Rio Rizky dari keluarga petani kurang mampu sukses mendayung emas di Asian Games
Merdeka.com - Rio Rizky Darmawan adalah atlet dayung peraih medali emas pada Asian Games 2018, merupakan anak dari pasangan Rasna (39) dan Nasir A (40), Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) tahun 2018.
"Ia berasal dari keluarga petani. Lahir dari keluarga kurang mampu, dibesarkan dan dididik oleh orang tua dirumah sederhana, hidup di daerah pegunungan bukan menjadi penghalang bagi Rio Risky untuk meraih prestasi," kata Pendamping PKH Kecamatan Kulawi Selatan Sigi Sulawesi Tengah Aziz Wilkerson yang dihubungi dari Jakarta, Selasa.
Rio lahir di desa Tompi Bugis pada 27 November 1998. Anak pertama dari empat bersaudara ini di kenal sangat ramah dengan orang lain.
-
Bagaimana Indonesia mengatasi tantangan air? Indonesia telah merestorasi sungai Citarum, Cirata di Cianjur dan kita berharap dunia memperkuat kolaborasi ini dalam mengatasi tantangan global terkait air,' katanya.
-
Bagaimana Andika menunjukkan kesiapannya? 'Saya siap. Sebagai wakil (ketua) tim pemenangan (Ganjar Pranowo) saya siap. Karena apa, saya sudah sering memberikan jawaban, apapun tugas saya siap,' kata dia, usai jadi pembicara di Fakultas Hukum, Universitas Udayana (Unud), Denpasar, Bali, Selasa (12/9).
-
Bagaimana Banyumas bisa sukses dalam lomba? 'Sinergitas ini menjadi salah satu penekanan dan penilaian. Apalagi dua desa wisata tersebut dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati Banyumas,' kata Wardoyo.
-
Siapa yang berprestasi gemilang? Niquita Juan telah menyelesaikan studinya di IFA Paris, Prancis. Ia meraih gelar wisuda pada tanggal 13 Juli 2023, namun kabar bahagia ini baru diumumkan oleh keluarga pada hari ini, Selasa (8/8). Setelah upacara wisuda, Niquita Juan kini memegang gelar Sarjana (S1) dalam bidang Bisnis Fashion dan Manajemen Prancis dan Eropa.
-
Bagaimana pria ini mencapai kesuksesannya? Hidup dalam keterbatasan sejak kecil Dikutip dari akun Instagram @kvrasetyoo, Kukuh membagikan kisah hidupnya yang berliku. Sejak kecil dia kurang mendapat kasih sayang orang tua karena ayahnya bekerja seharian sebagai sopir, dan ibunya juga bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Belum lagi kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sehingga menuntutnya agar hidup lebih mandiri. Sebagai anak sulung, Kukuh mulai menaruh perhatian dan bertekad ingin membantu keluarganya.
-
Dimana saja hidup bisa dijalani? Life is a journey, not a destination. - Ralph Waldo Emerson (Hidup adalah perjalanan, bukan destinasi)
Rio Risky memiliki adik bernama Roi Fitrawan (13) Sekolah di SMP 13 Palu, Khazana (8) sekolah di SDI Tompi Bugis, dan Akifa Naila (4) yang masih TK.
Menurut Aziz, Rio tidak pernah bercita-cita untuk menjadi seorang atlet dayung yang membawa nama Indonesia di ajang terbesar se Asia.
Pada 2014 sejak masuk di PPLP Sulteng berdasarkan rekomendasi Muh Jufri yang kini menjadi Kepala SMANOR Tadulako Palu, Rio Risky menemukan bakat mendayungnya.
"Sejak itulah Rio Risky memulai kariernya menjadi seorang atlet dayung Indonesia," katanya.
Sebelum meraih medali emas pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018 pada cabang olahraga Dayung Rowing LM8+, sudah banyak lomba-lomba dan even-even yang diikuti oleh Rio Risky dan meraih prestasi.
Antara lain POPNAS PPLP 2014 di Makasar meraih juara 4, POPNAS XII di Jawa Barat 2015, meraih 1 perak, Kejurnas Dayung antar- PPLP/PPLPD 2015 di Ambon, meraih 2 emas, PON XIX 2016 di Jawa Barat meraih perunggu, South East Asian Rowing Federation (SEARF) di Vietnam 2017 meraih perak.
Dia juga meraih emas pada ASIAN Rowing CUP di Palembang tahun 2017, serta dua emas di ASIAN CUP II di Singapura tahun 2018.
Rio Risky merupakan alumni SMANOR Tadulako Palu tahun 2017, SMP 6 Sigi (2014), SDI Tompi Bugis (2011). Dia membuktikan bahwa segala keterbatasan yang dimilikinya, keterbatasan ekonomi keluarga, keterbatasan daerah Kulawi Selatan, Sigi yang tidak memiliki laut dan danau, keterbatasan akses, jauh dari perkotaan, bukanlah menjadi penghalang untuk mendayung semangat perjuangan sampai menuju kesuksesan.
"Semoga Rio Risky menjadi inspirasi dan semangat bagi anak-anak dan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH di Indonesia bahwa tidak ada yang mustahil selagi masih ada kemauan," ujar Aziz. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Agung yang memiliki modal Rp50.000 membeli 20 ekor ikan mas koki dan membuat kolam di dapur rumah orang tuanya.
Baca SelengkapnyaDi tengah keterbatasan, sosok Sukarno begitu menginspirasi di Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) XVII Solo 2024.
Baca SelengkapnyaMemulai perjalanan hidup yang tidak selamanya mulus, Evi tidak pantang menyerah.
Baca SelengkapnyaRifki Apriansyah diganjar Adhi Makayasa Bintara Polri di momen kelulusannya sebagai siswa.
Baca SelengkapnyaAtlet angkat besi Rizki Juniansyah blak-blakan kecewa pada pejabat Pemprov Banten.
Baca SelengkapnyaRio bertekad untuk tidak membandingkan pencapaian diri sendiri dan orang lain.
Baca SelengkapnyaAtlet disabilitas Indonesia berhasil menorehkan prestasi gemilang di ajang kejuaraan olahraga tingkat nasional maupun internasional.
Baca SelengkapnyaAnak seorang janda penjual gado-gado membuktikan bahwa latar belakang keluarga tidak menentukan nasib kesuksesan seseorang. Kini ia jadi seorang tentara.
Baca SelengkapnyaBerawal dari jualan penyetan dengan modal seadanya
Baca SelengkapnyaWalau berasal dari keluarga tak mampu, seorang prajurit TNI kini berhasil menyandang gelar doktor.
Baca SelengkapnyaAyah dari Rizki Juniansyah peraih emas Olimpiade Paris 2024, Mohamad Yasin menyampaikan perolehan medali emas ini merupakan kado untuk HUT RI.
Baca SelengkapnyaKesuksesannya menjadi bukti bahwa tekad, kerja keras, dan dukungan keluarga dapat mengalahkan segala keterbatasan.
Baca Selengkapnya