Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Setelah Taliban Berkuasa di Afghanistan

Setelah Taliban Berkuasa di Afghanistan Warga Afghanistan ramai-ramai tarik uang di bank. ©REUTERS/Stringer

Merdeka.com - Tak pernah ada yang menyangka kelompok Taliban begitu cepat berhasil merebut Kabul, ibu kota Afghanistan pada 15 Agustus 2021. Ini jauh lebih cepat dari prediksi sebelumnya dari sejumlah pejabat intelijen Amerika Serikat.

Setelah Taliban menyapu dan merebut sejumlah wilayah di negara itu, mereka diprediksi akan menguasai Kabul paling lama dalam waktu 90 hari. Namun dalam hitungan hari, pejuang Taliban berhasil memasuki Kabul, menduduki istana kepresidenan dan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani melarikan diri ke Uni Emirat Arab bersama keluarganya.

Ketakutan menyelimuti warga Kabul setelah Taliban mengambil alih kekuasaan. Ribuan orang berbondong-bondong menuju Bandara Internasional Hamid Karzai, berharap bisa mendapatkan penerbangan dan kabur dari negaranya.

Sementara itu Amerika Serikat (AS) yang telah menempatkan pasukannya selama 20 tahun di Afghanistan mulai melakukan evakuasi warga negaranya, termasuk warga Afghanistan yang pernah bekerja sama dengan mereka sepanjang 20 tahun terakhir. Evakuasi harus rampung pada 31 Agustus. Negara-negara sekutu AS juga mulai melakukan evakuasi.

Pada Senin (30/8) malam, pesawat terakhir AS lepas landas dari bandara Kabul, membawa anggota militer dan staf diplomatik yang masih tersisa. Pasukan AS yang terakhir menaiki pesawat militer C-17 adalah Mayor Jenderal Chris Donahue, komandan jenderal Lintas Udara ke-82.

Saat ini para petinggi Taliban sedang membahas sistem pemerintahan, yang rencananya akan segera diumumkan dalam waktu dekat. Skeptisisme dan ketakutan terhadap pemerintahan Taliban yang akan datang masih menghinggapi rakyat Afghanistan, kendati ada juga masyarakat yang berharap Taliban bisa memegang janjinya untuk lebih moderat, tidak lagi menerapkan kebijakan-kebijakan keras seperti pemerintahan mereka pada 1996-2001 lalu.

Ketakutan setelah Taliban berkuasa diungkapkan mantan anggota pasukan khusus Afghanistan. Dia mengatakan telah pindah rumah beberapa kali setelah menerima ancaman dari panggilan telepon.

"Saya tidak tahu seberapa lama saya bisa hidup seperti ini," ujarnya, dikutip dari The Washington Post.

Secara perlahan, nuansa normal kembali terasa di Kabul. Di jalanan, aktivitas warga terlihat seperti biasa dan orang-orang berusaha menjalani hidup seperti biasa.

Kendati demikian, para pedagang di pasar mengeluhkan pendapatan mereka yang menurun. Pemilik toko elektronik di Kabul, Muhammad Ameen (74) mengeluh pendapatannya turun drastis belakangan ini. Penghasilan Ameen dari tokonya tidak pernah mencapai USD 20 atau sekitar Rp 286 ribu per hari sejak Kabul jatuh ke tangan Taliban.

Ameen mengakui memang ada orang yang datang ke pasar.

"Tetapi sekarang orang-orang datang ke toko saya memohon untuk menjual barang-barang pribadi mereka, bukan ingin membeli apa pun."

Di sisi lain, ada perubahan dari gaya berbusana kaum perempuan di Afghanistan. Biasanya mereka menggemari pakaian dengan berbagai model dan warna terang, kini mereka lebih tertarik berbelanja busana muslim atau abaya berwarna gelap. Di era pemerintahan Taliban 20 tahun lalu, perempuan dilarang menampakkan wajahnya dan wajib memakai burka atau cadar dan seringkali burka ini berwarna gelap.

"Perempuan ingin memakai warna-warna gelap sekarang," kata seorang penjaga toko kain, Muhammad Younis (19).

Ada secercah harapan kekuasaan Taliban akan membuat keamanan membaik, seperti yang diutarakan seorang pemilik bengkel, Zabiullah Qadiri (40). Menurutnya sebelum Taliban berkuasa, pencurian sangat marak. Termasuk maraknya pembunuhan bertarget yang sebagian besar dilakukan geng sepeda motor.

"Saya senang dengan situasi keamanan yang membaik," kata Qadiri.

Dia tidak khawatir dengan kejahatan seperti yang dia takutkan beberapa minggu lalu. Dia mengatakan korupsi, bersama dengan pemerintah, tampaknya lenyap dalam semalam.

"Setiap kali pejabat datang untuk menagih pajak saya, mereka selalu memintai saya lebih banyak uang. Sekarang itu tidak terjadi," katanya.

"Mungkin saja sistem baru bisa lebih baik.”

Namun demikian, Qadiri dan warga lainnya sedang harap-harap cemas menantikan seperti apa pemerintahan Taliban mendatang. Mereka menantikan apakah para militan itu memberlakukan pembatasan seperti yang mereka terapkan selama pemerintahan mereka di tahun 1990-an dan bagaimana mereka memberikan layanan publik seperti pendidikan. Mereka sedang menanti janji manis Taliban.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Dahsyatnya Banjir Bandang Menerjang Arghanistan, Puluhan Tewas dan Lebih dari 40 Orang Hilang
FOTO: Dahsyatnya Banjir Bandang Menerjang Arghanistan, Puluhan Tewas dan Lebih dari 40 Orang Hilang

Sedikitnya sekitar 30 orang tewas saat terjangan banjir bandang dahsyat menyapu beberapa wilayah Afghanistan pada akhir pekan lalu.

Baca Selengkapnya
FOTO: Suasana Mudik Jelang Iduladha di Bangladesh, Ribuan Orang Berdesakan Naik Kereta Sampai Panjat Atap
FOTO: Suasana Mudik Jelang Iduladha di Bangladesh, Ribuan Orang Berdesakan Naik Kereta Sampai Panjat Atap

Menurut perkiraan, sekitar sepertiga dari 20 juta penduduk Dhaka meninggalkan Ibu Kota Bangladesh itu saat Idulfitri dan Iduladha.

Baca Selengkapnya
Bandara Ben Gurion Israel Chaos, Banyak Warga Ingin Melarikan Diri dari Perang
Bandara Ben Gurion Israel Chaos, Banyak Warga Ingin Melarikan Diri dari Perang

Para penumpang mengalami keterlambatan dalam proses keberangkatan mereka.

Baca Selengkapnya
FOTO: Momen Warga Israel Lari Terbirit-birit Saat Tel Aviv Diserang Rudal Houthi dari Yaman
FOTO: Momen Warga Israel Lari Terbirit-birit Saat Tel Aviv Diserang Rudal Houthi dari Yaman

Sirine peringatan serangan udara meraung-raung di Tel Aviv, Israel, ketika sebuah rudal ditembakkan kelompok Houthi.

Baca Selengkapnya
Aksi Mahasiswa Aceh Usir Paksa Pengungsi Rohingya dari Tempat Penampungan Sementara
Aksi Mahasiswa Aceh Usir Paksa Pengungsi Rohingya dari Tempat Penampungan Sementara

Mahasiswa memaksa pengungsi naik ke truk yang telah disediakan. Semua barang milik pengungsi ikut diangkut

Baca Selengkapnya
Tradisi Mudik Ekstrem di Bangladesh
Tradisi Mudik Ekstrem di Bangladesh

Tradisi mudik Lebaran ternyata tak cuma ada di Indonesia, tetapi juga ada di Bangladesh. Bahkan, mudik di Bangladesh tak kalah ekstrem. Begini potretnya!

Baca Selengkapnya
FOTO: Penampakan Arus Mudik di Bangladesh, Kapal Ferry Penuh Sesak
FOTO: Penampakan Arus Mudik di Bangladesh, Kapal Ferry Penuh Sesak

Sebuah pelabuhan di Dhaka diserbu pemudik. Jutaan warga Bangladesh berbondong-bondong menggunakan kapal ferry sebagai moda transportasi mudik.

Baca Selengkapnya
FOTO: Kepanikan Warga Armenia Bondong-Bondong Meninggalkan Wilayah Nagorno-Karabakh Usai Direbut Azerbaijan
FOTO: Kepanikan Warga Armenia Bondong-Bondong Meninggalkan Wilayah Nagorno-Karabakh Usai Direbut Azerbaijan

Warga Armenia mulai meninggalkan wilayah Nagorno-Karabakh setelah militer Azerbaijan kembali merebut dan menguasai wilayah tersebut.

Baca Selengkapnya
FOTO: Kesedihan Warga Palestina Tinggalkan Kota Gaza dengan Bawa Barang Seadanya
FOTO: Kesedihan Warga Palestina Tinggalkan Kota Gaza dengan Bawa Barang Seadanya

Warga Gaza meninggalkan tanah kelahiran mereka menuju daerah yang lebih aman di hari ke-5 pertempuran Israel dan Hamas.

Baca Selengkapnya
Video Detik-Detik Kamp Jabalia di Gaza Dihantam 6 Bom Israel, Banyak Anak-Anak Panik
Video Detik-Detik Kamp Jabalia di Gaza Dihantam 6 Bom Israel, Banyak Anak-Anak Panik

Sebuah video berdurasi 1.40 detik merekam suasana sebelum rumah-rumah pengungsi kamp Jabalia, Gaza, Palestina dihantam bom Israel.

Baca Selengkapnya
Kapolri Bakal Koordinasi dengan UNHCR soal Pengungsi Rohingya di Aceh
Kapolri Bakal Koordinasi dengan UNHCR soal Pengungsi Rohingya di Aceh

Menurut Kapolri sejumlah warga Rohingya yang mengungsi sudah adanya kesepakatan sebelumnya.

Baca Selengkapnya
FOTO: Horor! Serangan Pasukan Separatis Bersenjata di Pakistan Tewaskan 73 Orang
FOTO: Horor! Serangan Pasukan Separatis Bersenjata di Pakistan Tewaskan 73 Orang

Pasukan separatis bersenjata di Pakistan menyerang kantor polisi, jalur kereta api, dan jalan raya hingga menewaskan 73 orang.

Baca Selengkapnya