Menjawab Realita Profesi Masa Depan
Merdeka.com - Pada bulan Mei 2019, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas melaksanakan amanah Presiden Joko Widodo untuk Menyusun dan menerbitkan Visi Indonesia 2045 menuju 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Dalam kata pengantar Presiden, diantaranya dideskripsikan bahwa Indonesia pada 2045 akan menjadi negara maju dan salah satu dari 5 kekuatan ekonomi dunia dengan kualitas manusia yang unggul serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, kesejahteraan rakyat yang jauh lebih baik dan merata.
Saat ini, Indonesia tengah mengemban amanah Presidensi G20, di mana kesembilan belas negara ditambah Uni Eropa yang ada dalam forum lintas pemerintah ini menyumbang 90 persen dari produk bruto dunia, 75-80 persen dari perdagangan internasional, dua pertiga penduduk global serta separuh luas daratan dunia.
Berdasarkan data World Economic Outlook IMF 2022, Indonesia menempati urutan ke 15 untuk besaran produk domestic bruto (PDB) nominal, dan urutan ke 7 untuk besaran produk domestic bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) yang telah menyesuaikan dengan besaran biaya hidup di masing-masing negara.
-
Apa saja jabatan yang diduduki setelah kenaikan pangkat? Berikut daftar lengkap 31 pati Polri mendapat kenaikan pangkat dilantik Kapolri: 1. Komjen Pol Agung Setya Imam Effendi, Jabatan Pati Bareskrim Polri (Penugasan pada BIN)2. Komjen Pol Syahardiantono, Jabatan Kabaintelkam Polri3. Irjen Pol Atang Heradi, Jabatan Widyaiswara Utama Kepolisian Tk. I Sespim Lemdiklat Polri4. Irjen Pol Chuzani Patoppoi, Jabatan Widyaiswara Kepolisian Utama Kepolisian Utama Tk.I Sespim Lemdiklat Polri 5. Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto, Jabatan Kapolda Sumut6. Irjen Pol Suyudi Ario Seto, Jabatan Kapolda Banten7. Brigjen Pol Marwan Syukur, Jabatan Perancang Peraturan Kepolisian Utama Tk.II Divkum Polri8. Brigjen Pol Heny Sulistiya Arianta, Jabatan Pati Lemdiklat Polri (Penugasan pada Wantannas)9. Brigjen Pol Bambang Sentot Widodo, Jabatan Kasespimmen Sespim Lemdiklat Polri10. Brigjen Pol Supriyadi, Jabatan Kasespimti Sespim Lemdiklat Polri 11. Brigjen Pol Anthony Agustinus Koylal, Jabatan Widyaiswara Kepolisian Utama Tk.II Sespim Lemdiklat Polri12. Brigjen Pol dr. Yusuf Mawadi, Jabatan Sespusdokkes Polri13. Brigjen Pol Imam Thobroni, Jabatan Widyaswara Utama Kepolisian Utama Tk. II Sespim Lemdiklat Polri14. Brigjen Pol Agus Prianto, Jabatan Analis Intelijen Kepolisian Utama Tk. II Baintelkam Polri15. Brigjen Pol Onny Trimurti Nugroho, Jabatan Analis dan Advokasi Hukum Kepolisian Utama Tk. II Divkum Polri 16. Brigjen Pol Ricky Naldo Chairul, Jabatan Waketbinminwa STIK Lemdiklat Polri17. Brigjen Pol Budi Hermawan, Jabatan Widyaswara Utama Kepolisian Tk. II Sespim Lemdiklat Polri18. Brigjen Pol Totok Suharyanto, Jabatan Waketbidkermadianmas STIK Lemdiklat Polri19. Brigjen Pol dr. I Gusti Gede Maha Andika Jaya, Jabatan Karokespol Pusdokkes Polri20. Brigjen Pol Harry Kurniawan, Jabatan Auditor Sispamobvitnas Utama Tk. II Baharkam Polri21. Brigjen Pol Hengki, Jabatan Wakapolda Banten 22. Brigjen Pol Faizal Ramadhani, Jabatan Widyaswara Utama Kepolisian Tk. II Sespim Lemdiklat Polri23. Brigjen Pol Daddy Hartadi, Jabatan Agen Intelijen Kepolisian Utama Tk. II Baintelkam Polri24. Brigjen Pol Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, Jabatan Tenaga Dokkes Investigasi Kepolisian Utama Tk. II Pusdokkes Polri25. Brigjen Pol Arief Prapto Santoso, Jabatan Widyaswara Utama Kepolisian Tk. II Sespim Lemdiklat Polri26. Brigjen Pol Yusran Cahyo, Jabatan Karojianbang Lemdiklat Polri 27. Irjen Pol Winston Tommy Watuliu, Jabatan Pati Baintelkam Polri (Penugasan Pada BIN)28. Irjen Pol H. Nazirwan Adji Wibowo, Jabatan Pati Sahli Polri (Penugasan Pada Wantannas) 29. Irjen Pol Rizal Iriawan, Jabatan Pati Baintelkam Polri (Penugasan Pada BIN)30. Brigjen Pol Fransiscus Barung Mangera, Jabatan Pati Lemdiklat Polri (Penugasan Pada Otorita Ibu Kota Nusantara)31. Brigjen Pol Amazona Pelamonia, Jabatan Pati Baintelkam Polri (Penugasan Pada BIN)
-
Mengapa karyawan tidak dipromosikan? Tidak sedikit seseorang berada di zona nyaman, dan menjadi seorang 'job clinger'. Orang tersebut berada di satu pekerjaan dalam durasi yang panjang seperti di atas 3 tahun lebih.
-
Apa yang penting untuk sukses dalam karier? Berdasarkan informasi dari CNBC pada Rabu (13/11/2024), banyak pemimpin perusahaan yang mempertimbangkan cara berkomunikasi saat menentukan siapa yang pantas mendapatkan tanggung jawab besar.
-
Bagaimana cara naik pangkat? Setiap pangkat yang disandang oleh anggota Polri dapat naik satu tingkat lebih tinggi. Kenaikan pangkat tersebut biasanya terjadi ketika seorang anggota Polri diberikan penghargaan atas pengabdiannya dan prestasi kerja bersama dengan anggota Polri terhadap negara Indonesia.
-
Kenapa fokus itu penting dalam karier? Gimana kamu bisa produktif menyelesaikan banyak pekerjaan yang ada kalau fokus menyelesaikan satu tugas aja nggak bisa?
-
Mengapa etos kerja penting dalam karier? Dalam era persaingan kerja yang semakin ketat, etos kerja menjadi elemen penting yang berkontribusi terhadap keberhasilan karier individu. Selain keterampilan dan pengetahuan, banyak perusahaan saat ini menjadikan etos kerja sebagai salah satu kriteria utama dalam mengevaluasi karyawan.
Apabila merujuk kepada PDB ADHB, Indonesia sudah cukup dekat untuk berada di lima besar perekonomian dunia, namun jika merujuk kepada PDB nominal maka perjalanan Indonesia masih cukup panjang. Lembaga konsultansi terkemuka dunia, PricewaterhouseCoopers (PWC) pada tahun 2017 memprediksi bahwa PDB ADHB Indonesia pada 2030 akan mencapai peringkat 5 dunia dengan besaran sekitar USD5,42 triliun.
Apabila tolok ukurnya adalah pertumbuhan ekonomi dan masuknya Indonesia ke jajaran 5 besar perekonomian dunia, maka target untuk mencapai ini di 2045 tentu relatif sangat memungkinkan mengingat prediksi PWC bahkan menilai Indonesia sudah akan mencapainya di 2030 dan hari ini Indonesia telah berada di peringkat ketujuh.
Namun demikian, penulis dalam kapasitasnya sebagai wakil gubernur di Jawa Timur, provinsi dengan sumbangsih perekonomian kedua terbesar di Indonesia, menghadapi situasi pada 2020 dimana saat pandemic Covid-19 melanda, jumlah keluarga yang membutuhkan bantuan sosial teridentifikasi mencapai lebih dari 7 juta keluarga atau 54,91 persen dari total keluarga di Jawa Timur, terdiri dari 5 juta keluarga yang masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan 2,35 juta keluarga diluar dari DTKS.
Walaupun angka kemiskinan makro menurut data BPS pada bulan Maret 2020 adalah 11,09 persen, pada kenyataannya lebih dari separuh keluarga di Jawa Timur menunjukkan kerentanan yang besar dalam menghadapi goncangan perekonomian. Kondisi serupa tentunya turut dialami provinsi lain di Indonesia, sehingga menjadi sebuah bahan refleksi mengenai tantangan pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih merata.
Dunia tengah mengalami disrupsi yang luar biasa, terutamanya didorong oleh disrupsi teknologi yang merubah lansekap perekonomian. Pada tahun 2018, penulis dalam kapasitasnya sebagai bupati, mendapat kesempatan mewakili wilayah Asia untuk mengikuti Bloomberg Harvard City Leadership Initiative yang mengumpulkan 30 pemimpin kota di dunia.
Pada program tersebut, salah satu pembahasan utama adalah social mobility, di mana data menunjukkan bahwa probabilitas generasi saat ini untuk meraih pendapatan yang lebih baik dari orang tuanya berada pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan generasi sebelumnya.
Sebuah ironi tatkala justru akses kepada pendidikan menengah maupun tinggi menjadi semakin terbuka. Studi dari Raj Chetty et al di Stanford menunjukkan bahwa 90 persen dari orang yang lahir di tahun 1940-an memperoleh pendapatan yang lebih baik dari orang tuanya, sedangkan pada tahun 2016 di waktu penyusunan studi tersebut, bagi warga yang telah menyentuh usia 30, angka tersebut telah turun menjadi hanya sekitar 50 persen.
Gambaran tersebut seakan semakin nyata apabila kita melihat bagaimana guru-guru honorer yang merupakan lulusan universitas masih ada yang mendapat upah di bawah satu juta rupiah. Bahkan ada yang di bawah lima ratus ribu rupiah. Sedangkan pabrik atau perusahaan yang ingin merekrut pekerja tanpa kualifikasi pendidikan tertentu, jika merujuk kepada upah minimum yang berlaku bisa membayar berkisar dua hingga empat juta rupiah lebih.
Istilah ini seringkali disebut sebagai bifurcation, di mana pekerjaan kelas menengah yang diasosiasikan dengan pekerjaan kerah putih atau white collar jobs mulai menyusut, dan yang berkembang justru pekerjaan kerah biru atau blue collar jobs dengan kebutuhan kualifikasi pendidikan yang relatif lebih rendah, dan di sisi lain, juga lebih terbuka potensi pekerjaan yang membutuhkan kualifikasi sangat tinggi.
Pekerjaan yang membutuhkan kualifikasi di tengah-tengah atau di antara kedua kategori tersebut diproyeksikan akan terus menyusut. Dalam pembahasan penulis dengan koleganya, saudara Airlangga Pribadi, dosen dari Universitas Airlangga, kondisi ini turut dikaitkan dengan fenomena precarious middle class, atau kaum menengah yang justeru mengalami kesulitan hidup.
Hal terkait kondisi kelas menengah ini menjadi sangat penting karena dalam dokumen Visi Indonesia 2045, secara spesifik ditargetkan bahwa jumlah kelas menengah di Indonesia meningkat dari 85 juta jiwa (31,3 persen penduduk Indonesia) pada 2020 menjadi 223 juta jiwa (70 persen penduduk Indonesia) pada 2045. Definisi kelas menengah tentu perlu dikupas lebih lanjut, di mana secara pendapatan, sangatlah memungkinkan mereka yang melakukan pekerjaan yang diasosiasikan kerah biru justru bisa masuk kategori tersebut dari segi pendapatan.
Namun jika didalami lebih lanjut, kita akan turut menemukan mereka yang datang dari keluarga dengan orang tua yang bekerja di pekerjaan kerah putih sebagai eksekutif di lingkungan perkantoran atau korporat, justru mengalami kesulitan untuk mengakses pekerjaan atau profesi serupa dengan pendapatan yang sebanding. Bagi mereka, yang umumnya merupakan lulusan pendidikan tinggi, opsi untuk justru mengakses pekerjaan kerah biru demi memperoleh pendapatan yang memadai tentu tidak mudah untuk ditempuh.
Disrupsi teknologi informasi semakin menjadikan perusahaan ramping dan profesi yang bersifat administratif akan tergantikan karena digitalisasi. Di saat yang sama, perusahaan-perusahaan baru yang mendominasi lanskap start up justru bukan merupakan perusahaan raksasa dengan organisasi yang hirarkis sebagaimana di masa sebelumnya.
Impian menaiki tangga karir perusahaan dari mulai staf hingga menjadi manajer, general manager dan seterusnya, mulai tidak lagi relevan dengan kondisi masa kini. Kedepannya justru akan dibutuhkan lebih banyak wirausaha dibandingkan karyawan. Disamping itu, tren bekerja secara fleksibel, telah meningkatkan minat perusahaan untuk mengurangi rekrutmen karyawan, dan lebih mengandalkan pekerja lepas profesional atau professional freelancer.
Profesi seperti desainer, digital marketer, kreator konten, pengembang web, mulai banyak melibatkan pola kerja freelance. Generasi muda hari ini akan dituntut untuk tidak lagi hanya menyandarkan diri kepada harapan bekerja di sebuah perusahaan besar dan menaiki anak tangga karir, melainkan harus membangun jalur karir profesional sendiri dan mampu bekerja secara independen.
Untuk menjawab tren pekerja lepas atau sering diistilahkan sebagai gig economy (istilah yang dipinjam dari kegiatan panggung seniman yang sifatnya temporer), maka penulis dalam kapasitasnya sebagai wakil gubernur, bersama gubernur Jawa Timur, telah menginisiasi program Millennial Job Center (MJC).
Program ini mempertemukan talenta muda yang memiliki bakat dalam profesi digital seperti pengembang web, desain logo dan kemasan, desain grafis, fotografi produk, videografi, manajemen media sosial, kreator konten, digital marketing, dengan pelaku usaha sebagai klien, untuk mengerjakan proyek jangka pendek yang melibatkan transformasi digital UMKM.
Untuk memastikan terwujudnya on-the-job learning dan menjamin mutu, maka seorang mentor yang diambilkan dari talenta yang sudah lebih berpengalaman profesional akan dilibatkan untuk mendampingi proses pengerjaan proyek tersebut. Peran mentor bukan hanya untuk memberi pendampingan teknis, tetapi juga menempa karakter talenta dalam berkomunikasi dengan klien dan mengelola proyek secara mandiri dan bertanggung jawab.
Program yang dirintis sejak akhir 2019 tersebut kini telah memberdayakan ribuan talenta dan disaat yang sama, membantu transformasi digital bagi sekitar empat ribu pelaku usaha di Jawa Timur dalam menjawab lanskap ekonomi digital.
Dengan sumbangsih UMKM terhadap perekonomian Jawa Timur yang mencapai 57 persen, maka upaya mendorong transformasi digital UMKM dan mencetak talenta yang memiliki kompetensi dan etos kerja dalam bekerja di ekosistem freelance menjadi salah satu upaya untuk menjawab realita dunia kerja yang semakin berubah, dan merespon pola social mobility yang semakin menantang ke depannya.
Apabila terwujud UMKM yang tangguh dan talenta yang mumpuni, maka cita-cita menggenggam masa depan dan mewujudkan kelas menengah yang bermodalkan talenta akan semakin berpotensi kita capai bersama.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal ini menandakan pemberi kerja justru menekankan dan memprioritaskan keterampilan.
Baca SelengkapnyaAda juga karyawan yang memutuskan untuk mengundurkan diri setelah bertahun-tahun bekerja karena perubahan prioritas hidup.
Baca Selengkapnya40 Persen dari Gen Z lebih memilih menganggur dari pada bekerja di pekerjaan yang tidak mereka sukai.
Baca SelengkapnyaPerusahaan berpandangan jika generasi z belum siap bekerja.
Baca SelengkapnyaSebanyak 60 persen perusahaan merasa kurang cocok bekerja dengan generasi Z.
Baca SelengkapnyaMatangkan persiapannya biar career switch bisa optimal!
Baca SelengkapnyaTito Karnavian mendorong perubahan pola pikir (mindset) baru dalam hal digitalisasi pemerintahan.
Baca SelengkapnyaAnak muda masa kini kurang motivasi, atau inisiatif mereka kurang dari 50 persen.
Baca SelengkapnyaSangat penting pencari kerja untuk mengembangkan keterampilan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Jepang cenderung lebih memilih berkarir di sektor swasta.
Baca SelengkapnyaPerubahan yang terjadi antar generasi adalah hasil yang diminta dari pekerjaan.
Baca SelengkapnyaSejumlah pekerja Gen Z mengalami kesulitan dalam mengelola beban kerja.
Baca Selengkapnya