Serbu pinggiran Jakarta
Merdeka.com - Alunan musik bergenre jazz lirih menyambut saat merdeka.com awal pekan ini memasuki sebuah pusat belanja mewah di Kota Bekasi, Jawa Barat. Gerai-gerai pakaian merek internasional berjejer rapih seolah menyambut ramah pengunjung.
Di lantai satu pakaian label asing khusus olahraga berada di tengah-tengah gedung. Aksesnya mudah ditemukan, cepat, dan tidak usah bersusah payah menaiki tangga berjalan sampai ke gerainya. Luas lokasi hampir 15 meter dengan lebar lima meter cukup lengkap menampilkan produk buatan Jerman.
Pengusaha pakaian lokal berinisial DR mengakui pakaian-pakaian merek asing mulai menyerbu pusat-pusat belanja di pinggiran Jakarta. Dia dan pengusaha lainnya mulai bingung ke mana harus memasarkan produk dalam negeri mereka.
-
Siapa yang mendorong boikot produk asing? Langkah-langkah YKMI ini luar biasa. Konstitusi juga sudah melindunginya seperti dalam amanat Pembukaan UUD secara tegas,' ucap dia dalam dialog publik yang bertema 'Ramadan Tanpa Dukungan Produk Genosida' pada Jum’at (15/3) sore.
-
Apa itu Perseroan Terbatas? Perseroan Terbatas adalah suatu badan usaha atau unit yang telah berlandaskan hukum.
-
Bagaimana cara memilih produk lokal? Megel juga menyebutkan sederet brand lokal yang memiliki kualitas sangat baik. Misalnya saja Le Minerale dari kategori air mineral. Ia pun menegaskan agar masyarakat lebih teliti dalam memilih produk tersebut. Terlebih banyak produk asing yang brandingnya menampilkan seolah-olah mereka adalah produk lokal.
-
Bagaimana mereka merintis usaha? Ketika itu ia hanya memiliki sisa uang Rp500 ribu, yang kemudian digunakan untuk modal usaha kue di rumah. Kondisi ini dirasakan berbeda, ketika dirinya bekerja di bank tersebut.
-
Kenapa Kemenkumham mendukung penggunaan produk dalam negeri? Tujuannya adalah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung daya saing industri di tanah air.
-
Apa manfaat produk lokal bagi budaya Indonesia? Meningkatnya kecintaan masyarakat terhadap produk lokal, tidak hanya sekadar mencerminkan perubahan pola konsumsi, tetapi juga menjadi bukti nyata, semakin kuatnya komitmen dalam melestarikan dan menghargai warisan budaya Indonesia.
"Kita sudah harus lirik kabupaten. Kalau semua wilayah Depok, Tangerang, atau Bogor, sudah banyak merek asing seperti itu," katanya saat ditemui merdeka.com Jumat malam pekan lalu di sebuah kafe di Jakarta Selatan.
Di pusat belanja itu masih terdapat merek lokal, namun berada di lantai tiga diapit oleh merek-merek Eropa lainnya. Dia menilai umur gerai lokal itu tidak sampai bertahan lama. pemilik dipastikan rugi saban bulan. "Kita sesama pemain lokal saling koneksi, di mal itu rugi terus,"
ujarnya nyinyir.
Menurut DR, pengelola pusat belanja lebih memanjakan merek-merek asing untuk menarik pengunjung. Alhasil, pakaian berlabel lokal khusus mengincar kelas menengah mati kutu. "Mereka (asing) sudah mapan. Ke mana perlindungan pemerintah sama pengusaha lokal, nggak ada sama sekali dari dulu," ujarnya.
Dia mencontohkan sebuah merek pakaian dari Jepang sudah mulai mempromosikan harga di bawah rata-rata. Sebab dukungan dari pengelola pusat belanja begitu lengkap, label asing dengan leluasa memainkan harga jual serendah mungkin. "Kalau kita dikasih gerai luasnya 70 meter, gratis sampai enam bulan, siapa nggak bisa bikin harga sampai segitu," ujarnya.
Ketua Umum Asosiasi Pusat Perbelanjaan Indonesia (APBI) Handaka Santasa tetap menyerahkan sepenuhnya kepada konsumen untuk memilih. Semuanya sudah mempunyai aturan di tiap pusat belanja "Baik merek asing atau lokal nggak masalah, kita tidak pilih-pilih," katanya saat dihubungi melalui telepon selulernya.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak hanya tersingkir dari perkotaan, kata Mahfud, warga Betawi juga terpaksa menjual tanah untuk keperluan industri hingga investasi.
Baca Selengkapnya