Toyota Jepang terancam berhenti produksi bulan depan, ada apa?
Merdeka.com - Toyota di Jepang sepertinya harus berhenti beroperasi bulan depan karena masalah kekurangan stok baja.
Ya, kekurangan baja ini disebabkan oleh ledakan di pabrik Aichi steel, yang merupakan salah satu afiliasi Toyota, seperti yang dikutip dari Reuters (29/1).
Ledakan tersebut telah menghambat produksi dari baja dan mampu mempengaruhi dalam skala besar untuk produsen kelas dunia seperti Toyota. Pihak Toyota mengungkapkan bahwa perusahaan saat ini masih memiliki persediaan yang hanya cukup digunakan sampai 6 Februari mendatang.
-
Penjualan Toyota mana naik tahun 2024? 'Di Sumatra, penurunan terasa lebih signifikan dibandingkan daerah lainnya. Sebaliknya, Bali justru menunjukkan stabilitas dan bahkan mengalami peningkatan. Bali mungkin mulai pulih setelah penurunan yang drastis akibat pandemi. Selama dua tahun terakhir, Bali terus mengalami pertumbuhan,' ujarnya.
-
Bagaimana Toyota dominasi pasar otomotif Indonesia? Selain model Kijang, Toyota mampu mendominasi pasar Indonesia berkat model populer lainnya, seperti Avanza, Veloz, Rush, Agya, Calya, Yaris, hingga Fortuner.
-
Di mana mobil-mobil tersebut diproduksi? Para peneliti menemukan bahwa 99 persen dari kabin kendaraan yang diproduksi di Amerika Serikat sejak tahun 2015 mengandung bahan yang berpotensi menyebabkan kanker.
-
Toyota atasi penurunan penjualan? 'Bagi kami kan yang penting adalah membangun long term relation, bagaimana membangun hubungan yang baik dengan konsumen. Menjaga retensi, apakah itu bengkel, atau apa pun lah yang bisa kita lakukan. Karena kan modal kita adalah konsumen, yang kalau kita lihat beberapa tahun terakhir yang membeli mobil ya itu lagi-itu lagi,' ujarnya.
-
Di mana posisi Indonesia dalam volume produksi otomotif? Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, industri otomotif Indonesia berada di peringkat ke-11 dunia dari sisi volume produksi dengan 1,47 juta unit per tahun.
Setelah tanggal tersebut, Toyota akan memantau hasil produksi dari hari-ke hari dan menyesuaikan produksi mobil mereka.
Ledakan di pabrik Aichi terjadi pada 8 Januari lalu dan membuat jumlah kerugian yang tidak sedikit.
Padahal, di tahun 2016 Toyota ingin membangun 10,2 juta unit kendaraan yang akan disebar ke seluruh dunia. Ini adalah keinginan yang wajar, mengingat di tahun 2015 lalu, produsen asal Jepang ini mampu membuat sebanyak 10.15 juta kendaraan. Target kenaikan jumlah produksi cukup masuk akal. Toyota ingin menjadi produsen mobil terbesar di dunia empat kali berturut-turut.
Dengan adanya permasalahan ini, apa yang akan terjadi pada Toyota?
(mdk/ega)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Honda Motor akan menghentikan produksi kendaraan di pabrik provinsi Ayutthaya di Thailand, pada 2025
Baca SelengkapnyaPenurunan target ini menjadi sorotan, terutama mengingat semakin ketatnya persaingan di pasar EV
Baca SelengkapnyaProdusen mobil asal Jepang, Toyota berharap kasus kecurangan tes keselamatan anak perusahaannya yaitu Daihatsu, segera berakhir.
Baca SelengkapnyaProduksi Toyota di luar negeri turun 1,0 persen menjadi 495.492 unit
Baca SelengkapnyaSiapa Sangka Toyota Tetap Jadi Merek Terlaris Global Meski Penjualan Turun
Baca SelengkapnyaPerang mobil listrik di dunia makin nyata, setelah pabrikan otomotif terbesar kedua di dunia, Toyota, meningkatkan produksi EV jadi tiga kali lipat pada 2025.
Baca SelengkapnyaTantangan besar dunia otomotif makin menguat meski panca pandemi.
Baca SelengkapnyaPerang harga tengah berlangsung antara merek mobil Jepang dan merek lokal China.
Baca SelengkapnyaPerang harga tengah berlangsung antara merek mobil Jepang dan merek lokal China.
Baca SelengkapnyaSuzuki Motor Thailand Co. akan menutup pabriknya pada 2025 mendatang. Yuk simak!
Baca SelengkapnyaToyota memutuskan untuk menghentikan penjualan di Selandia Baru karena dianggap tidak ramah lingkungan. Yuk simak!
Baca SelengkapnyaToyota memangkas ribuan karyawan di pasar China. Akibat penjualan mobilnya menurun.
Baca Selengkapnya