Marsan (50) membiarkan beberapa penghuni panti rehabilitasi di Yayasan Al Fajar Berseri keluyuran di dalam bangsal. Sebagai pemilik dan pendiri, Marsan berbagi ilmu mengenali permasalahan membuat pasiennya mengidap gangguan jiwa. Metodenya mudah saja. Dia hanya perlu memperhatikan ucapan atau teriakan mereka sehari-hari.
"Kalau perempuan menurut saya 75 persen penyakitnya masalah asmara, masalah dikecewain, dinodain. Baik yang masih gadis atau sudah nikah," ujar Marsan kepada merdeka.com, Rabu (14/9) lalu.
Sedangkan soal pasien pria, menurut Marsan mereka menjadi tak waras gara-gara asmara, ekonomi, dan pekerjaan. Marsan menyatakan kini dia mendedikasikan hidupnya seharian penuh mengurus orang dengan gangguan kejiwaan.
Marsan mendidik pasiennya disiplin. Bahkan, beberapa penghuni dianggap sembuh diperbantukan mengurus rekan-rekan mereka. Lainnya sudah dikembalikan kepada keluarganya dan menjalani kehidupan normal.
Dia menyebut tanda-tanda pasiennya sudah sembuh yakni memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Selain itu, setiap pernyataan dilontarkan sesuai dengan dilakukan.
Sebagai partikelir, tentu Marsan tak semapan pemerintah. Buat merawat orang-orang gangguan jiwa itu, dia harus banting tulang mencukupi kebutuhan mereka, khususnya makanan. Namun, seiring berjalan waktu, sumbangan mulai mengalir.
Pemerintah, kata dia, memang memberi bantuan tetapi hanya setahun sekali. Hitungannya, setiap pasien dijatah Rp 6 ribu. Namun, lanjut Marsan, anggaran itu habis hanya dalam tiga bulan. Setelah itu, dia tetap harus berusaha mencari jalan lain.
Dia tak berangan-angan tinggi buat kebutuhan para pasiennya. Makanan bergizi tersedia saban hari dan fasilitas penunjang layak sudah cukup baginya.
"Agar mereka bisa berguna buat dirinya dan buat orang lain," ucap Marsan.
Marsan mengaku tak mudah menemukan perawat rela waktunya tersita 24 jam dan diupah pas-pasan. Namun, dia merasa beruntung masih ada orang mau turun tangan mengurus pengidap gangguan mental.
Dari sekian banyak pasiennya, sudah berderet kisah diperoleh Marsan. Dia juga sempat menikahkan sesama pasiennya. Ada juga yang melahirkan dan wafat di panti itu. Marsan mengaku banyak hikmah didapat dari pekerjaannya saat ini.
"Kalau masih kusir andong belum tentu dihargai," tutup Marsan.
Baca juga: