Ekonomi Beranjak Pulih, Bank Indonesia Pangkas Likuiditas Bertahap Mulai Maret 2022
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) akan mengurangi likuiditas perbankan secara bertahap pada tahun ini. Hal tersebut seiring dengan tren pemulihan ekonomi nasional yang terus terjaga hingga memasuki akhir kuartal IV-2021.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, kebijakan pengurangan likuiditas akan mulai dilaksanakan pada Maret 2022 mendatang. Antara lain dengan dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap.
"Normalisasi likuiditas secara bertahap melalui GWM tersebut dilakukan secara bertahap pada bulan Maret, Juni, dan September 2022. secara keseluruhan (kenaikan GWM) untuk tahun 2022 ini 300 basis poin untuk bank umum konvensional dan 150 basis poin untuk bank umum syariah dan unit usaha syariah," jelasnya dalam saat konferensi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Rabu (2/2).
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Kapan kinerja industri perbankan terjaga stabil? Di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan gejolak geopolitik global, kinerja industri perbankan Indonesia per Juni 2024 terjaga stabil,' jelas Mahendra Siregar dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (2/8).
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Bagaimana BNI menghadapi krisis? BNI terbukti tangguh dalam menghadapi krisis yang terjadi di tahun 1998, 2005, 2008, dan 2020. BNI melakukan berbagai transformasi bisnis digital untuk tetap bisa mengerek kinerja keuangan, salah satunya dengan membangun ekosistem digital nelayan.
-
Kapan BNI Sekuritas akan merevisi target harga BRI? Bahkan valuasi BBRI disebut menarik akibat adanya tren kenaikan suku bunga sehingga pihaknya akan kembali melakukan reviu.
Perry memastikan, kebijakan pengurangan likuiditas perbankan tersebut dilakukan secara bertahap dengan tetap memastikan kemampuan perbankan dalam melakukan penyaluran kredit pembiayaan kepada dunia usaha.
"Termasuk, partisipasi dalam pembelian SBN untuk pembiayaan APBN," imbuhnya.
Likuiditas Perbankan Aman
Dia menambahkan, adanya kebijakan pengurangan likuiditas ini tidak membuat likuiditas perbankan menyusut. Bahkan, masih lebih besar sebelum level pra-pandemi Covid-19.
Hal ini tercermin dari alat likuid terhadap dana pihak ketiga atau AL/DPK mencapai 35 persen pada saat ini. Padahal, AL/DPK terbesar pada sebelum Covid-19 berkisar di level 21 persen.
"Jadi, ini mengapa kenaikan GWM tidak akan membuat likuiditas berkurang. Bahkan, kembali ke normal aja enggak karena AL/DPK masih berlebih," tutupnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seiring pulihnya kondisi perekonomian nasional, memasuki paruh kedua di tahun 2023, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk kian optimistis.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Bank Indonesia masih berfokus pada penguatan stabilitas nilai tukar rupiah.
Baca SelengkapnyaDari angka tersebut disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp120,9 triliun, bank Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp110,9 triliun.
Baca SelengkapnyaIndustri perbankan melanjutkan tren pertumbuhan yang positif, dengan kredit tetap tumbuh double digit di bulan Februari.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia melihat inflasi di Amerika Serikat mendekati inflasi jangka menengah.
Baca SelengkapnyaSalah satunya dengan melakukan sinergi lintas kementerian/lembaga, termasuk dengan Bank Indonesia (BI) untuk insentif likuiditas.
Baca SelengkapnyaProyeksi Bank Indonesia tersebut didasarkan oleh tiga indikator utama, yakni perekonomian global cenderung melambat.
Baca SelengkapnyaTingkat inflasi hingga bulan Juli, sudah turun hingga angka 3,08 persen.
Baca SelengkapnyaSecara akumulatif kredit BRI yang direstrukturisasi karena pandemi tertinggi mencapai 30% dari total portofolio.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan proyeksi laba perbankan masih dapat tumbuh secara berkelanjutan, terutama setelah adanya kebijakan relaksasi moneter berupa penurunan BI Rate.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca SelengkapnyaPerry memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunganya selama 3 bulan kedepan secara berturut-turut hingga akhir tahun.
Baca Selengkapnya