1.200 Sapi cari makan di TPST Piyungan Bantul
Merdeka.com - Warga Kelurahan Sitimulyo, Kabupaten Bantul, mengolah limbah sampah menjadi pakan ternak sapi. Setidaknya, sebanyak 1.200 sapi hidup di tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Piyungan tersebut.
Salah seorang pemilik sapi, Maryono, menjelaskan bahwa sebagian besar warga di kelurahan Sitimulyo berprofesi sebagai pemulung di (TPST) Piyungan. Di sela-sela pekerjaan memulung, mereka melepas hewan ternak sapi agar mencari makan sendiri di antara tumpukan sampah.
"Jumlah sapi 5 tahun lalu sudah mencapai seribu ekor. Tiap tahun mengalami kenaikan jumlahnya," ujar Maryono, Senin, (19/9).
-
Kenapa sate sapi Tugu Penceng pilih daging sapi? Pemilik warung sate Tugu Penceng menyatakan bahwa sejak awal, sang kakek yang merupakan perintis bisnis sengaja memilih daging sapi untuk bahan baku sate. Pasalnya, daging sapi cenderung tidak bau prengus seperti daging kambing.
-
Kenapa sapi di TPA Putri Cempo berbahaya? Sapi-sapi tersebut dinilai tidak layak konsumsi karena dagingnya mengandung timbal di atas ambang batas.
-
Bagaimana BBIB Singosari meningkatkan populasi sapi? Kementan melalui BBIB Singosari senantiasa berupaya meningkatkan populasi sapi melalui optimalisasi reproduksi inseminasi buatan secara masif dari tahun ke tahun.
-
Mengapa daging sapi Polmard dihargai sangat mahal? Menariknya, semakin lama proses pengasapan berlangsung, semakin tinggi kualitas dan harga daging tersebut. Satu kilogram daging sapi bagian rusuk yang diasapi selama 15 tahun dapat dihargai hingga USD 3.200 atau sekitar Rp51,7 juta.
-
Apa yang dilakukan sapi di TPA Putri Cempo? Mereka dengan bebasnya bisa makan sampah rumah tangga di tumpukan sampah yang menggunung.
-
Dimana sop tulang sapi banyak ditemukan? Dilansir dari laman Cookpad dan Fimela, berikut ini adalah kumpulan resep sop tulang sapi gurih nan lezat yang dapat Anda ikuti salah satunya.
Menurutnya, memelihara sapi dengan memberi makan dari limbah sampah jauh lebih menguntungkan. Berbeda halnya jika memelihara sapi dengan pakan rumput yang jauh lebih mahal terlebih saat memasuki kemarau.
Hal senada juga diungkapkan oleh warga dusun bendo, Sitimulyo, Piungan, Musri (60). Menurutnya, biaya memelihara sapi dengan dilepas di pembangunan sampah jauh lebih irit.
"Lebih irit ketimbang harus cari makan rumput, apalagi kalau kemarau harus beli rumput," ujar Musri, Senin (19/9).
Sapi makan sampah ©2016 Merdeka.com/hartanto rimbaMusri juga mengaku jika sapi akan lebih cepat besar jika memakan limbah sampah. Namun sapi-sapi tersebut dijual dengan harga lebih terjangkau sekitar 10-15 juta.
"Sapi-sapi di dini (TPST) memakan limbah makanan seperti sawi, wortel, apel, kulit melon, pepaya, semangka, nasi, dan lain-lain," ujarnya.
Meski demikian, menurut Musri, kadang kala sapi tersebut memakan limbah plastik. Sapi yang memakan plastik akan mengalami gangguan pencernaan.
"Karena makan plastik kadang-kadang pencernaannya tersumbat. Sapi bisa sakit lalu dijual murah," ujarnya.
Musri menjelaskan lebih lanjut, dirinya berharap agar pemerintah tetap mengizinkan aktivitas warga memelihara sapi di TPST. Keuntungan memelihara sapi tersebut sebagai bentuk kompensasi warga yang harus membeli air bersih karena sumber air sumur tercemar limbah sampah.
"Air sumur di desa sekitar TPST keruh tidak layak konsumsi. Kami harus membeli air untuk konsumsi, makanya kami memelihara sapi," imbuhnya.
Ia menjelaskan lebih lanjut, jika warga sekitar dilarang memelihara sapi di areal sampah, maka jangan membuang sampah di TPST Piyungan.
"Kalu nggak boleh melepas sapi di areal sampah, maka jangan buang sampah di sini (TPST Piyungan)," imbuh Musri (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski sudah berulang kali menjadi sorotan, masih ada saja sapi-sapi yang digembalakan di Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo Solo.
Baca SelengkapnyaIndah Permatasari bersyukur jika penjualan hewan kurban tahun ini mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaRencana ini menjadi bagian dari kebijakan pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang pengusaha sapi membelanjakan yang Rp1 miliar untuk membeli 30 ekor sapi.
Baca SelengkapnyaMelalui kerja sama tersebut, Luhut menargetkan harga daging sapi bisa di jual di bawah Rp100.000 per kilogram mulai Maret 2024 mendatang.
Baca SelengkapnyaBerawal dari protes warga, rumah potong hewan di Cilegon ini sulap limbah jadi pupuk organik.
Baca SelengkapnyaMuzani juga melelang sapinya yang berjenis PO mencapai berat 950 ton dan berhasil terjual dengan harga Rp 250 juta.
Baca Selengkapnya"Terpilih sapi Bule untuk kurban Presiden Jokowi. Sekarang lagi proses nego harga," ungkap DKPP Sumsel Rahmat
Baca SelengkapnyaPara penjual mengaku mengalami peningkatan penjualan hingga 70 persen.
Baca SelengkapnyaBisnis ini berawal dari hobinya suka memelihara kambing.
Baca Selengkapnya