Suara mereka yang terguncang jiwanya
Merdeka.com - Sudah 12 tahun berlalu. Hatinya masih diselimuti kegalauan. Dia patah hati usai ditinggal sang pacar. Masih tidak bisa terima kenyataan, sempat membuat hidupnya tak keruan. Kini perlahan mulai menemui ketenangan meski pikirannya terkadang masih menerawang.
Begitu kiranya dirasakan Yanti, salah seorang peserta rehabilitasi Unit Informasi Layanan Sosial (UILS) Rumah Kita. Lokasi rehabilitasi ini di Jalan Al Barkah nomor 10, Manggarai Selatan, Jakarta Selatan.
Perempuan 47 tahun ini sudah tiga tahun menjadi pasien Rumah Kita. Tempat tersebut merupakan fasilitas Dinas Sosial Pemprov DKI Jakarta. Bukan hanya tempat bagi masyarakat mengalami gangguan mental. Pemprov DKI juga memberikan kesempatan kepada warganya menjadikan lokasi UILS sebagai terapi bila mengalami patah hati akibat percintaan.
-
Bagaimana mengatasi patah hati? Cara terbaik untuk menyembuhkan patah hati, ternyata, adalah menemukan cara untuk melewati luka itu - Mary Kay Andrews
-
Apa yang bisa dilakukan saat patah hati? Menangis. Memaafkan. Mempelajari. Move on. Biarkan air matamu menyirami benih kebahagiaanmu di masa depan - Steve Maraboli
-
Kenapa patah hati bisa bantu move on? Dengan membaca kata mutiara patah hati akan mengingatkan bahwa patah hati hanyalah bagian dari perjalanan hidup yang akan membawa kita menuju kebahagiaan yang lebih besar.
-
Kapan hati bisa sembuh? Hati yang hancur memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, tetapi butuh waktu.
-
Kapan patah hati bisa menjadi awal baru? Setiap kali hatimu hancur, sebuah pintu terbuka ke dunia yang penuh dengan awal baru, peluang baru - Patti Roberts
-
Apa yang dirasakan saat hati sangat sakit? Tahukah kau rasanya saat hatimu begitu sakit sampai kau bisa merasakan darah yang menetes?
Yanti begitu hangat ketika kami menemuinya di Rumah Kami. Cerita kehidupannya begitu pedih. Sebelum menjadi peserta rehabilitasi, Yanti pernah merasa begitu kacau. Bahkan selama satu tahun pernah hidup di jalan akibat patah hati berkepanjangan. Pilihan kabur dari rumah karena merasa kalut. Apalagi di rumah kurang perhatian. Seingatnya, dia kabur masih di bilangan Jakarta Selatan.
"Jadinya saya males kan, males ngapa-ngapain. Ya sudah mendingan saya di rumah saja, ngapain juga keluar," kata Yanti pada Senin pekan lalu.
Kegiatan rehabilitasi di Rumah Kita ©2017 Merdeka.com/Desi Aditya Ningrum
Selama hidup di jalan, Yanti sampai tertidur di halte maupun depan ruko. Selama itu juga tak pernah mandi dan ganti baju. Makanan saja mencari dari tempat sampah. Ada juga masih ada orang baik hati. Biasanya dia diberi uang dari para sopir untuk membeli makan.
Meski begitu, Yanti memastikan saat hidup di jalan tidak pernah dilecehkan. Sebab, setiap ada orang mendekat atau mengajak komunikasi, dia selalu menghindar.
Awal kabur dari rumah, keluarganya tidak pernah mencari. Tidak taji alasannya apa. Setelah satu tahun barulah Yanti ditemukan dan dibawa pulang. Dari situ dia terus mengurung diri. Keluarganya menganggapnya sakit jiwa. Namun, Yanti justru merasa sehat.
Kondisi ini membuat Yanti bolak-balik dibawa ke dokter untuk berobat. "Keluarga menganggap saya stress, padahal saya enggak kenapa-kenapa," ungkap wanita berjilbab itu.
Yanti merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Dia kini tinggal bersama sang kakak di daerah Manggarai. Kedua orangtuanya sudah meninggal. Ibunya baru tahun kemarin meninggal, sedangkan sang ayah wafat saat dia hidup di jalanan.
Perlahan kehidupannya mulai membaik. Kondisi ini terbantu setelah mengikuti pelbagai kegiatan di UILS. Selain ikut kegiatan Rumah Kita, wanita itu juga membantu sang kakak berjualan. Kakaknya berjualan jus di area perkantoran. Dia hanya membantu menyiapkan kebutuhan berjualan.
Selama di UILS, Yanti mengaku senang. Dia merasa punya kehidupan baru. Ini ditambah karena memiliki teman baru. Bahkan dirinya berharap bisa mendapat jodoh di tempat rehabilitasi ini.
Kisah lain diungkapkan Ucok, pasien lain di Rumah Kita. Sambil duduk bersandar di tembok kami mendengarkan bagaimana bisa menjadi pasien gangguan jiwa. Ucok terlihat santai ketika kami ajak berbincang. Dia mengaku mendapat rekomendasi dari dokter.
Dia membuka cerita awal mula sakit. Kala itu, Ucok mengaku tengah ditaksir seorang wanita saat bekerja sebagai pengamanan di Badan Intelijen negara (BIN) daerah Indonesia bagian timur. Wanita itu mengungkapkan isi hatinya dan meminta berpacaran. Namun, Ucok menolak. "Saat itu saya sudah punya pacar, saya bilang temanan saja, (dia) malah marah," cerita pria bertubuh gemuk itu.
Penolakan itu membuat wanita tersebut sakit hati. Ucok diduga kena guna-guna. Dia mendadak jadi orang tempramental dan kerap mendengar bisikan gaib untuk membunuh ibunya. Hingga dia sulit mengendalikan emosi.
Keluarga resah. Lalu membawa Ucok ke paranormal. Orang tersebut bilang bahwa Ucok dikerjain wanita pernah ditolaknya. Dari dukun itu, Ucok merasa bisa menahan emosi. Tetapu tetap saja pelbagai bisikan gaib selalu menghantui.
Hingga akhirnya dia konsultasi ke psikiater. Dia juga berobat ke rumah sakit jiwa. Lantaran sering minum obat kondisinya lebih baik. Ucok direkomendasikan dokter untuk rehabilitasi di UILS. Ucok kemudian datang dan mendaftar. Berharap lepas dari segala macam gangguan datang kepadanya.
Rumah Kita ©2017 Merdeka.com/Desi Aditya Ningrum
Selama hati itu, kekasihnya pergi meninggalkannya. Pria berkaca mata itu menilai saat itu sang pacar meninggalkannya karena dia pengangguran. Oleh karena itu, selain rehabilitasi di UILS dia saat ini bekerja sebagai pekerja lepas. "Saya kerja kasih-kasih brosur motor," ujarnya.
Berbeda dengan Yanti dan Ucok, Adi Firmansyah pasien lain Rumah Kita masih terlihat bingung. Adi agak susah diajak ngobrol. Dia kerap mondar mandir ke luar ruangan. Tak jarang Adi menghabiskan waktu di luar untuk merokok.
Dia mengaku heran kenapa dirinya sampai bisa dititipkan di UILS. Adi merasa tidak betah mengikuti kegiatan di sana. Justru Adi merasa kebebasannya terenggut selama berada di Rumah Kita. "Di sini kaya di penjara," kata Adi dengan tatapan kosong.
Sesuai konsep awal UILS. Tempat ini diciptakan buat mereka berkebutuhan khusus. Kabid rehabilitasi Sosial Pemprov DKI, Chaidir, mengaku tempat ini justru banyak didatangi para penyandang disabilitas mental. Biasanya rehabilitasi terutama dalam masalah sosial.
"(Datang ke UILS) rekomendasi dari dokter rumah sakit jiwa ada. Bahwa dia keadaan tidak lagi rehabilitasi medis tapi harus rehabilitasi sosial yang sifatnya day care," ujar Chaidir kepada merdeka.com.
Para peserta rehabilitasi di UILS berbagai latar belakang. Di sana mereka diberikan berbagai kegiatan agar pikirannya tidak kosong. Mereka juga masih rutin minum obat untuk pemulihan. Tidak ada batasan usia mengikuti rehabilitasi itu. Semuanya ditampung dan difasilitasi secara gratis.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Wanita asal Makassar Sulawesi Selatan membagikan pengalaman cinta yang tragis karena ditinggal nikah setelah 12 tahun pacaran.
Baca SelengkapnyaDesta menceritakan soal kehidupannya yang kini menyandang status duda. Simak ceritanya berikut ini.
Baca SelengkapnyaKata-kata pacar dilamar orang lain dapat mengungkapkan isi hati dan kekecewaan mendalam.
Baca SelengkapnyaLama menjalani hubungan, membuat pria ini mendapat reaksi tak terduga dari keluarga mantan saat menghadiri pernikahan sang cewek tercintanya dengan pria lain.
Baca SelengkapnyaKisah gadis berusia 25 tahun alami depresi setelah mendengar guyonan dari teman.
Baca SelengkapnyaSaat menyalami keluarga mantan pacarnya, pria ini tampak menangis. Ia juga tampak menghapus air matanya dengan tisu.
Baca SelengkapnyaWanita ini tak mampu membendung kesedihan saat tahu sang kekasih yang ia cintai menikah dengan orang lain.
Baca SelengkapnyaBerkhianat pada sang kekasih demi pria lain, hidup cewek ini berantakan.
Baca Selengkapnya