Mobil listrik reduksi komponen otomotif dalam jumlah besar? Begini gambarannya
Merdeka.com - Era mobil listrik di Indonesia merupakan keniscayaan. Mengacu pada program pemerintah, maka era mobil hemat bahan bakar ini akan terjadi pada 2025. Saat itu diperkirakan 20 persen dari mobil yang dijual alias sekitar 400 ribu unit adalah mobil listrik.
Selain kabar baik dari sisi konsumsi bahan bakar minyak dan lingkungan, mobil listrik juga memboyong kabar tidak sedap. Terutama dalam hal pasokan komponen yang dikabarnya lebih sedikit dibandingkan mobil konvensional bahan bakar minyak. Seperti yang digambarkan oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Kukuh Kumara, Sekjen Gaikindo, pernah menjelaskan, satu mobil bermesin bensin memiliki sekitar 3.000 komponen di Indonesia. Sedangkan mobil listrik butuh komponen lebih sedikit, 600 komponen, karena faktor teknologi baterai, bobot lebih ringan, dan sebagainya. "Bisa dibayangkan dampaknya bagi industri komponen yang harus kehilangan lebih dari 50 persen komponen otomotif yang biasa diproduksi," ujar Kukuh pada Merdeka.com, baru-baru ini.
-
Kenapa mobil listrik semakin diminati? Di berbagai negara, termasuk Indonesia, mobil listrik semakin diminati karena keunggulannya yang ramah lingkungan dan efisiensi energi.
-
Mobil listrik apa yang jadi yang termurah di Indonesia? Saat ini mobil listrik baterai (BEV) termurah yang di Indonesia adalah Wuling Air ev.
Seperti apa gambaran tepat soal mobil listrik mereduksi komponen otomotif sehingga mengancam industri komponen lokal?
Wan Fauzi, Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil Menengah Komponen Otomotif Indonesia (Pikko), mengakui adanya reduksi komponen signifikan di mobil listrik dibandingkan mobil konvensional. Namun, di sisi lain, ada komponen baru yang muncul. Contoh, komponen otomotif yang hilang di era mobil listri, antara lain tangki bahan bakar, knalpot, dan sebagainya. Sedangkan komponen baru antara lain bracket di motor dan baterai mobil listrik.
Jadi secara umum, reduksi komponennya tidak banyak. Reduksi besar hanya terjadi di bagian mesin, sedangkan di bagian lainya masih banyak membutuhkan komponen.
"Dari sisi komponen, bisa berkurang memang, tapi juga bisa bertambah. Jadi ada transisi di sini. Namun, tidak mungkin reduksinya sebesar itu (tinggal 600 komponen), sebab ada komponen baru misalnya braket tempat baterai. Jadi kami tidak khawatir soal reduksi ini. Optimistis saja, mungkin yang berpengruh besar adalah industri komponen tier 1," ungkap Wan Fauzi, yang dijumpai usai diskusi bertajuk "Senjakala Industri Komponen Otomotif dalam Menghadapi Era Mobil Listrik di Indonesia" di Jakarta, Rabu (17/7).
Pikko memiliki 122 anggota industri komponen yang tersebar di Pulau Jawa.Sebagian besar adalah pemasok komponen di tier 2 dan 3, dengan rata-rata jumlah pekerja 50-200 pekerja. Sebagian besar merupakan pemasok komponen ke Astra Group, yang mengelola merek otomotif Toyota, Daihatsu, Isuzu, dan Peugeot di Indonesia. Sebagai anggota Pikko juga mengekspor komponen seperti ke Perodua dan Proton di Malaysia.
ilustrasi pabrik mobil © ppmindustries.co.ukWan menjelaskan, dari sisi teknologi, industri komponen lokal siap mendukung komponen untuk era mobil listrik di Indonesia. Namun, dari sisi komponen, pihaknya belum siap-siap amat, karena material komponen mobil listrik di Indonesia belum jelas gambaran. Misalnya, apakah sebagian besar komponennya berbahan metal, plastik, atau karet. Jika diketahui material komponennya, pihaknya bisa menyiapkan dari sisi produksi, seperti membuat dies dan jig-nya.
Maka itu, pihaknya berharap ada pemain lokal di era mobil listrik ini kelak, supaya memudahkan kerja sama dengan pihaknya. Sehingga industri komponen lokal makin berkembang, bukannya habis di era mobil listrik. Apalagi pihaknya mencoba menghindari ketergantungan dari satu pemain.
"Sekarang kami bertahan. Selain bikin komponen untuk pabrikan otmotif, kami juga bikin komponen siap dipakai untuk dijual ke aftermarket. Kami siap bersaing," ucapnya.
Sementara Putu Juli Ardika, Direktur ILMATE Kementerian Perindustrian, berpendapat ada 30 ribu komponen di mobil listrik, sedangkan untuk full mobil listrik mencapai 20 ribu komponen. Maka itu, mobil listrik membutuhkan komponen dalam jumlah banyak, dan bukan berkurang dibandingkan mobil konvensional.
“Kalaupun ada reduksi, jumlah komponennya tidak banyak,” ucap Putu di kesempatan sama.
Berdasarkan riset global Energy Technology Perspective 2017, mobil hybrid dan plug-in hybrid akan menjadi mobil paling laku di dunia pada 2040. Setelah itu, mobil fuel cell dan mobil listrik lah yang dominan.
“Jadi atas dasar riset itu, justru kebutuhan komponen mobil listrik bertambah di masa depan,” pungkasnya. (mdk/sya)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gairah Mobil Listrik di Tengah Lesunya Pasar Otomotif Indonesia
Baca SelengkapnyaSalah satu tantangan utama adalah minat masyarakat yang masih rendah untuk membeli mobil listrik bekas
Baca SelengkapnyaMerosotnya penjualan mobil di Indonesia punya banyak faktor mendasar, seperti karena penurunan daya beli dan ketertarikan pembeli.
Baca SelengkapnyaPenjualan motor listrik di Indonesia memang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaHarga jual mobil listrik bekas mengalami penurunan signifikan dalam beberapa waktu terakhir, menciptakan gelombang perhatian di pasar otomotif.
Baca SelengkapnyaInsentif mobil listrik Thailand menyebabkan kelebihan pasokan dan perang harga, berdampak negatif pada industri otomotif dan ekonomi.
Baca SelengkapnyaSalah satu tantangan utama adalah minat masyarakat yang masih rendah untuk membeli mobil listrik bekas
Baca SelengkapnyaHarga jual mobil listrik bekas mengalami penurunan signifikan dalam beberapa waktu terakhir, menciptakan gelombang perhatian di pasar otomotif.
Baca SelengkapnyaBaterai mobil listrik terbilang mahal dengan harga dapat menembus Rp500 juta. Yuk simak!
Baca SelengkapnyaPenurunan ini menjadi yang terbesar sejak pemerintah Jerman mengurangi insentif untuk kendaraan listrik pada Desember tahun lalu
Baca SelengkapnyaMobil Listrik Ramah Lingkungan Jadi Tren, Begini Cara Menghitung Pajaknya
Baca SelengkapnyaPro dan kontra terkait insentif mobil hybrid tak berhenti. Ini komentar Hyundai!
Baca Selengkapnya