Pulang setelah lampu padam
Merdeka.com - Keceriaan warga Desa Amdui terpancar dalam terang benderang. Senang. Listrik akhirnya datang. Mereka berkumpul di balai pertemuan. Berjarak 20 meter dengan bibir pantai. Makan sambil menonton televisi bersama. Saling berbincang. Sepanjang malam. Terjaga hingga terbitnya sang fajar. Lalu kembali ke rumahnya masing-masing.
Begitu kiranya kegembiraan para warga merasakan hadirnya listrik. Begadang semalam suntuk sebagai rasa bersyukur. Larut dalam kebahagiaan. Tepat pada 27 Juli lalu, mereka akhirnya merasakan adanya listrik. Hampir sebulan ini malam mereka terang. Setelah bertahun-tahun hidup dalam kegelapan tiap malam.
"Kita makan bersama, nonton (televisi) bersama. Sampai lampu padam baru pulang," cerita Damianus, salah seorang warga kepada merdeka.com. Ketika itu kami tengah menyambangi Desa Amdui, Kabupaten Raja Ampat. Tepat hari ketiga setelah perayaan kemerdekaan ke-72 Indonesia.
-
Apa fungsi lampu minyak? Menurut Sara Tal, arkeolog IAA di wilayah Negev Barat, itu adalah lampu tembikar dari zaman Bizantium yang dikenal sebagai 'lampu sandal'. Biasanya digunakan untuk penerangan dan dibuat dengan pola khas wilayah dataran rendah dan daerah selatan dekat Jalur Gaza.
-
Mengapa Paula butuh lampu sorot? Lampu tersebut sangat membantu Paula saat memasak.
-
Apa fungsi lampu minyak kuno? Tim peneliti dari Badan Kepurbakalaan Israel mengungkap temuan ini dalam sebuah pernyataan resmi. Mereka meyakini lampu perunggu ini digunakan sebagai bagian dari deposito dasar, suatu bentuk penguburan ritual persembahan, yang bertujuan membawa keberuntungan bagi penduduk sebuah bangunan pada masa Romawi.
-
Apa itu Lampu Colok? Lampu Colok atau biasa disebut 'Pelite' atau 'Pelito' dalam Bahasa Melayu ini sudah menjadi ciri khas yang berkembang di masyakarat Riau. Sampai sekarang, perayaan ini masih terus eksis dan menjadi salah satu kegiatan wajib saat malam terakhir bulan Ramadan.
-
Apa itu 'Lampor'? Dilansir dari Liputan6.com, Lampor merupakan istilah yang berkaitan dengan fenomena keranda terbang di wilayah Jawa Tengah. Menurut cerita, ada entitas gaib yang mengendalikan keranda tersebut dan membawanya melintasi suatu tempat.
-
Dimana lampu minyak itu ditemukan? 'Wadah tersebut tertutup oleh lumpur,' ungkap Melchior. 'Saya membersihkannya, dan setelah menyadari bahwa mungkin ada sesuatu yang istimewa, saya segera menghubungi Badan Purbakala.'
Kampung telah terang benderang. Aliran listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menerangi jalanan kampung hingga ke sudut ruangan rumah warga. PLTS di desa itu dibangun dalam waktu 2,5 bulan. Didirikan PT INTI. Salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bermarkas di Bandung, Jawa Barat. Kapasitas listriknya 30 kWp. Cukup untuk menerangi kampung dihuni 130 kepala keluarga (KK) tersebut.
Ada 108 rumah di kampung itu. Masing-masing diberi jatah 600 watt per hari. Sedangkan untuk fasilitas umum, seperti rumah ibadah dan balai pertemuan warga, dijatah 1.000 watt per hari.
Listrik di Desa Amdui hanya bisa dinikmati warga selama 14 jam. Mulai pukul 5 sore hingga 7 pagi. Warga meminta listrik dipadamkan setelah ibadah pagi pukul 6 pagi "Pagi padam. Sudah kesepakatan begitu. Jam 5 sore sampai 7 pagi. Setelah itu kasih mati, isi lagi, nyala lagi malam," ujar Damianus.
Sebelum kehadiran bohlam lampu, pelita berperan penting. Menerangi warga dari gelap gulita. Pelita merupakan semacam lampu petromaks. Harus diisi pakai minyak tanah. Sebenarnya ada dua genset diperoleh dari bantuan PNPM sebesar Rp 68 juta. Namun, tidak semua warga bisa menikmati. Bukan perkara mudah untuk membuat genset menyala. Bahkan belakangan ini satu genset rusak.
Warga lainnya, Septinus Korano, mengaku ketika pakai genset warga harus saweran Rp 50.000 per bulan. Akses terdekat untuk mendapatkan bahan bakar itu di Kota Sorong. Setidaknya butuh waktu lebih kurang 2 jam perjalanan laut. Kalau genset bermasalah, warga kembali mengandalkan pelita. Tidak heran jika kehadiran listrik membuat warga bahagia.
Di Desa Amdui, warga kebanyakan berprofesi petani dan nelayan. Mereka begitu bahagia, Tak masalah jika nantinya setiap bulan dipungut biaya Rp 20.000 per rumah untuk penerangan listrik. Ini sudah menjadi kesepakatan bersama warga. Agar kampung terus bisa terang. Semangat semakin bertambah. Ucapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin membuat mereka optimis. Berharap bukan hanya sekedar janji manis.
"Kita dengar di berita kan Pak Jokowi mau semua kampung terang. Sehingga kami merindukan di sini ada (listrik)," kata Septinus.
Saweran mendirikan listrik dilakukan. Salah seorang warga desa, Killion Manggara, bahkan merelakan sebidang tanahnya untuk pembangunan PLTS. Itu syarat mutlak harus dibayar demi mendapatkan cahaya listrik. Di mata pria 63 tahun itu, tanah miliknya tak lebih berharga dari impian warga kampung berpuluh tahun hidup berdampingan dengan kegelapan. Dia tak rela jika kampungnya gelap gulita. Tak mau kalah dari di Desa Arefu, berada dalam satu pulau.
Killion dan Septinus Korano masih satu kerabat. Mereka menyiapkan segala persyaratan dibutuhkan. Proposal bantuan pembangunan pembangkit listrik dikirim ke Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Raja Ampat. Lalu ke dinas tingkat Provinsi Papua Barat, hingga ke pemerintah pusat.
Proposal disetujui. Demi energi berkeadilan. Bisa dinikmati semua rakyat Indonesia. Termasuk warga Desa Amdui berada di pulau terpencil. Kementerian ESDM menunjuk PT INTI sebagai pemenang proyek. Pembangunan PLTS di Desa Amdui dimulai Mei 2017. Bersama warga, Killion Manggara menebang pohon kelapa dan membersihkan lahan miliknya.
PT INTI mendatangkan panel listrik tenaga surya buatan Sukabumi. Sedangkan baterainya diimpor dari Bogor. Septinus Korano, Damianus dan beberapa warga dilatih untuk mengoperasikan sekaligus merawat PLTS. Kini mereka dipercaya menjadi operator sekaligus penanggungjawab keberlangsungan pencahayaan di kampungnya.
"Kita sampaikan ke masyarakat bahwa ini milik bersama, perlu saling menjaga. Umur panjang lebih baik. Kalau (warga) tidak mengerti, berarti umurnya pendek. Kembali pakai genset," kata Septinus.
Setelah Septinus dan rekannya memahami pengoperasian PLTS, pemerintah tidak bisa serta merta melepaskan diri. Direktur Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menyebut tanggung jawab di masa mendatang menjadi tugas Pemerintah Provinsi Papua Barat. Klausul dan aturan mainnya seperti itu. Warga tidak bisa dibebani jika PLTS mengalami kerusakan dan butuh perbaikan.
"Perawatan dijamin kontraktor (PT INTI). Kalau bapak atau ibu lampunya mati, silakan lapor nanti akan diganti. Garansinya satu tahun. Kemudian kalau baterainya rusak, dijamin 10 tahun oleh yang mengeluarkan baterai. Jadi pasti diganti," kata Dadan Kusdiana. Kala itu dirinya bersama rombongan datang untuk memastikan tak ada lagi gelap di Desa Amdui. (mdk/ang)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Festival Lampu Colok ala masayarakat Melayu menjadi ciri khas perayaan saat malam-malam terakhir bulan Ramadan di Provinsi Riau.
Baca SelengkapnyaPenjual nasi goreng di Surabaya yang masih setia memasang petromaks di gerobaknya mencuri perhatian.
Baca SelengkapnyaUntuk saat ini turbin tidak bisa beroperasi karena terkendala kemarau
Baca SelengkapnyaDalam skema transisi energi itu, PLN pun memiliki perhatian pada sisi hilir alias pola konsumsi energi.
Baca SelengkapnyaPenerangan yang selalu menyala di dalam kereta merupakan bagian dari komitmen KCI untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan.
Baca Selengkapnya