Dibanding Negara Regional, Rasio Kredit ke GDP Indonesia Masih Rendah
Merdeka.com - Industri keuangan di Tanah Air terus berkembang, terlebih dengan masifnya pertumbuhan teknologi. Industri keuangan kini tak melulu soal perbankan, namun juga muncul financial technology (fintech) yang gencar menyalurkan pinjaman ke masyarakat.
Meski demikian, rasio penyaluran kredit ke GDP Indonesia tercatat masih rendah dibanding negara lain. Ini juga berarti ceruk pasar penyaluran pinjaman masih terbuka lebar.
"Dibandingkan dengan negara lain di regional, Indonesia masih memiliki rasio kredit to GDP yang relatif lebih rendah," ucap Executive Director Luminor Financial Holdings Ltd, Kwan Yu Wen di Jakarta, Jumat (1/4).
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Siapa saja yang termasuk Bank Pemerintah di Indonesia? Daftar bank BUMN di Indonesia antara lain adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN.
-
Kenapa transaksi kartu kredit masih tinggi? Transaksi kartu kredit tetap tumbuh di tengah gempuran kemudahan kredit seperti layanan paylater. Berdasarkan data Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan Indonesia (SPIP) yang dirilis Bank Indonesia Kamis (18/1) nilai transaksi tunai kartu kredit pada November 2023 mencapai Rp34,356 triliun.
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
Melihat potensi ini, PT Adiwisista Daya Pratama sebagai perusahaan induk dari platform P2P Lending Danai.id berkolaborasi dengan Starland Axis Pte Ltd yang merupakan anak perusahaan dari Luminor Financial Holdings Ltd (LFHL) Singapura.
CEO Danai.id, Azhar Abdul Wahab berharap kerja sama ini bisa memberi efek positif terhadap industri keuangan di Tanah Air dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
"Kerja sama ini juga menghasilkan strategi bagi kami untuk lebih berkontribusi dalam meningkatkan inklusi keuangan dengan menjangkau pasar yang lebih luas di Indonesia," ucapnya.
LFHL adalah sebuah holding company yang tercatat di Singapore Exchange (SGX) dan memiliki lini bisnis di bidang keuangan digital yang saat ini telah beroperasi di Singapura dan Malaysia.
Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari rencana Luminor Financial Holdings Ltd. dan beberapa investor lainnya untuk memperkuat permodalan Grup Adiwisista khususnya dalam rangka pengembangan usaha Danai.id ke depan dalam bentuk pendanaan Pre-Series A.
Rasio Kredit ke GDP Baru Capai 35 Persen
Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Mirza Adityaswara menyebut bahwa rasio kredit perbankan terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai 35 persen saat ini.
"Bukan suatu angka yang besar, hanya 35 persen," ujar Mirza dikutip dari Antara, Kamis (31/3).
Meski demikian, dia menuturkan dalam sistem pembiayaan di Indonesia, peran sektor perbankan tersebut sudah merupakan yang paling besar dibanding lembaga lain, seperti dana pensiun, asuransi, lembaga pembiayaan, koperasi, dan lainnya.
Adapun dari total kredit perbankan tersebut, kredit konsumer tercatat mencapai sepertiganya atau sekitar 10 persen sampai 12 persen dari PDB.
Dia menjelaskan kredit konsumer perbankan meliputi kredit pemilikan rumah (KPR), kartu kredit, dan pembiayaan lainnya.Dengan demikian hal tersebut turut menggambarkan masih rendahnya pembiayaan perumahan melalui KPR di Indonesia, lantaran rasio kredit konsumer terhadap PDB yang juga masih belum signifikan.
"Jadi kalau kita bicara tentang pembiayaan perumahan di Indonesia antara kebutuhan memiliki rumah dengan pendanaan yang ada untuk mempunyai rumah, itu sebenarnya masih jauh," ungkap dia.
Maka dari itu, Mirza menilai pendanaan kepada masyarakat untuk memiliki rumah menjadi kebutuhan yang sangat besar bagi tanah air.
Sumber: Liputan6.com (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
UMKM merupakan tulang punggung ekonomi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPadahal, lanjut Jokowi, dukungan kredit perbankan amat diperlukan pelaku UMKM dalam menjalankan maupun mengembangkan skala bisnisnya.
Baca SelengkapnyaSalah satu pendorong pertumbuhan kredit pada September 2023 adalah kredit investasi yang tumbuh 11 persen yoy.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit tersebut menunjukkan kualitas kredit terjaga di tengah situasi global yang mengalami pelemahan.
Baca SelengkapnyaPembiayaan UMKM harus dipermudah, karena penyaluran kredit perbankan ke UMKM baru 21 persen dari total kredit yang ada.
Baca SelengkapnyaNPI pada triwulan I 2024 mencatat defisit USD6,0 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 tercatat tetap tinggi sebesar USD140,4 miliar.
Baca SelengkapnyaKesenjangan antara kebutuhan kredit masyarakat dan penyaluran dana dari institusi keuangan masih tinggi.
Baca SelengkapnyaAirlangga menyatakan, peluang Indonesia masuk ke jurang resesi sangatlah kecil.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi.
Baca SelengkapnyaKondisi industri perbankan tercatat cukup resilien dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) industri Perbankan sebesar 25,41 persen.
Baca SelengkapnyaOJK mencatat pertumbuhan kredit dan DPK melambat dibanding tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPer hari ini, penyaluran KUR baru mencapai Rp233,5 triliun.
Baca Selengkapnya