1,1 Juta Vaksin AstraZeneca Kedaluwarsa Mei 2021, Ini Penjelasan Kemenkes
Merdeka.com - Masa simpan (shelf life) atau kedaluwarsa 1,1 juta vaksin Covid-19 AstraZeneca berakhir pada Mei 2021. Namun, hingga kini pemerintah belum mendistribusikan vaksin tersebut ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Padahal, berdasarkan rekomendasi organisasi kesehatan dunia atau WHO, rentang waktu penyuntikan vaksin AstraZeneca dosis pertama dan kedua 9 hingga 12 minggu.
Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan pihaknya sedang menunggu rekomendasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengenai ketetapan rentang waktu penyuntikan vaksin AstraZeneca dosis pertama dan kedua. Jika rekomendasi BPOM keluar, pemerintah segera mendistribusikan vaksin buatan Oxford tersebut.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Kapan waktu terbaik untuk melakukan imunisasi susulan? Dokter akan menilai waktu yang paling tepat untuk memberikan vaksin selanjutnya tanpa mengurangi efektivitasnya.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Siapa yang direkomendasikan untuk melakukan imunisasi? Selain itu, ibu hamil juga diingatkan untuk menjauh dari pasien cacar, karena infeksi ini dapat membahayakan janin yang ada dalam kandungan jika mereka terjangkit.
-
Kapan vaksin cacar api diberikan? Zostavax diberikan dalam satu dosis tunggal melalui suntikan dan direkomendasikan untuk orang dewasa berusia 60 tahun ke atas.
-
Bagaimana cara orang tua melanjutkan imunisasi anak yang terlambat? Orang tua tetap bisa melanjutkan imunisasi anak dengan langkah-langkah yang tepat sesuai panduan dokter. Dengan demikian, menjaga kesehatan anak tetap menjadi prioritas utama, dan imunisasi adalah salah satu cara efektif untuk mencapainya.
"BPOM bukan hanya mengeluarkan izin penggunaan darurat, tetapi juga mengatur tentang indikasi serta rentang waktu yang paling optimal untuk mendapatkan imunogenitas yang terbaik," katanya dalam konferensi pers, Selasa (16/3).
Nadia menuturkan, jika rekomendasi BPOM menyebutkan rentang waktu penyuntikan dosis pertama dan kedua 9 hingga 12 minggu, maka 1,1 juta vaksin AstraZeneca hanya digunakan untuk dosis pertama.
"Tentunya kita tidak akan menggunakan vaksin yang 1,1 juta ini untuk menunggu sampai penyuntikkan dosis kedua. Jadi kita akan berikan seluruhnya vaksin ini untuk penyuntikkan dosis pertama," ujarnya.
Sebelumnya, Nadia menegaskan penundaan distribusi vaksin AstraZeneca ke fasilitas pelayanan kesehatan bukan karena isu pembekuan darah. Melainkan, karena pemerintah sedang menunggu keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengenai kriteria kelompok penerima vaksin AstraZeneca.
"Kemenkes menunda dulu pendistribusian AstraZeneca ini dikarenakan pada kehati-hatian. Artinya, kami mengikuti apa yang menjadi arahan BPOM karena kita tahu BPOM bersama ITAGI dan para ahli sedang melihat kembali apakah kriteria-kriteria penerima vaksin yang tadinya sudah dikeluarkan yang ditujukan untuk penggunaan vaksin produksi Sinovac maupun Bio Farma ini juga akan sama dengan kriteria vaksin yang akan kita gunakan yaitu vaksin AstraZeneca," jelasnya dalam konferensi pers, Selasa (16/3).
Selain menunggu keputusan kriteria dari BPOM, Kemenkes juga sedang memastikan kualitas kemasan dan isi vaksin AstraZeneca. Nadia menyebut, pemerintah khawatir ada perubahan warna maupun bentuk vaksin AstraZeneca sebelum didistribusikan kepada fasilitas pelayanan kesehatan.
"Ini dipastikan dulu sebelum didistribusikan ke fasyankes tempat pelaksanaan vaksinasi. Jadi kita betul-betul menjamin dari segi mutunya," ucapnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Komnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaPemerintah mengimbau masyarakat untuk melakukan vaksinasi Covid-19 sampai dosis kelima atau booster ketiga.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaRencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaMulai Januari 2024, vaksinasi Covid-19 tidak lagi gratis alias berbayar.
Baca SelengkapnyaPenyiapan tempat karantina ini untuk mencegah penularan TBC di Indonesia.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca Selengkapnya