Catatan biker Youk Tanzil saat jelajahi alam liar Papua

Merdeka.com - Usia bukanlah halangan. Biker Youk Tanzil (60) berhasil memenuhi hasratnya menjelajahi alam Papua yang terkenal perawan pada awal Agustus ini. Pengusaha rumah produksi (PH) ini melakukan eksplorasi sisi liar alam Papua dengan sepeda motornya. Eksplorasinya dimulai pada 4 Agustus lalu dari Jayapura.

Sejatinya, jelajah ini baru permulaan. Bisa dibilang persiapan untuk ekspedisi sesungguhnya yang akan dilakukan segera. Namun, soal kesan tetaplah bernilai. Dia mengibaratkan perjalanannya menjelajahi Papua dengan sepeda motor, seperti mengungkap kecantikan seorang gadis. Youk pun menuliskan 'pengalaman gadis' ini dalam sebuah catatan perjalanan, yang dibagikannya kepada Merdeka.com. Berikut catatannya:

Papua ibarat Gadis Cantik

Adalah sebuah impian sejak lama bagi saya untuk menjelajahi sebuah pulau yang bisa dibilang masih perawan. Memiliki bentang yang luas dan keanekaragaman hayati yang sangat kaya, mulai dari ekosistem pantai hingga puncak dengan salju abadi. Itulah Papua.

Sebuah provinsi paling timur di Indonesia, meliputi bagian barat New Guinea dan beberapa pulau lainnya. Suatu kawasan keanekaragaman budaya dan biologi, hutan hujan dan pegunungannya dihuni oleh suku Melanesia asli dan beragam satwa liar termasuk kanguru pohon dan burung cendrawasih. Hiu paus berenang di tengah-tengah taman karang di Taman Nasional Teluk Cenderawasih, surga bagi penyelam di lepas pantai utara.

Saya telah mengendarai hampir separuh wilayah Republik Indonesia, hanya Kalimantan dan Papua yang tersisa. Namun, Papua memberikan pesona tersendiri. Bagai seorang gadis di usia belasan tahun, misterinya tersimpan rapat, serapat hutan hujan tropis di dataran tinggi dengan medan alam sulit. Serangan penyakit malaria mengintai setiap saat. Jauh lebih berbahaya daripada serangan Organisasi Bersenjata.

�Saya dan seorang juru kamera berangkat ke Papua untuk melakukan sebuah perjalanan praekspedisi atau advance team. Survei. Pergi ke Papua dengan sebuah tim yang lengkap memerlukan biaya besar. Kita belum tahu ada apa saja di Papua, gelap, tidak tahu mau bikin apa. Totally clueless," ujar ayah empat anak ini.

Dari hasil praekspedisi ini, saya berharap akhir tahun ini, kami bisa berangkat dengan tim lebih besar karena Papua sangat berbeda dari pulau-pulau lain di Indonesia. Kendala alam cukup berat, tidak semua jalan terhubung, dan pusat kebudayaannya tidak mudah dijangkau, serta tersebar dengan jarak jauh dengan medan cukup sulit. (mdk/sya)