Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Simpatisan ISIS di Indonesia mencemaskan

Simpatisan ISIS di Indonesia mencemaskan Ulil Abshar Abdalla. ©facebook

Merdeka.com - Pendukung Negara Islam Irak dan Suriah di Indonesia kini sudah dalam tahap mencemaskan. Kamis pekan kemarin, mereka melakukan serangan bom di kawasan Sarinah, Menteng, Jakarta Pusat. Itu semakin membuktikan jika ancaman para simpatisan ISIS di Indonesia semakin nyata.

Jauh sebelum serangan teror itu, kasus intoleran beragama di Indonesia juga sering terjadi. Menurut Ulil Abshar Abdalla, tokoh dari Jaringan Islam Liberal, intoleran dan hubungannya dengan teror yang terjadi di Indonesia bermuara dari ideologi radikal.

Contohnya adalah merasa alirannya paling baik dan suka mengkafirkan orang. "Jadi paham-paham tadi dimulai dari sikap yang intoleran," ujar Ulil saat berbincang dengan merdeka.com melalui sambungan seluler, Rabu kemarin. Dia pun menegaskan jika bibit-bibit intoleran di Indonesia semakin banyak.

"Sekarang di masyarakat kita contoh-contoh seperti itu banyak," katanya.

Lalu bagaimana pandangan Ulil tentang keberadaan ISIS di Indonesia?. Menurut dia, ISIS bisa dibilang sukses untuk meraih pendukung di berbagai negara termasuk Indonesia. Strateginya mereka menyebarkan ideologi melalui jejaring sosial. Strategi itu sebelumnya tidak pernah dipakai Al Qaidah untuk mencari dukungan secara massal.

"Mereka melakukan rekrutmen yang sifatnya global," ujar Ulil.

Berikut petikan wawancara Ulil Abshar Abdalla kepada Arbi Sumandoyo dari merdeka.com mengenai ISIS dan aliran pendukungnya di Indonesia.

Bagaimana pandangan Anda tentang teror dan intoleran di Indonesia apakah ada hubungannya ?

Menurut saya publik perlu di beri penjelasan, dijelaskan dengan seterang-terangnya, yang pertama bahwa yang disebut terorisme asal-usulnya dari ideologi. Pemahaman agama yang diambil atas nama Islam. Jadi radikalisme yang kemudian muncul pada terorisme itu ada memang unsur agamanya begitu. Itu yang pertama yang harus diketahui. Jadi ada alasan keagamaan yang sungguh serius, bukan main-main. Bukan seperti seseorang memperalat agama untuk melakukan kekerasan, itu enggak. Ini bukan seperti politisi memperalat acara-acara keagamaan untuk meraih simpati, itu juga tidak.

Kalau politisi memakai itu kan mereka sadar, mereka pakai. Ini tidak, mereka percaya betul jika yang mereka lakukan itu disuruh oleh Allah, disuruh oleh agama. Kedua, tahap-tahap radikalisme kemudian berujung kepada terorisme memang macam-macam, bertahap-tahap. Pertama itu adalah pengerasan pemahaman keagamaan seseorang terhadap Alquran dan Al Hadis. Tetapi saya tidak mengatakan orang yang pemahamannya keras , langsung menjadi radikal. Enggak. Itu tahap pertama.

Kemudian tahap kedua. Setelah pemahaman keras itu, kemudian mereka merasa bagus sendiri, kemudian mengkafirkan dan menyesatkan kelompok lain. Karena itu gejala-gejala penyesatan, pengkafiran atau disebut dengan gejala takfiri, itu perlu diwaspadai oleh pihak-pihak dalam pemerintahan yang menangani masalah radikalisme ini. Ciri radikal itu adalah menjadikan ajaran mengenai jihad sebagai pondasi utamanya. Setelah jihad kemudian ada unsur jihadis itu ya sudah tinggal selangkah berikutnya. Kalau ada orang merekrut dia menjadi eksekutor bom bunuh diri, ya sudah itu dia lakukan. Jadi itu tahap-tahapnya.

Kemudian masalahnya adalah, ketika tahap-tahap seseorang mengalami pengerasan dalam keagamaan itu mungkin tidak jadi masalah ya. Tetapi pada tahap sudah menyesatkan, menganggap Syiah kafir, Ahmadiyah kafir, itu menurut saya sudah menjadi tanda-tanda yang harus diwaspadai. Karena itu, setiap ada gejala penyesatan dan pengkafiran yang berjalan sistematis. Saya tidak mengatakan setiap pengkafiran perlu diwaspadai, Karena ada juga pengkafiran menyangkut juga hal umum. Saya juga melihat ada juga satu dua kiai di kalangan NU yang mengkafirkan. Tetapi itu pengkafiran yang sifatnya bukan ideologi. Ini pengkafiran yang ideologis, dibaliknya itu ada ideologi radikal.

Bukan sekedar jihad agama, tetapi dibaliknya ada ideologi radikal. Saya menganggapnya gerakan mengkafirkan Syiah seperti di Indonesia sekarang, itu dibaliknya sudah ada pandangan dan ideologi yang radikal. Oleh karena itu menurut saya perlu di waspadai. Jadi kalau anda tadi bertanya apakah ada kaitan antara sikap-sikap intoleran dengan radikalisme itu ada, itu ada dari sudut ini. Jadi paham-paham tadi dimulai dari sikap yang intoleran. Sekarang di masyarakat kita contoh-contoh seperti itu banyak.

Dari kasus-kasus yang Anda amati, aliran mana yang menyesatkan ?

Kalau aliran yang menyesatkan sekarang ini, yang paling agresif. Yang paling agresif menyesatkan Syiah adalah kelompok yang sering disebut Annas kan. Tetapi pandangan Syiah itu bukan Islam itu tampaknya sekarang meluas di masyarakat. Ini juga saya sebut keberhasilan kaum Salafy di tengah masyarakat menengah kota. Jadi mereka itu berhasil menanamkan bahwa Syiah itu bukan Islam. Anda tahu Salafy itukan gerakan yang berasal dari Saudi Arabia dan mereka agresif melakukan kampanye diseluruh dunia Islam tentang penangkal Syiah.

Tetapi kampanye mereka adalah sebagian besar persaingan mereka antara Saudi dan Iran. Jadi ini sebetulnya persaingan politik, tetapi mewujudkan dalam bentuk persaingan ideologi atau pemahaman ideologi keagamaan. Sekarang itu di kalangan kelas menengah seperti yang saya pantau di media sosia, melalui di grup-grup diskusi WhatsApp, BBM itu menjumpai banyak sekali orang yang memiliki pandangan-pandangan ini. Bahkan ada yang mengatakan kalau Syiah bukan Islam.

Menurut saya, ini memang gejala yang bahaya sekali sih tidak, asal tidak menjadi alat mobilisasi untuk melakukan kekerasan. Kalau orang berpandangan Syiah bukan Islam, tok titik, menurut saya sih tidak menjadi soal.

Kalau berujung pada pengerusakan ?

Dari situ kemudian ada mobilisasi. Yang perlu ditangani oleh pemerintah menangkal radikalisme adalah, itu dijadikan ideologi kemudian di mobilisasi. Suatu ya tiba-tiba gerakan untuk mendukung agenda suatu tertentu. Agenda tertentu itu maksudnya bisa jihad, ya mengusir orang-orang yang dianggap sesat, atau menghalang-halangi orang Kristen untuk membangun gereja, jadi intoleran dalam bentuk yang seperti ini, itu adalah bentuk yang memang berbahaya.

Yang Anda lihat, aliran yang seideologi dengan ISIS di Indonesia ada berapa banyak ?

Jadi di Indonesia menurut saya ada dua grup besar yang, maaf, menurut saya bisa dikatakan sebagai grup jihadis. Yang memakai jihad untuk melegitimasi kekerasan, ada terorisme. Yang pertama adalah grup yang mendukung Al Qaidah, itu kepanjangan dari kelompok Jamaah Islamiyah yang dulu. Di sini seperti kelompok MMI, meskipun MMI kemudian pecah. MMI yang aslinya tidak seideologi dengan ISIS. Mereka lebih simpatinya kepada Al Qaidah.

Kemudian yang kedua ya ISIS sendiri, sekarang ada kelompok-kelompok baru yang mendukung ISIS, salah satunya adalah kelompok Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang didirikan oleh Abu Bakar Baasyir. Baasyir kan dulu merupakan MMI, yang mendukung Jamaah Islamiyah. Kemudian sekarang dia bergeser, mendukung ISIS. Kelompok di Indonesia yang sekarang mendukung ISIS sebetulnya saat ini tidak begitu banyak. Yang mendukung Al Qaidah juga tidak banyak. Tetapi simpatinya yang menurut saya mencemaskan. Kalau saya pantau percakapan di media sosial itu baik di twitter maupun di instagram yang simpati kepada Al Qaidah atau sekarang lebih ke ISIS, itu ternyata tidak sedikit. Banyak yang simpati. Dan simpati itu dicerminkan dalam berbagai bentuk, yang paling sederhana sebetulnya adalah orang itu bersikap menolak. Oh teror itu bukan ISIS yang melakukan, tetapi merupakan kerjaan konspirasi, seperti begitu-begitu.

Itu menurut saya, meskipun orang yang mengatakan demikian belum tentu dia orang ISIS, tetapi secara tidak langsung itu tindakan mendukung. Bentuk yang lain adalah misalnya, memberikan maaf dalam pengertian ISIS melakukan seperti ini kan karena Amerika menyerang dunia Islam karena mendukung Israel dan seterusnya. Itu menurut saya sikap memberikan maaf kepada ISIS mereka melakukan itu. Yang paling tinggi bentuk simpati yang mendukung langsung, oh iya. Memang ISIS itu ajarannya tidak sesuai dengan Islam, setiap hari mereka melakukan kekerasan. Bergembira dengan segala yang dilakukan oleh ISIS. Bersorak-sorai.

Artinya dengan kejadian kemarin mereka senang ?

Senang

Menurut Anda apakah dukungan dari simpatisan ISIS ini muncul karena mereka eksis di sana ?

Iya. Jadi sebenarnya simpati terhadap ideologi ISIS dan pembenaran terhadap tindakan mereka itu menurut saya salah satu gejala yang mencemaskan juga. Karena itu tadi, itu mungkin langkah pertama, mungkin orang setelah itu akan mengambil tindakan berikutnya. Ya entah mereka mencari kontak-kontak tertentu dan kemudian mereka bergabung dengan ISIS. Dan itu menurut saya salah satu kecerdasan ISIS, karena sekarang mereka melakukan rekrutmen yang sifatnya global, yang sangat berhasil melalui media sosial. Yang sesuatu sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh Al Qaidah. Al Qaidah itu dulu rekrutmennya, pertama melalui eks orang-orang yang pergi ke Afganistan. Setelah itu mereka pulang dan merekrut orang-orang melalui pengajian pastinya. Tetapi mereka tidak pernah menggunakan media sosial atau tidak dalam frekuensi dan seintensif seperti ISIS sekarang.

Baru pertama kali menurut saya ISIS melakukan rekrutmen. Kenapa mereka berhasil, pertama karena ISIS itu jelas mereka punya negara. Mereka punya teritorial, kurang lebih itu jelas di Irak dan Syria. Yang kedua mereka punya khalifah, ada sosok yang menjadi pusat kedudukan, yang itu tidak ada pada Al Qaidah. Dahulu, Osama tidak mengklaim diri sebagai khalifah. Tetapi ISIS mendeklarasikan dia punya khalifah dan internal ISIS itu juga mereka memakai doktrin baiat sebagai cara untuk mengikat orang yang secara emosional, orang-orang yang simpati atau mendukung ISIS. Itu doktrin ideologi atau baiat yang tidak pernah dipakai oleh Al Qaidah. Dengan baiat itu kelompok yang jauh dari ISIS, seperti di Nigeria, Boko Haram atau di Somalia yang ribuan kilometer dari pusat kekuasaan ISIS, itu mereka bisa melakukan tindakan dan tunduk terhadap ISIS. Nah itu menurut saya perkembangan baru yang tidak ada pada Al Qaidah sebelumnya.

Dan itu terjadi dengan teror Sarinah kemarin ?

Betul. Di sini juga ada kelompok-kelompok yang berbaiat kepada ISIS. Bahkan baiat itu mereka lakukan di dalam penjara, di Nusakambangan kan. Ini doktrin baiat menurut saya dipakai dengan cukup cerdik oleh ISIS untuk merekrut sel-sel yang mendukung dia. Jadi menurut saya ISIS lebih sukses dibanding dengan Al Qaidah karena itu takut menjadi konsen semua orang di Indonesia, karena sekarang ini tahap yang akan dilakukan ISIS adalah dia tidak cukup berperang di Syria dan Irak, mereka ingin menduniakan jihad. Itu yang menurut saya mencemaskan sekali. (mdk/arb)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Densus 88 Antiteror Tangkap Dua Terduga Teroris di Jakarta Barat
Densus 88 Antiteror Tangkap Dua Terduga Teroris di Jakarta Barat

Kedua terduga teroris itu berinisial RJ dan AM. Petugas melakukan penangkapan pada Selasa, 6 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya
Akademisi Ingatkan Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa, Jangan Sampai NKRI Dirusak!
Akademisi Ingatkan Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa, Jangan Sampai NKRI Dirusak!

Indonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.

Baca Selengkapnya
Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa Ingin Benturkan Masyarakat
Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa Ingin Benturkan Masyarakat

Setiap individu selayaknya bisa menjadi sosok yang menyebarkan kebaikan dan menjaga harmonisasi.

Baca Selengkapnya
Kasus Terduga Teroris Karyawan BUMN, Waspadai Jaringan Sosial untuk Cegah Radikalisme
Kasus Terduga Teroris Karyawan BUMN, Waspadai Jaringan Sosial untuk Cegah Radikalisme

Noor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat.

Baca Selengkapnya
Waspadai Kelompok Intoleran Tunggangi Isu Palestina
Waspadai Kelompok Intoleran Tunggangi Isu Palestina

Perlu diwaspadai isu Palestina menjadi pintu gerbang kelompok intoleran mendapatkan panggung dan perhatian publik.

Baca Selengkapnya
Membedah Aturan KUHP Tindak Pidana Terorisme dan Perlunya Kehati-hatian dalam Penanganan Pelaku
Membedah Aturan KUHP Tindak Pidana Terorisme dan Perlunya Kehati-hatian dalam Penanganan Pelaku

Salah satu praktik yang masih ditemui saat ini adalah terorisme yang berbasis ideologi agama dan kekerasan.

Baca Selengkapnya
Masyarakat Diminta Tak Mudah Terpancing Ajakan Jihad ke Suriah di Media Sosial
Masyarakat Diminta Tak Mudah Terpancing Ajakan Jihad ke Suriah di Media Sosial

Ajakan ke Suriah sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab

Baca Selengkapnya
Konflik Suriah, Masyarakat Diingatkan Waspada Munculnya Penyimpangan Narasi Jihad
Konflik Suriah, Masyarakat Diingatkan Waspada Munculnya Penyimpangan Narasi Jihad

Upaya membangun masyarakat lebih baik melalui pendidikan, ekonomi, dan sosial juga merupakan bagian dari jihad

Baca Selengkapnya
Pegawai KAI Teroris Simpatisan ISIS Bergerak Sendiri Menyebarkan Propaganda di Media Sosial
Pegawai KAI Teroris Simpatisan ISIS Bergerak Sendiri Menyebarkan Propaganda di Media Sosial

Salah satu simpatisan ISIS bergerak sendiri adalah DE, karyawan BUMN yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri.

Baca Selengkapnya
Jangan Termakan Hasutan Kelompok Intoleran Jelang Nataru
Jangan Termakan Hasutan Kelompok Intoleran Jelang Nataru

Jangan sampai dimanfaatkan untuk menyebarkan narasi intoleransi, bahkan mengarah pada aksi radikal terorisme.

Baca Selengkapnya
18 Mantan Simpatisan ISIS dan JI Ikrar Setia NKRI, Diminta Jaga Keamanan di Poso
18 Mantan Simpatisan ISIS dan JI Ikrar Setia NKRI, Diminta Jaga Keamanan di Poso

Sebanyak 18 warga Poso yang merupakan mantan simpatisan jaringan teroris mengucapkan ikrar setia kepada NKRI di Mapolres Poso, Kamis (13/6).

Baca Selengkapnya
Cak Imin: Selama Ada Saya dan PKB Tidak Usah Khawatir Radikalisme
Cak Imin: Selama Ada Saya dan PKB Tidak Usah Khawatir Radikalisme

Agama harus mejadi perekat, maka tempat ibadah bukan menjadi tempat pemecah belah.

Baca Selengkapnya