Tersingkir di negeri sendiri
Merdeka.com - Dia sudah hampir seperempat abad merintis usaha pakaian. Berawal dari Kota Bandung kini menjelajah ke kota-kota besar lainnya. Di Jakarta koleksi pakaiannya sudah mejeng di pusat belanja mentereng.
Tapi kini riwayatnya hampir punah oleh gempuran merek-merek pakaian asing. Dukungan pengelola pusat belanja terhadap merek luar negeri dibanding lokal walau kualitasnya tak kalah baik menggerus mereka. Sejak awal milenium, usai resesi menimpa Asia termasuk Indonesia, pusat getol dibangun. Merek-merek papan atas dunia pun berlomba menghiasi mal anyar.
Pengusaha lokal berinisal DR mengaku awalnya mempunyai 50 gerai di pusat belanja seluruh Indonesia. Setengahnya di Jakarta. "Saya rintis sejak 1990-an, masih sistem grosir-grosir. Setelah itu baru buat merek lokal," katanya saat ditemui merdeka.com Jumat malam pekan lalu di sebuah kafe di Jakarta Selatan. "Semua produksi di Indonesia tapi sekarang kita dianaktirikan."
-
Mengapa pengusaha rela mengeluarkan biaya besar? 'Setiap kalori harus berjuang untuk hidupnya,' kata Jhonson.
-
Bagaimana pelaku usaha Bontang bisa menang persaingan? Tidak hanya itu, penting juga untuk memenangkan persaingan usaha dengan memilih produk yang inovatif, produk yang dimodifikasi serta mempunyai nilai yang tinggi baik dalam desain warna, ukuran, kemasan, merek, dan ciri-ciri lain.
-
Siapa yang mendorong boikot produk asing? Langkah-langkah YKMI ini luar biasa. Konstitusi juga sudah melindunginya seperti dalam amanat Pembukaan UUD secara tegas,' ucap dia dalam dialog publik yang bertema 'Ramadan Tanpa Dukungan Produk Genosida' pada Jum’at (15/3) sore.
-
Bagaimana cara memilih produk lokal? Megel juga menyebutkan sederet brand lokal yang memiliki kualitas sangat baik. Misalnya saja Le Minerale dari kategori air mineral. Ia pun menegaskan agar masyarakat lebih teliti dalam memilih produk tersebut. Terlebih banyak produk asing yang brandingnya menampilkan seolah-olah mereka adalah produk lokal.
-
Bagaimana orang kaya makin kaya? Faktanya, mereka memperoleh kekayaan hampir dua kali lipat dalam bentuk uang baru dibandingkan dengan 99% total penduduk di dunia ini.
-
Kenapa nama-nama brand ini terdengar 'Jawa'? Meskipun tidak ada hubungan langsung dengan budaya Jawa, nama-nama ini kerap memancing senyuman dan keheranan bagi mereka yang mendengarnya.
Barang dagangnya terusir dari pusat belanja di kawasan elite Jakarta Pusat. Sebab pengelola memberlakukan pemindahan gerai secara sepihak. Gerainya mulanya tepat di muka tangga jalan, namun usai kontrak habis merek asing muncul. Lokasi gerainya ditendang ke pojok-pojok lantai.
"Itu awal-awal baru bangun tahun 2000-an kita masih ditaruh di tempat bagus," ujar lelaki berajah ini. "Habis itu kita tidak mau perpanjang kalau begitu caranya."
Dia mengungkapkan mal-mal besar di Jakarta sangat menganakemaskan merek-merek papan atas dunia. Mereka bisa mendapat gratis sewa selama tujuh bulan meski menempati lahan seribu meter persegi. "Mereka pun dibayari untuk berpromosi."
Setelah itu merek-merek asing ini dikenakan ongkos sewa tempat jauh lebih kecil ketimbang pakaian merek lokal. "Kalau untuk kita harga sewanya tinggi dan naik terus tiap tahun 20 persen," tuturnya dengan nada emosi.
Menurut dia, di pusat-pusat belanja tersohor di seantero Jakarta hampir tidak ada pakaian merek lokal bertengger. Semua dijajah cap asing. "Kalau mau jujur kita siap bersaing kalau soal kualitas, tapi kalau berat sebelah diberlakukan kita pasti mati lokalnya," katanya dengan suara meninggi. Dia menambahkan kini cuma mempunyai 12 gerai di lima pusat belanja di ibu kota.
Ketua Umum Asosiasi Pusat Perbelanjaan Indonesia (APBI), Handaka Santasa membenarkan adanya tindakan diskriminasi oleh pemilik mal terhadap pakaian merek lokal. "Dua tahun lalu soal ini juga ada, tapi yang melapor ke kita tidak
memberitahu mal mana, kan nggak jelas," ujarnya. "Kalau memang benar ada main seperti itu adukan ke kita nanti akan kita tegur."
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terdapat sekitar 700 merek franchise asing yang beroperasi di tanah air, jauh mengungguli jumlah franchise lokal yang hanya sekitar 130 merek.
Baca SelengkapnyaSepinya pembeli pedagang Pasar Tanah Abang jadi perhatian pemerintah.
Baca SelengkapnyaMendag menyebut fenomena ini semakin mencolok, terutama di pusat-pusat perdagangan besar seperti Kapuk, Tanah Abang, dan Mangga Dua di Jakarta.
Baca SelengkapnyaProduk dalam negeri memiliki kualitas yang bagus dibandingkan produk impor dari China.
Baca SelengkapnyaBanyak usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang bangkrut karena tak bisa bersaing dengan produk impor, salah satunya dengan yang dijual di TikTok Shop.
Baca SelengkapnyaMenurut Mendag Zulkifli, tim tersebut bekerja sama dengan lembaga terpercaya, yang melakukan penyelidikan secara diam-diam.
Baca SelengkapnyaAda arus barang impor yang masuk ke Indonesia dengan harga yang sangat murah dan produk lokal tak bisa bersaing secara harga.
Baca SelengkapnyaMendag menyebut saat ini marak warga negara asing yang berdagang di mal, pusat perbelanjaan atau pusat grosir besar.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi meminta pasar dalam negeri tidak di kuasai oleh produk mebel impor.
Baca SelengkapnyaTokopedia kehilangan ruh-nya sebagai platform-nya UMKM l
Baca SelengkapnyaKondisi ini yang kemudian menjadi tantangan bagi sektor ritel Indonesia.
Baca SelengkapnyaAksi boikot berimbas pada anjloknya bisnis beberapa perusahaan multinasional di Asia Tenggara.
Baca Selengkapnya