Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Takdir ritel tradisional di era revolusi digital

Takdir ritel tradisional di era revolusi digital Waroeng Rajawali. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Bernardus Didik Prasetyo menyadari pasar perdagangan digital menyimpan potensi keuntungan yang besar seiring meningkatnya penggunaan internet di Tanah Air. Direktur utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) itu, mengutip International Data Corporation (IDC), menyebut bahwa pasar e-commerce di Indonesia diperkirakan tumbuh 42 persen per tahun. Ini lebih tinggi ketimbang Malaysia (14 persen), Thailand (22 persen), dan Filipina (28 persen).

Ini dinilai menjadi faktor mendorong banyak investor asing mengincar pasar e-commerce Indonesia. Tak ingin tertinggal, Didik pun menyeburkan RNI ke dalam lautan perdagangan di dunia maya. Pertengahan September lalu, perusahaan pelat merah tersebut meluncurkan marketplace bernama pasarprodukbumn.com.

RNI tak memanfaatkan pasar online tersebut untuk kepentingan sendiri. BUMN dengan 13 anak usaha itu juga mengajak korporasi pelat merah yang lain untuk memasarkan produknya.

Orang lain juga bertanya?

Sedikitnya, sudah terdapat 24 BUMN telah bergabung dalam lapak jualan tersebut. Di antaranya, Indofarma, PTPN VIII, Perhutani. Kemudian, PT PAL, Garuda Indonesia, Citilink, BNI, BRI, dan Bank Mandiri.

"Peluang ini menarik. Maka dari itu di tengah tren positif pasar online dan kecenderungan penggunaan internet meningkat, BUMN Perlu membuka e-commerce," katanya di Jakarta, Kamis (29/9).

"Seluruh dunia dapat melihat produk-produk yang dihasilkan BUMN Indonesia dan dapat melakukan transaksi online dengan BUMN yang terdapat di situs tersebut."

Di luar itu, RNI juga merangkul Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Diperkirakan, tahun ini, seluruh perusahaan pelat merah membina sebanyak 92.372 UMKM dengan nilai bantuan mencapai Rp 2,32 triliun.

Didik menyerahkan pengelolaan situs belanja online ini kepada PT Rajawali Nusindo, anak perusahaan RNI bergerak di bidang perniagaan dan distribusi. Sedangkan untuk transaksi pembayaran dan pengiriman barang, RNI menggandeng bank pelat merah dan perusahaan ekspedisi dan logistik. Seperti, PT Bhanda Ghara Reksa dan PT Pos Indonesia.

Di sisi lain, kemunculan lapak jualan online memantik pertanyaan terkait nasib Rajawali Mart, gerai ritel yang dikelola Rajawali Nusindo. Mengingat, sejak diluncurkan pada 2013, RNI pernah menargetkan pembukaan seribu toko ritel tersebut.

"Kami rencana kemungkinan tahun ini akan dibekukan. Tidak kami kembangkan," kata Didik. "Nanti kami evaluasi mana yang rugi, tutup saja. Kami gabung, jadikan pusat distribusi untuk mendukung pasarprodukbumn.com."

Saat ini, jaringan Rajawali Mart terbanyak terdapat di Bali dan DKI Jakarta. Namun, jumlahnya mengalami penyusutan. "Jakarta sekitar 13 gerai dulu 22 gerai."

Fenomena penyusutan toko ritel dialami RNI menguatkan prediksi pemerintah. Bahwa e-commerce berpeluang mengambil pangsa pasar konvensional hingga 20 persen dalam empat tahun mendatang. Saat ini, pasar online baru menguasai 5 persen dari seluruh transaksi ritel di Tanah Air.

Kendati demikian, pelaku e-commerce meyakini bahwa perkembangan pesat pasar online tidak akan mematikan ritel konvensional. Ketua Umum asosiasi e-commerce Indonesia (idEA) Aulia Ersyah Marinto mengatakan, pasar online hanyalah pelengkap.

"faktanya tidak ada negara di dunia ini yang e-commerce melebihi perdagangan offline. Bahkan di Cina dan Amerika yang dedengkot e-commerce paling angkanya cuma 8-10 persen dari pasar ritel offline. Di Indonesia baru 1 persen, bahkan di bawah, karena masih baru," katanya saat diwawancara awal pekan lalu.

Menurutnya, e-commerce menjadi salah satu sarana terbaik peritel konvensional membesarkan bisnisnya.

"Apalagi Indonesia, negara kepulauan yang luas sekali, kalau negara Eropa atau negara lain yang daratan mungkin gampang sekali. E-comerce itu harus dilirik oleh pemain ritel sebagai alternatif. Jangan dilihat sebagai pesaing,"katanya. "Dan faktanya kalau masuk e-commerce memang bisnis berkembang lebih cepat."

Hal senada diungkapkan Tutum Rahanta, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia. Menurutnya, Peritel konvensional memang harus beradaptasi dengan perkembangan zaman.

"Ini sudah takdir, kami nggak bisa apa-apa selain bermutasi," katanya saat ditemui terpisah. "Namun, feeling saya, maksimum hanya 30 persen produk ritel yang bisa di-online-kan." (mdk/yud)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menteri Teten: Transformasi Digital di Indonesia hanya di Sektor Hilir Bukan Produksi
Menteri Teten: Transformasi Digital di Indonesia hanya di Sektor Hilir Bukan Produksi

Tak heran jika produksi barang nasional masih kalah dengan produk dari luar negeri.

Baca Selengkapnya
Menteri Teten Ungkap Alasan Produk Lokal Kalah Saing dengan Barang Impor
Menteri Teten Ungkap Alasan Produk Lokal Kalah Saing dengan Barang Impor

Alhasil, transformasi digital di Tanah Air tidak melahirkan ekonomi baru.

Baca Selengkapnya
Transaksi Ritel Bisa Tembus USD1,4 Triliun Jika Masuk ke Ekosistem Ini
Transaksi Ritel Bisa Tembus USD1,4 Triliun Jika Masuk ke Ekosistem Ini

Ekosistem membuka peluang untuk meningkatkan penjualan dan mengurangi biaya operasional.

Baca Selengkapnya
Begini Cara Komplain Usai Terima Barang Tak Layak dari Belanja Online atau Offline yang Sesuai Prosedur
Begini Cara Komplain Usai Terima Barang Tak Layak dari Belanja Online atau Offline yang Sesuai Prosedur

Mufti menyebut sudah menjadi ketentuan bagi seluruh produsen memiliki hotline service yang dapat dihubungi 24 jam.

Baca Selengkapnya
Riset: 67 Persen Penduduk di Indonesia Lebih Banyak Belanja Offline
Riset: 67 Persen Penduduk di Indonesia Lebih Banyak Belanja Offline

Masih banyak masyarakat yang lebih senang belanja offline dibanding belanja online.

Baca Selengkapnya
E- Commerce Kini Gunakan Sistem Integrasi Vertikal di Jasa Logistik, Apa Untungnya Buat Konsumen?
E- Commerce Kini Gunakan Sistem Integrasi Vertikal di Jasa Logistik, Apa Untungnya Buat Konsumen?

E- Commerce Kini Gunakan Sistem Integrasi Vertikal di Jasa Logistik, Apa Untungnya Buat Konsumen?

Baca Selengkapnya
Industri Ritel Butuh Strategi Omnichannel untuk Genjot Omzet Penjualan
Industri Ritel Butuh Strategi Omnichannel untuk Genjot Omzet Penjualan

Strategi omnichannel merupakan langkah yang harus diadopsi para peritel di Tanah Air demi beradaptasi dengan tren bisnis, mengikuti pola konsumsi masyarakat.

Baca Selengkapnya
Sektor Ritel Wajib Waspada 5 Tantangan Ini
Sektor Ritel Wajib Waspada 5 Tantangan Ini

Peningkatan Indeks Keyakinan konsumen tersebut, menunjukkan kepercayaan konsumen yang lebih tinggi terhadap kondisi ekonomi.

Baca Selengkapnya
Dampak TikTok Shop Dilarang: Keadilan Bagi Persaingan Dagang
Dampak TikTok Shop Dilarang: Keadilan Bagi Persaingan Dagang

TikTok Shop bak predator harga yang secara lambat laun akan mendominasi harga, mematikan pasar ritel, dan berdampak monopoli pasar.

Baca Selengkapnya
Transaksi Jual-Beli Tinggal Scan Barcode QRIS, Bagaimana Nasib Uang Fisik?
Transaksi Jual-Beli Tinggal Scan Barcode QRIS, Bagaimana Nasib Uang Fisik?

Transaksi secara non tunai hanya dengan scan barcode QRIS pun merupakan kondisi yang lumrah.

Baca Selengkapnya
FOTO: Suasana Terkini Pasar Tanah Abang Usai Tiktok Shop Ditutup
FOTO: Suasana Terkini Pasar Tanah Abang Usai Tiktok Shop Ditutup

Setelah TikTok Shop resmi ditutup pekan lalu, sejumlah pengunjung mulai berlalu-lalang di kawasan Pasar Tanah Abang yang sebelumnya dikabarkan sepi.

Baca Selengkapnya