Warisan penting SBY: Jangan bodohi rakyat
Merdeka.com - Kau yang mulai, kau yang mengakhiri. Begitulah. Sepuluh tahun lalu, SBY mendapat sambutan luar biasa dari media massa menjelang pencalonan presiden; kini, dia juga mendapat sambutan luar biasa dari media massa, menjelang purna tugas.
Bedanya, dulu, dia mendapat simpati dan dukungan, setelah secara tepat memposisikan diri sebagai pihak yang dizalimi penguasa; kini, dia menerima antipati dan kecaman, setelah manuver politiknya mencederai perasaan publik.
Dukungan yang datang dari rakyat saat hendak mencalonkan menjadi presiden saat itu, mungkin tidak sebanding dengan kecaman yang datang dari rakyat menjelang berakhirnya tugas kepresidenan saat ini. Sebab, kecaman tidak saja dari media massa, tetapi juga dari media sosial. Media massa bisa saja "menghaluskan" sumpah serapah massa, tetapi di media sosial, rakyat bebas ngomong apa saja.
-
Apa yang dilukis SBY di atas panggung? 'Dari atas panggung, SBY menyatakan, 'Saya berencana untuk melukis pemandangan alam di Indonesia, menampilkan gunung Lawu yang terletak di Jawa Tengah, dekat Ponorogo.''
-
Kenapa SBY bisa membantu Prabowo? Pengalaman SBY bisa menjadi kekuatan bagi Prabowo. Tetapi, Gerindra memahami SBY tidak bisa selalu turun gunung karena juga memiliki kesibukan. 'Tentu pengalaman-pengalaman beliau akan menjadi kekuatan bagi kami juga tapi kita mengerti beliau mungkin juga punya kesibukan juga, kita tunggu pada saat yang pasti nanti akan kita umumkan bersama.'
-
Siapa yang mendampingi SBY di atas panggung? SBY didampingi oleh Vincent dan Desta sebagai pembawa acara.
-
Kenapa SBY beri lukisan ke Prabowo? 'Ini Pak Prabowo keyakinan saya atas pemipin kita mendatang, atas harapan saya, dan juga doa kita semua agar Pak Prabowo kokoh kuat seperti batu karang ini memajukan Indonesia, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menegakkan hukum dan keadilan, dan tugas-tugas lain yang diemban oleh beliau nanti. Semoga berkenan,' imbuh SBY.
-
Kenapa SBY dijuluki Bapak Perdamaian? Memiliki latar belakang militer, maka tidak mengherankan pada masa pemerintahannya SBY aktif mengirimkan pasukan Indonesia dalam misi menjaga perdamaian dunia. Dan oleh karena itu pula SBY dijuluki sebagai Bapak Perdamaian.
-
Bagaimana SBY membantu kampanye Prabowo-Gibran? SBY beberapa kali ada di kampanye Prabowo seperti di Aceh dan di Jatim.
Kesebalan dan kemarahan sudah demikian memuncak, sehingga politik sopan santun yang SBY serukan selama sepuluh tahun, malah berbuah kelugasan dan bahkan sarkasme massal. Tagar ShameOnYou, ShameByYou, dan ShameByYouAgain dalam media sosial twitter adalah beberapa contoh. Belum lagi caci maki yang muncul di Facebook, Youtube, dan Instagram.
SBY pun menjadi satu-satunya kepala pemerintahan yang paling banyak dikecam rakyat sendiri. Dan celakanya, kecaman itu disaksikan oleh warga dunia. Kemarahan rakyat pun menjadi berita media internasional. Akibatnya, SBY tidak jenak selama lawatannya di Amerika Serikat dan Jepang. Dia mempercepat jadwal pulang.
Sungguh sangat tidak enak. Masa jabatan berakhir dalam hitungan hari, tapi problem politik demikian pelik. Tak cukup minta masukan anggota kabinet dan tim ahlinya, SBY juga mengundang Yusril Ihza Mahendra ke Jepang. Ya sekadar mau dengar sarannya.
Semuanya berawal dari politik jaga citra yang diyakininya. Ketika publik mengecam kehendak mayoritas DPR hendak mengembalikan pemilihan kepala daerah (pilkada) kepada DPRD, SBY mencoba meresponnya secara positif. Katanya, pilkada langsung adalah bagian reformasi yang harus dipertahankan dan diperbaiki. Dia menjanjikan akan berusaha keras untuk mempertahankan pilkada langsung.
Mungkin dia percaya, pernyataan itu bisa meredam rakyat yang mulai gelisah. Mungkin juga dia mengira, pernyataan itu bisa membuatnya terlepas dari tanggung jawab: dia sudah berkomitmen, dia sudah berusaha keras, tetapi yang memutuskan kan DPR, bukan dirinya. Jadi, tidak perlu risau dengan tuntutan publik.
Rupanya dia tidak menyadari, main sandiwaranya sudah diketahui banyak orang. Bagaimana tidak, sedari awal, pemerintah, melalui Kemendagri menyodorkan naskah RUU Pilkada yang berisi pemilihan gubernur oleh DPRD dan bupati/wali kota oleh rakyat. Meski dalam perjalanannya, setelah mendapat tantangan fraksi-fraksi DPR, pemerintah berubah haluan: gubernur dipilih oleh rakyat, bupati/wali kota dipilih oleh DPRD, tetap saja intinya: pemerintah ingin mengubah praktik pilkada langsung menjadi pilkada oleh DPRD.
Apalagi ditambah dengan permainan politik di DPR, di mana Partai Demokrat sering bergonta-ganti rupa: kadang dukung pilkada oleh DPRD, kadang dukung pilkada langsung, kadang menegaskan diri menjadi penyeimbang. Semuanya menjadi jelas. SBY hanya pura-pura pro pilkada langsung, tetapi sejatinya tidak.
Mungkin kalau dia tidak menjanjikan akan berusaha keras mempertahankan pilkada langsung, mungkin kalau dia tidak mengaku kecewa hasil voting, mungkin kalau dia tidak mengaku marah terhadap aksi walk out Fraksi Partai Demokrat; kemarahan rakyat terhadap dirinya tidak sebesar ini. Paling rakyat akan menyimpulkan: ya memang sikap politik SBY tidak mendukung pilkada langsung. Kecewa berat, dan menerima kenyataan: kalah bertarung sama elit politik.
Tetapi karena dia juga membohongi rakyat, maka kemarahan jadi berlipat. Kenapa? Ya karena pernyataan SBY selama ini sama dengan merendahkan kecerdasan dan martabat rakyat. Rakyat mana yang mau dibohongi, dibodoh-bodohi, dan direndahkan. Oleh pemimpinnya sendiri lagi. Hal ini tidak ada presedennya di masyarakat moderen mana pun. Hanya orang bodoh yang menganggap rakyat bodoh. (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
SBY mengatakan, menjaga demokrasi itu penuh tantangan. Maka untuk menjaga demokrasi tersebut diperlukan perjuangan.
Baca SelengkapnyaSBY juga akan berusaha menambah suara Partai Demokrat di Jawa Tengah, meskipun wilayah tersebut dikuasai oleh PDIP.
Baca SelengkapnyaPresiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan rakyat Indonesia agar tak salah pilih capres-cawapres di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaSBY meminta kader Demokrat itu tidak bicara dan mendengarkan arahan penting darinya.
Baca SelengkapnyaPernyataan itu disampaikan Presiden RI ke 6 itu dalam pidatonya pada pertemuan konsolidasi kader dan calon legislatif dari Partai Demokrat se-Aceh.
Baca SelengkapnyaSBY marah melihat ada kadernya yang asyik ngobrol saat dia sedang memberikan arahan.
Baca SelengkapnyaSalah satu bocoran pesan itu, menyebut Demokrat kena 'prank' musang berbulu domba.
Baca SelengkapnyaDia mengharapkan masyarakat turut berpartisipasi aktif dalam memberikan suara karena hak demokrasi dalam negara dijamin oleh konstitusi.
Baca Selengkapnya"Dengarkan yang belakang, dengarkan yang belakang, iya iya, lihat sini kamu," ujar SBY sambil menunjuk kadernya tersebut.
Baca SelengkapnyaPeristiwa tidak disangka terjadi ketika SBY mendadak marah sampai menunjuk ke arah kader.
Baca SelengkapnyaSBY meminta agar kader Demokrat berjuang di tengah politik pragmatis.
Baca SelengkapnyaKetua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyinggung pribahasa musang berbulu domba.
Baca Selengkapnya