Bank Syariah Indonesia Raup Laba Bersih Rp1,48 Triliun di Semester I-2021
Merdeka.com - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) meraup laba bersih sebesar Rp1,48 triliun sepanjang semester I-2021. Perolehan laba ini naik 34,29 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
"Laba bersih BSI tumbuh 34,29 persen (yoy) menjadi R 1,48 triliun di Juni 2021," kata Direktur Finance & Strategy BSI, Ade Cahyo Nugroho dalam konferensi pers, Jakarta, Jumat (30/7).
Selain itu, BSI juga berhasil menaikkan rasio profitabilitas. Hal itu ditandai dengan meningkatnya ROE (Return on Equity) dari 11,69 persen Juni 2020 menjadi 13,84 persen per Juni 2021.
-
Mengapa laba Bank Mandiri naik di tahun 2023? Kunci kesuksesan Bank Mandiri ini tak lepas dari strategi bisnis yang konsisten untuk fokus pada pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem serta didukung dengan strategi digitalisasi.
-
Bagaimana kinerja keuangan BSI? BSI juga membukukan pembiayaan yang solid yaitu Rp207,12 triliun. Selain itu, BSI berhasil menunjukkan pertumbuhan laba Rp4,26 triliun, atau bertumbuh signifikan 40,68%.
-
Apa yang dicapai oleh saham BBRI sejak IPO? Apabila mempertimbangkan stock split dan right issue, sampai dengan saat ini, tercatat saham BBRI telah naik 61,5 kali lipat apabila dibandingkan dengan saat IPO.
-
Apa yang BNI tingkatkan? PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp97.9 triliun di September 2023 kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
-
Kenapa saham BRI naik 61,5 kali lipat? Apabila mempertimbangkan stock split dan right issue, sampai dengan saat ini, tercatat saham BBRI telah naik 61,5 kali lipat apabila dibandingkan dengan harga pada saat IPO.
-
Bagaimana BRI mencapai skor ESG tinggi? Solichin menyampaikan bahwa BRI memahami pencapaian skor ESG yang tinggi bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan merupakan upaya berkelanjutan untuk memastikan mereka tetap berada di jalur yang benar dan memenuhi standar internasional.
Selama setengah tahun ini, aset BSI juga tumbuh 15,16 persen (yoy) menjadi Rp247,3 triliun dari sebelumnya Rp214,75 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) tetap tumbuh 16,03 persen menjadi Rp216,4 triliun dari sebelumnya Rp186,5 triliun.
Pertumbuhan tersebut didominasi oleh peningkatan dana murah melalui layanan jasa keuangan giro dan tabungan yang sebesar 54,81 persen dari total DPK. Hal itu menurunkan biaya dana atau cost of fund dari 2,78 persen pada semester I 2020 menjadi 2,14 persen pada paruh pertama tahun ini.
cahyo menjelaskan pertumbuhan DPK meningkat karena tingkat kepercayaan masyarakat ikut naik setelah merger bank syariah milik negara. Salah satu produk tabungan yang tumbuh signifikan yakni tabungan wadiah. Tumbuh hingga 25,71 persen dengan nilai mencapai Rp30 triliun.
"Tabungan wadiah ini tabungan yang tanpa bagi hasil. Angkanya sampai Rp 30 triliun, ini bentuk kepercayaan masyarakat kepada BSI," kata dia.
Penyaluran Pembiayaan
Penyaluran pembiayaan juga masih bisa tumbuh double digit di angka 11,73 persen. Cahyo menilai capaian ini lebih baik dari total kinerja perbankan nasional yang masih terkontraksi -2,19 persen.
Pada semester I-2021, bank syariah milik Himbara itu telah menyalurkan pembiayaan Rp161,5 triliun. Jumlah tersebut naik sekitar 11,73 persen dari periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp144,5 triliun.
"Pembiayaan ini tumbuh 11,73 persen. Ini lebih baik dari karena secara nasional pembiayaan masih negatif pertumbuhannya," kata Cahyo.
Porsi terbesar disumbangkan segmen konsumer yang mencapai Rp75 triliun atau setara 46,5 persen dari total pembiayaan. Adapun segmen korporasi sebesar Rp36,7 triliun atau sekitar 22,8 persen. Kemudian segmen UMKM yang mencapai Rp36,8 triliun setara 22,9 persen dan sisanya segmen komersial Rp10 triliun atau sekitar 6,2 persen.
Pada paruh pertama tahun ini, BSI pun tetap mampu menjaga kualitas pembiayaan yang positif. Terbukti dengan tren penurunan non performing financing (NPF) gross dari 3,23 persen pada semester I-2020 menjadi 3,11 persen pada enam bulan pertama tahun ini. Untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian, BSI juga telah mencadangkan cash coverage sebesar 144,07 persen sampai semester I 2021.
Hingga Juni 2021, nilai transaksi kanal digital BSI sudah menembus Rp95,13 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari transaksi melalui layanan BSI Mobile yang naik 83,56 persen (yoy). Jika dirinci, sepanjang Januari-Juni 2021, volume transaksi di BSI Mobile mencapai Rp41,99 triliun. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 109,82 persen (yoy). Hal ini didorong oleh jumlah user mobile banking yang menembus 2,5 juta pengguna. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam waktu 3 bulan, Bank Syariah Indonesia mampu meraup untung Rp1,71 triliun.
Baca SelengkapnyaPenerapan governance, risk, and compliance (GRC) yang kuat merupakan salah satu kunci BSI dapat menjaga kinerja positif
Baca SelengkapnyaSepanjang tahun 2023, BSI membukukan laba bersih senilai Rp5,70 triliun atau tumbuh 33,88 persen year on year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaSetelah merger, BSI berhasil mencapai target return on equity (ROE) di atas 18 persen, tepatnya 18,30 persen per Maret 2024.
Baca SelengkapnyaDI waktu yang bersamaan, BRI diketahui memiliki permodalan kuat dengan rasio laba terhadap modal atau return on equity (ROE) sehat hingga Semester I 2023.
Baca SelengkapnyaKeuntungan tersebut melesat 110,5 persen (yoy) dibandingkan perolehan laba bersih tahun 2022.
Baca SelengkapnyaPada September 2024, BSI mencatat pertumbuhan profit sebesar 21 persen.
Baca SelengkapnyaLaba bersih ini meningkat 17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca SelengkapnyaBSI menyabet penghargaan sebagai 'Bank Dengan Pertumbuhan Laba Tertinggi'.
Baca SelengkapnyaPasca publikasi Laporan Keuangan Kuartal I Tahun 2024, harga saham BRI terpantau mengalami koreksi signifikan.
Baca SelengkapnyaSepanjang tahun 2023 BNI meraup laba bersih Rp20,9 triliun, naik 14,2 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaKementerian BUMN mendorong BSI untuk menjadi pemain utama dan produsen dalam rantai pasok industri halal (halal value chain global).
Baca Selengkapnya