor karena kualitas. Bajanya rapi," katanya.
"Kalau dulu-dulu selisih harganya jauh, hampir 100 persen, yang lokal Rp 10 ribu yang impor Rp 20 ribu."
Endin mengakui, impor cangkul berdampak negatif pada perajin tradisional. Dia pun kini lebih banyak menjual cangkul impor ketimbang lokal.
Toko alat pertanian ©2016 Merdeka.com
"Untuk lokalnya agak kurang, produk perajin kalah dengan impor."
Endin meyakini, perajin lokal mampu memenuhi kebutuhan cangkul berkualitas di Tanah Air. Asalkan, pemerintah optimal merangkul dan memberdayakan mereka.
"Untuk kebutuhan dalam negeri saya rasa mampulah, nggak di impor dari luar juga. Asal sentra produksi seperti di Klaten, Bandung, bisa dikerahkan dan untuk produksi lebih banyak."
Beberapa waktu lalu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan industri nasional dengan menggandeng usaha kecil menengah siap memenuhi kebutuhan cangkul di dalam negeri yang mencapai 10 juta unit per tahun. Untuk itu diperlukan peningkatan kapasitas produksi dan akses bahan baku yang lebih mudah. Semoga.
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Produk dalam negeri memiliki kualitas yang bagus dibandingkan produk impor dari China.
Baca SelengkapnyaBiaya tenaga kerja di China jauh lebih rendah, sehingga produk mereka dapat dijual dengan harga yang jauh lebih murah.
Baca SelengkapnyaSelain murah, barang buatan asal China juga dikenal karena kualitasnya yang bersaing
Baca SelengkapnyaProduk-produk ramah lingkungan harganya lebih mahal ketimbang produk pabrikan.
Baca SelengkapnyaMenurut salah satu pedagang, sikat yang dibuat di Cibiru pernah disejajarkan kualitasnya dengan produksi sikat di Italia. Hasilnya memiliki kualitas yang serupa
Baca SelengkapnyaDampak masuknya barang murah China membuat industri di sejumlah negara terancam kolaps.
Baca SelengkapnyaTemukan perbedaan utama antara mobil CKD dan CBU serta pilih yang tepat sesuai anggaran dan kebutuhan Anda.
Baca Selengkapnya