Survei: Yerusalem lebih pas menjadi milik Israel
Merdeka.com - Kalau ditanya soal siapa berhak atas Yerusalem, pemimpin Palestina dan Israel sama-sama mengklaim mereka paling berhak atas kota suci bagi tiga agama ini, yakni Yahudi, Nasrani, dan Islam. Rakyat Israel juga sepakat dengan hal itu.
Namun, paling menarik adalah hasil jajak pendapat terhadap sekitar 270 ribu warga Palestina menetap di Yerusalem Timur. Survei dilansir awal Januari tahun lalu di Ibu Kota Washington D.C., Amerika Serikat, ini menanyakan apakah mereka bakal memilih menjadi warga Israel atau Palestina setelah negara Palestina terbentuk nantinya.
Jawabannya poling oleh Pechter Middle East Polls bekerja sama dengan Dewan Hubungan Luar Negeri ini bisa membikin kita kaget. Hanya 30 persen responden ingin menjadi warga Palestina, sedangkan 35 persen lebih memilih bergabung dengan negara Zionis, seperti dilansir surat kabar Haaretz. Sisanya, belum dapat memutuskan.
-
Kenapa warga Israel ingin tinggal di Gaza? 'Karena ini tanah air kami,' jawabnya saat ditanya alasan ingin tinggal di Gaza. 'Di dalam Taurat disebutkan bahwa ini adalah rumah kami, ini adalah tanah kami, dan kami memiliki hak penuh untuk tinggal di sana,' ujar gadis itu, seperti dilansir Sky News pekan lalu.
-
Mengapa orang-orang mendukung Palestina? Konflik antara Israel dan Palestina telah menyebabkan banyak korban, tak terkecuali warga sipil. Hal ini yang membuat sejumlah masyarakat Indonesia memberi dukungan untuk Palestina.
-
Siapa yang mendukung pemukiman warga Israel di Gaza? Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir yang cukup vokal muncul untuk memberikan dukungannya, menyetujui bahwa warga Palestina harus dikeluarkan dari Gaza.
-
Di mana warga Palestina mengungsi? Rafah dipenuhi lebih dari 1 juta warga Palestina yang mengungsi dari berbagai daerah lain di Gaza.
-
Apa masalah utama antara Israel dan Palestina? Konflik Palestina dan Israel, hingga kini masih menjadi isu kemanusiaan yang belum berakhir.
-
Dimana Tel Aviv berada? Sepuluh kota termahal dalam daftar EIU mencakup dua kota di Asia, empat kota di Eropa, dan tiga kota di Amerika Serikat. Tel Aviv, Israel juga masuk dalam peringkat 10 besar, namun EIU mencatat survei tersebut dilakukan sebelum konflik Israel-Hamas pecah.
Bila Yerusalem ditetapkan sebagai ibu kota Palestina, 40 persen orang Palestina di Yerusalem Timur ingin pindah ke wilayah Israel, hanya 37 persen memilih bertahan di sana. Sebagai perbandingan, jika Yerusalem menjadi ibu kota Israel, cuma 27 persen yang akan pindah ke wilayah Palestina dan 54 persen lainnya menyatakan akan tetap bermukim di kota itu.
Mereka yang memilih menjadi warga Palestina lantaran alasan nasionalisme dan patriotisme. Orang Palestina tertarik menjadi warga Israel karena kebebasan, pendapatan lebih tinggi, kesempatan memperoleh pekerjaan lebih besar, dan asuransi kesehatan. Namun dua kelompok ini sama-sama cemas bakal kehilangan akses ke Masjid Al-Aqsha.
Kedua golongan ini punya kekhawatiran sendiri. Mereka yang ingin menjadi warga Palestina cemas bakal sulit mendapat pekerjaan dan tidak bisa masuk ke Israel, tidak mendapat layanan kesehatan, menganggur, dan pelbagai kesulitan lainnya. Orang Palestina yang ingin bergabung dengan Israel juga resah akan diskriminasi, sulit memperoleh izin mendirikan bangunan, dan sukar mengunjungi kerabat di Palestina.
Dr. David Pollock, peneliti senior dari the Washington Institute, menegaskan hasil survei itu layak dipercaya. Dia juga ikut mengawasi pelaksanaan jajak pendapat dan menganalisis hasilnya. "Saya mengira para pemimpin Palestina tidak akan terlalu suka dengan hasil ini," katanya kepada Haaretz.
Dia menjelaskan hasil survei ini menjadi pekerjaan rumah bagi kedua pihak bertikai. Palestina harus bisa meyakinkan kalau Yerusalem menjadi wilayah mereka, semua keuntungan diperoleh orang Palestina selama ini bisa tetap terpelihara, bahkan kalau bisa kian meningkat.
Israel juga harus bisa memastikan jika Yerusalem benar-benar sah milik mereka, orang Palestina tidak bakal menjadi warga negara kelas dua seperti selama ini terjadi. (mdk/fas)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perang genosida Israel di Gaza membuat perekonomian negara Zionis itu terpuruk.
Baca SelengkapnyaSerangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menjadi pemicu perang genosida Israel di Jalur Gaza.
Baca SelengkapnyaSurvei: Mayoritas Warga Israel di Luar Negeri Tidak Mau Kembali ke Negaranya
Baca SelengkapnyaKonflik yang bermula sejak tahun 1947 ini terus memanas dan menjadi bencana kemanusiaan yang tragis.
Baca SelengkapnyaSurvei melibatkan warga yang ada di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.
Baca SelengkapnyaDia menyatakan ingin jadi orang pertama yang tinggal di Gaza setelah warga Palestina terusir.
Baca SelengkapnyaIni pertama kalinya Menteri Keamanan Nasional Israel itu menyerbu Al-Aqsa sejak 7 Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaIni merupakan hasil survei terbaru yang diselenggarakan Harvard-Harris.
Baca SelengkapnyaMayoritas warga Israel juga ingin gambar-gambar yang berkaitan dengan perang dihapus.
Baca SelengkapnyaGreater Israel atau Israel Raya adalah istilah yang memiliki makna sejarah dan politik, yang sering kali dikaitkan dengan Rencana Zionis untuk Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaICJ juga menyatakan kebijakan dan praktik Israel di wilayah Palestina yang diduduki merupakan pencaplokan sebagian besar wilayah tersebut.
Baca SelengkapnyaSurvei diselenggarakan Palestinian Center for Policy and Survey Research (PCPSR) di Tepi Barat.
Baca Selengkapnya