Semangat bersekolah meski tinggal di bajaj demi menjadi pilot
Merdeka.com - Muhammad Irwan atau biasa dipanggil Amat, tak seberuntung anak seusianya. Sejak umur satu tahun, dia sudah menjalani hidup memprihatinkan ditinggalkan oleh ibunya. Bocah yang kini berusia 11 tahun itu tak pernah mengenal wajah ibunya. Baginya, Riwahyudin adalah ayah sekaligus ibunya.
Saban hari, setelah pulang sekolah dia ikut bersama bapaknya. Irwan tak pernah mengeluh meski panas menyengat tubuhnya. Dia sudah terbiasa hidup di dalam bajaj.
Dia berujar ingin sekali memiliki rumah seperti teman-temannya. Supaya bisa tidur serta mengerjakan PR dengan nyaman. Sebab, selama ini tidur dan mengerjakan tugas-tugas sekolah hanya di dalam bajaj biru itu.
-
Siapa miliarder properti yang dulunya anak sopir bajaj? Sosok perempuan hebat bernama Endang Kumalasari yang sukses mengubah nasibnya, dari hanya seorang anak supir angkot hingga sukses menjadi seorang miliarder.
-
Di mana seorang anak berdomisili? Tempat tinggal anak mengikuti tempat tinggal orang tua (pasal 47 UU No.1 tahun 1974).
-
Kapan kehidupan seorang anak motor dimulai? Saat raungan mesin berbunyi, itulah tanda kehidupanmu dimulai.
-
Kenapa anak Soimah tinggal di Jogja? Kabarnya, kakak beradik ini tidak tinggal bersama sang ibu di Jakarta. Mereka memilih untuk menetap di rumah Soimah yang berlokasi di Yogyakarta.
-
Bagaimana anak broken home mencari kebahagiaan? Kadang keceriaan itu kita dapat di luar rumah. Bukan di tengah keluarga yang hanya mementingkan dirinya masing-masing.
-
Bagaimana Adisoetjipto bisa masuk sekolah penerbangan? Agar diizinkan, ia pun mengirimkan surat ke Resident dan Asisten Resident Semarang agar mencarikan izin.
Irwan mengatakan, hal yang paling membuat sedih ketika hujan turun malam hari. Saat tidur air hujan masuk ke bajaj membasahi dia dan bapaknya.
"Air hujannya nyiprat, kasihan lihat bapak," kata Irwan sambil berlinang air mata saat berbincang dengan merdeka.com.
Kendati hidup serba kekurangan, tapi Irwan memiliki semangat tinggi untuk sekolah. Dia tak malu terlambat masuk sekolah di usianya yang sudah 11 tahun. Sebab Irwan bercita-cita menjadi seorang pilot.
Menurut dia, dengan menjadi pilot bisa berkeliling naik pesawat membawa bapaknya. Untuk itu, Irwan bersemangat sekolah agar bisa mewujudkan impiannya.
Sementara itu kepala sekolah SDN Gondangdia 05 Pagi, Jakarta Pusat, tempat Irwan menimba ilmu, Sariya mengatakan, Irwan masuk tahun ajaran 2016-2017 pada bulan Juli lalu. Irwan duduk di kelas satu sudah berusia 11 tahun. Menurut Sariya, keterlambatan masuk sekolah itu bukan disengaja. Irwan terlambat karena kondisi keluarga yang memprihatinkan. Ditambah lagi, saat itu tidak memiliki kelengkapan administrasi.
Sekolah Muhammad Irwan ©2016 Merdeka.com/Desi Aditia NingrumNamun, dia salut kepada sang bapak, Riwahyudin (Iway) yang tetap mementingkan pendidikan Irwan di tengah kondisi serba keterbatasan. Sariya mengaku, Irwan siswa yang periang dan sopan. Seperti anak yang lainnya, Irwan pun berbaur dengan teman-temannya. Tak ada jarak di antara Irwan dengan teman-temannya.
Hal yang sama diungkap juga wali kelas Irwan, Elly Sabet. Menurut Elly, Irwan baik serta santun. Dia dapat mengikuti semua pelajaran yang diberikan oleh para guru.
"Ya meski agak sulit ya (nulis baca) kaya pegang pensil gitu. Mungkin karena dia kan baru sekolah, beda dengan anak-anak yang dari TK atau PAUD," ungkap Elly.
Kata Elly, pihak sekolah baru mengetahui jika Irwan tinggal di bajaj. Sebab, bocah tersebut tidak pernah bercerita apa pun. Bahkan, Iway sendiri ketika mendaftarkan Irwan tidak menunjukkan bahwa dia hidup di jalanan. Iway hanya menceritakan alasan dirinya telat mendaftarkan buah hatinya itu.
Dalam urusan tugas sekolah Irwan rajin mengerjakan. Meski masih harus terus dibimbing dan diarahkan.
Sejauh ini, Elly juga tak pernah mendengar teman-teman kelas mengejeknya lantaran postur tubuh paling besar atau pun soal dia tinggal di bajaj. Teman-temannya bersikap sama dan sewajarnya.
Dia berharap Irwan terus semangat sekolah untuk mencapai semua cita-citanya. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut kisah siswa kelas 1 SDN rela jalan kaki ke sekolah demi mengejar cita-cita.
Baca SelengkapnyaTak sedikit warganet yang memberikan semangat untuk siswa Bintara Polri satu ini.
Baca SelengkapnyaIrvan berhasil menjadi lulusan terbaik dan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa dengan IPK 3,075.
Baca SelengkapnyaKini ia sedang mencari beasiswa lain untuk biaya hidup di Jogja
Baca SelengkapnyaKisah perjuangan wanita jadi pramugari ini curi perhatian.
Baca SelengkapnyaIdia harus rela kehilangan kesempatan untuk bersekolah lantaran kondisi keuangan keluarganya yang pas-pasan.
Baca SelengkapnyaSadar masa depannya membutuhkan perjuangan keras, dia bangkit melawan rasa pilu.
Baca SelengkapnyaMereka berharap, pemerintah membantu untuk meningkatkan kualitas lingkungan di Muara Angke.
Baca Selengkapnya