Ketika Penyu Tersenyum Lebar di Perancak, Bali

Merdeka.com - Konservasi Penyu Kurma Asih di Perancak, Jembrana, Bali, tampil semarak pada Jumat pagi (29/7). Baliho-baliho Daihatsu warna merah dipasang di pinggir jalan desa.

Gapura indah khas Bali menyambut sejumlah undangan dan media termasuk merdeka.com. Langit biru nan cerah seakan menyapa kami di konservasi penyu yang dirintis pada 1997 lampau.

Di pinggir pantai, ratusan anak penyu (tukik) dilepasliarkan sambil melakukan kegiatan bersih-bersih pantai. Konservasi penyu Perancak sendiri istimewa bagi Daihatsu. Lantaran konservasi Perancak termasuk konservasi penyu pertama yang dibantu Daihatsu pada 2011.

Ya pagi itu, PT Astra Daihatsu Motor (ADM) membuktikan komitmen dan tanggung jawab sosialnya terhadap penyu selama 12 tahun. Program corporate social responsibility (CSR) dengan pilar Hijau Bersama Daihatsu di bidang keanekaragaman hayati, yakni Penyu untuk Indonesia.

Daihatsu bersama Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI melakukan aksi kolaborasi "Program Penyu untuk Indonesia". Aksi dilakukan untuk memperingati Coral Triangle Day 2022 dan mendukung Bulan Cinta Laut.

Acara semakin meriah karena Daihatsu Indonesia mengajak para pelanggannya melalui perwakilan Sahabat Klub dan para siswa dari SMK binaannya di Bali.

Indonesia Habitat Penyu Dunia

©2022 Merdeka.com

Sri Agung Handayani, Marketing Director dan Corporate Planning & Communication Director ADM, mengatakan Daihatsu mendukung kegiatan konservasi penyu di Indonesia sejak 2010. Hewan jenis reptil laut dengan nama ilmiah Chelonioidea terancam punah akibat meningkatnya sampah di laut. Sementara Indonesia sangat kaya dengan spesius penyu, karena dari 7 spesies penyu di dunia, 6 spesies berhabitat di Indonesia.

Dukungan ini juga dibangun dengan filosofi Daihatsu ingin menjadi seperti penyu, yang dikenal sebagai salah satu hewan purba yang selalu adaptif di berbagai zaman. Apalagi menurut para ilmuwan, penyu sudah ada sejak zaman jura, jutaan tahun lalu, tapi masih hidup sampai sekarang.

"Filosofi kegiatan penyu adalah penyu punya usia sangat panjang di atas 150 tahun. Value penyu adalah setia, karena saat dewasa penyu akan kembali ke tempat awal, tempat dilepasliarkan, untuk bertelur. Penyu perlu waktu 25-30 tahun untuk bertelur. Daihatsu ingin seperti penyu, setia dan kembali kepada kustomernya," ungkap Sri Agung di acara penandatanganan nota kesepahaman (MoU) perpanjangan kerja sama antara ADM dan KKP untuk kegiatan perlindungan penyu dan habitatnya, serta donasi sarana dan prasarana di Konservasi Penyu Kurma Asih, Perancak, Bali.

Hingga saat ini Daihatsu  mendukung 7 lokasi konservasi penyu yang dimulai dari Batu Hiu, Pangandaran, Jawa Barat, pada 2010. Kemudian Perancak, Bali (2011); Pulau Pramuka di Taman Nasional Kepulauan Seribu (2014); Pasir Jambak, Padang (2018); Pantai Binasi di Tapanuli (2019); Alun Utara, Bengkulu (2020); dan Jogosimo, Kebumen, Jawa Tengah (2021).

Secara total, Daihatsu telah menetaskan dan melepasliarkan lebih dari 400.000 tukik di 7 lokasi konservasi tersebut.

Sri Agung menegaskan, kegiatan ini komitmen Daihatsu menjaga kelestarian lingkungan, sejalan dengan program sosialnya di pilar Hijau Bersama Daihatsu di bidang keanekaragaman hayati, yakni Penyu untuk Indonesia.

"Kami berharap aktivitas ini dapat berkontribusi positif bagi lingkungan dan dapat menjadi sarana edukasi serta pariwasata yang edukatif,” pungkas Sri Agung.

Komitmen Besar Daihatsu

©2022 Merdeka.com

Hadir mewakili Kementeri Kelautan dan Perikanan RI adalah Muhammad Yusuf, sebagai Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

M Yusuf mengaku telah mengikuti program penyu untuk Indonesia dari Daihatsu sejak di Padang.

"Kegiatan Daihatsu mendukung konservasi penyu sangat strategis, sebab penyu adalah pengendali ekosistem laut. Selain kegiatan ini dapat membantu komunitas lokal," ujarnya menyanjung Sri Agung. 

©2022 Merdeka.com

Fasilitas Sarana dan Prasarana dari Daihatsu

Setelah penandatangan MoU perpanjangan kerja sama itu, beberapa media termasuk merdeka.com berkesempatan melihat langsung fasilitas yang dibangun oleh Daihatsu Indonesia di Konservasi Penyu Perancak.

Mulai dari gapura sebagai pintu gerbang konservasi penyu, ruang berkumpul (pendopo), kolam sentuh, dan sebagainya.

Secara infrastruktur, Konservasi Penyu Perancak tampil menarik. Tampak dikelola dengan baik sehingga siap menerima kedatangan turis atau orang-orang yang peduli terhadap kelestarian penyu. Sebuah restoran juga berdiri megah di tepi pantai, yang bisa dimanfaatkan untuk bersantap sehabis aktivitas melepasliarkan tukik misalnya.

Pak Anom dari Kelompok Pelestari Penyu di Perancak mengajak kami berkeliling melihat segala fasilitas sarana dan prasarana yang dibantu Daihatsu. Beberapa materi literasi tentang penyu dan Perancak tampil eye catching, selain informatif. 

"Perasaan saya campur aduk hari ini karena dukungan dari Daihatsu sejak konservasi penyu ini dibangun 11 Juni 1997," ujar Anom emosional.

Di pengujung acara, Sri Agung menegaskan komitmen Daihatsu untuk selalu mendukung konservasi penyu Perancak. Dengan latar belakang patung besar penyu yang sedang tersenyum lebar.  (mdk/sya)