OJK: Bank Syariah Siap Hadapi Kenaikan Suku Bunga BI
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate di level 3,5 persen selama 14 bulan berturut-turut. Meski demikian, sektor bank syariah tampaknya bakal tetap siap jika Bank Indonesia nantinya akan menaikkan suku bunga acuan.
"Data menjawab, bahwa kondisi perbankan syariah Insya Allah sangat siap, baik dari kondisi likuiditas, DPK, maupun dari penyaluran pembiayaan dalam menghadapi rencana kenaikan suku bunga BI. Semuanya masih managable," ujar Kepala Departemen Pengawas Bank Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jasmi dalam sesi webinar, Jumat (22/4).
Jasmi memaparkan, kesiapan itu terpancar dari likuiditas perbankan syariah dalam konteks risiko, permodalan, efisiensi, maupun penyaluran pembiayaan.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Kapan KPR BRI suku bunga berjenjang berlaku? Pasalnya, BRI menawarkan suku bunga berjenjang hingga 20 tahun yang berlaku mulai dari tanggal 1 Oktober 31 Desember 2024, lho.
-
Apa itu KPR BRI Suku Bunga Berjenjang? KPR BRI Suku Bunga Berjenjang adalah program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang ditawarkan oleh BRI dengan suku bunga yang berjenjang. Program ini memiliki suku bunga fixed rate pada tahun-tahun awal tertentu, kemudian suku bunga akan berubah pada tahun-tahun berikutnya.
-
KPR BRI punya suku bunga apa saja? BRI menawarkan suku bunga berjenjang hingga 20 tahun yang berlaku mulai dari tanggal 1 Oktober 31 Desember 2024, lho.
-
Kapan kinerja industri perbankan terjaga stabil? Di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan gejolak geopolitik global, kinerja industri perbankan Indonesia per Juni 2024 terjaga stabil,' jelas Mahendra Siregar dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (2/8).
-
Bagaimana BRI mempertahankan kinerja keuangannya? 'Kontributor utama penopang kinerja positif BRI tersebut diantaranya adalah penyaluran kredit yang tumbuh double digit, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan dana murah yang juga tumbuh double digit, kualitas kredit yang terjaga, serta proporsi fee-based income yang porsinya terus meningkat terhadap keseluruhan pendapatan BRI', jelas Sunarso.
Berdasarkan data yang dipaparkannya, share total aset perbankan syariah per Februari 2022 mencapai Rp 681,95 triliun. Jumlah itu setara 6,65 persen dari share total aset perbankan nasional yang sebesar Rp 10.249 triliun.
Di sisi lain, share dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah mencapai Rp 543,11 triliun, atau setara 7,23 persen perbankan nasional senilai Rp 7.515 triliun. Begitu pun untuk share pembiayaan yang disalurkan (PYD) bank-bank syariah per Februari 2022, yang mencapai Rp 423,46 triliun. Itu setara 7,18 persen dari perbankan nasional dengan nilai Rp 5.849 triliun.
"Angka-angkanya menunjukan masih begitu. Kecuali ada tantangan baru, kita juga enggak tahu ke depan bagaimana. Insya Allah, mudah-mudahan betul-betul siap," imbuhnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com (mdk/azz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Putusan mempertahankan suku bunga acuan ini dibuat untuk menjaga tingkat inflasi nasional agar terkendali, seiring pergolakan ekonomi di tingkat global.
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaKe depan tren penurunan suku bunga kebijakan negara maju khususnya Amerika Serikat terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaBank sentral mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DDR) di level 6 persen.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaPenurunan suku bunga ini bagian dari upaya penguatan dan stabilitas nilai tukar Rupiah untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaKeputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi pada sasaran 2,5±1 persen pada tahun 2024 dan 2025.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia juga terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk untuk menjaga stabilitas.
Baca SelengkapnyaPerry menjelaskan keputusan ini diambil agar tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen demi menjaga stabilitas Rupiah.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga ini bertujuan menjaga aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Baca Selengkapnya