Sensasi makan warteg ditemani bisingnya pesawat terbang
Merdeka.com - Panas terik membakar kulit di lahan parkir sepeda motor, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten. Jam menunjuk pukul 14.00 WIB.
Merdeka.com pada Sabtu (10/9) lalu menyusuri sela-sela jejeran ratusan motor, menuju ke arah masjid berada persis di hadapan lobi Terminal 2F yang melayani penerbangan dari dan menuju luar negeri. Orang-orang lalu lalang, namun tidak semuanya menuju masjid.
Ada kerumunan lain yang mencuri perhatian. Puluhan orang memadati deretan warung makan berjarak kurang dari 100 meter di sebelah kanan tempat ibadah. Saat itu masih terhitung jam makan siang.
-
Dimana warung makan itu berada? Ia kini memiliki sebuah warung makan yang berlokasi di IJ.
-
Dimana Warung Kothok berlokasi? Jadi ini adalah Warung Kothok, cabang asli dari warung dengan nama yang sama di Sleman, Yogyakarta.
-
Apa yang unik dari warung kerek Mantarena? Aktivitas unik ini selanjutnya mulai dikenal luas masyarakat dengan sebutan warung kerek Mantarena.
-
Apa kuliner khas yang dijual di warung legendaris ini? Warung legendaris yang hanya menjual nasi sambal dengan lauk tongkol ini tak pernah sepi pembeli.
-
Di mana warung kerek Mantarena berada? Di sini, pengunjung justru diharuskan berteriak jika ingin memesan makanan.
-
Dimana bisa menemukan warung makan khas Padang? Bahkan, keberadaan warung makan khas Padang bisa dengan mudah ditemukan di berbagai daerah di tanah air.
Merdeka.com menjajal masuk ke area yang oleh beberapa karyawan bandara dijuluki tempat makan tersembunyi. Di dalamnya berjejer delapan lapak penjual makanan. Mulai dari panganan berat seperti nasi dan lauk pauknya, sampai bermacam gorengan.
Para pedagang sigap menawari merdeka.com agar mampir ke lapak masing-masing. "Ayo makan sini. Mau apa, ada sayur, ada tempe," kata beberapa penjaga warung bersahut-sahutan.
Akhirnya pilihan jatuh pada warung makan yang letaknya paling pojok. Bangku dan mejanya tertata rapi. Walaupun pemilik warung satu dan yang lainnya berbeda, tetapi semua meja dan kursi bisa digunakan pengunjung manasuka.
Nunung (40) pemilik warung, menanyakan menu apa saja yang ingin disantap. Untuk siang itu, kami menikmati telur bumbu bali, tempe orek, dan sayur lodeh. Ya, merdeka.com memang berkunjung ke sebuah warung tegal. Tapi jangan salah, ini bukan sembarang warteg.
Hanya dalam beberapa menit langsung terasa perbedaan suasana makan di warteg ini. Suara bising terdengar membelah langit yang rasanya persis di atas kepala. Jika kita melongok ke samping, terlihat pesawat lepas landas. Dalam beberapa menit, giliran sebuah pesawat mendarat menyita perhatian. Para penjaga warteg, dan sebagian besar pengunjung acuh, menganggap itu semua pemandangan biasa. Dan memang beginilah kondisi sehari-hari komplek warteg tersebut.
Inilah satu-satunya komplek warung tegal berlokasi di Bandara Soekarno-Hatta. Tidak ada warteg sejenis di terminal 1 ataupun 3. Sulit pula rasanya menemukan warteg sejenis di bandara-bandara kota lain negara ini. Setidaknya yang benar-benar masuk kawasan bandara, sehingga bisa dikunjungi baik karyawan maupun para pengunjung.
Siapa sangka, warung bersahaja menyajikan masakan rumahan bisa kita dapatkan di bandara yang satu dekade lalu hanya dikunjungi oleh kelas menengah atas negara ini. Sejak menyandang status bandara internasional lebih dari tiga dekade lalu, alternatif makanan berharga murah sulit didapatkan.
Suasana Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta (c) 2016 merdeka.com/mitra ramadhan
Beberapa restoran menyajikan masakan Indonesia, namun kita harus merogoh kocek dua kali lebih mahal untuk menu yang biasa kita nikmati di luar area bandara.
Alhasil, keberadaan warteg-warteg bandara ini bagaikan oase. Warung makan ini menjadi tempat favorit pencari makanan murah meriah di bandara.
Di meja makanan tersedia layaknya restoran seperti dalam bandara. Ada sendok dan garpu yang tersipan rapi, tisue, buah pisang ambon,minuman, kerupuk sampai gorengan sebagai pelengkap kudapan. Ketika sudah masuk ke warung tersebut, merdeka.com langsung dilayani dengan ramah tak kalah dibanding pelayanan restoran di lobi bandara.
Satu-satunya yang membedakan dibanding warteg biasa adalah penyajian makanan tanpa etalase. Nunung, yang kami wawancarai sambil melayani para pembeli, mengatakan semua lauk dan sayur yang disajikan di warteg parkiran terminal 2 disajikan dalam kantung plastik. Alasannya untuk kepraktisan dan tidak memerlukan banyak ruang untuk mencuci piring.
Makanan yang disajikan juga dimasaknya di rumah. Nunung dan pedagang lainnya tidak diperbolehkan membawa kompor atau peralatan masak lainnya.Lantaran, area tersebut dekat dengan parkiran mobil dan motor. "Nanti kalau kita bawa kompor dan gas takutnya meledak, di sini kan dekat mobil dan motor," kata Nunung.
Harga makan dan minuman yang disajikan, seperti dijelaskan sebelumnya, jauh lebih murah dibandingkan makanan restoran dalam bandara. Satu potong telur dadar cabe dibanderol Rp 6.000, sayur lodeh Rp 3.000, dan satu potong ayam opor Rp 12 ribu. Satu porsi nasi pun dihargai Rp 6.000. Untuk satu porsi nasi dan tiga lauk yang disajikan beserta segelas es teh manis, merdeka.com cukup membayar Rp 22 ribu.
Suriawan Wakan selaku Senior General Manager PT Angkasa Pura II yang mengelola Bandara Soekarno-Hatta membenarkan terdapat warung makan sederhana di area parkir terminal 2. Dia menjelaskan lahan tersebut sejak awal diperuntukan untuk pedagang makanan yang tidak memiliki modal besar.
Namun, citra warteg sebagai makanan rakyat jelata ternyata masih menjadi sorotan bagi BUMN pengelola bandara itu. Mereka belum diizinkan bercampur dengan restoran lain di kawasan lobi kedatangan maupun keberangkatan penumpang pesawat.
"Lebih baik mereka dagang di sana karena jika mereka berdagang di area bebas membuat bandara menjadi tidak tertib," kata Suriawan.
Setidaknya warteg kini sudah masuk kawasan dalam bandara, tinggal tunggu waktu sampai orek tempe dan ikan asin diterima menjadi sajian kuliner kelas internasional, dinikmati oleh mereka yang baru mendarat atau sedang menunggu giliran terbang.
Baca juga liputan merdeka tentang bisnis warteg:
Menelusuri rumah-rumah mewah di Kampung Warteg SidakatonPraktik mistis pedagang wartegHikayat tempe di Warung TegalKisah sukses pedagang wartegUlama dan santri di Serang dukung razia warteg yang buka saat puasaKeluhan pedagang warteg harga jengkol lebih mahal dibanding ayamMewahnya 'istana' pengusaha Warteg, mirip rumah di Pondok Indah (mdk/ard)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pesawat ATP buatan Inggris yang dulu melayani rute penerbangan Jayapura-Wamena telah disulap menjadi kafe Brill's Sky Airport Education and Resto.
Baca SelengkapnyaWarteg menjadi pilihan banyak orang lantaran harganya ramah kantung para pekerja di kota-kota besar.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan helikopter yang sedang mendarat di lapangan dan tiba-tiba membuat atap warung warga terbang.
Baca SelengkapnyaPantai selatan Jawa memiliki banyak spot wisata eksotik. Selain itu, sejumlah kulinernya layak dicoba.
Baca SelengkapnyaWarteg ini punya rasa khas Asia dan menawarkan konsep kekinian. Sayang untuk dilewatkan.
Baca SelengkapnyaSaat helikopter terbang rendah, sejumlah atap warung di sekitar lapangan berterbangan.
Baca SelengkapnyaBegini sisi lain gunung sampah Bantar Gebang yang mampu membuat terkejut dan heran.
Baca SelengkapnyaLokasi warung ini terletak di ketinggian. Bahkan panorama yang disajikan membuat tiap pasang mata memandang terpesona. Begini potretnya.
Baca Selengkapnya