14.756 Babi di Luwu Timur Sulsel Mati Diduga Terinfeksi Flu ASF
Merdeka.com - Dinas Pertanian dan Peternakan Luwu Timu mencatat 14.756 ekor babi mati diduga setlah terinfeksi virus flu babi Afrika atau ASF. Bahkan sebelumnya viral bangkai babi yang dibuang di drainase.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Luwu Timur, I Gusti Ngurah membenarkan terkait data 14.756 ekor babi meninggal karena positif terinfeksi virus ASF berdasarkan hasil uji laboratorium. Gusti menjelaskan secara populasi, ada 32.072 ekor babi di Luwu Timur.
"Iya, terinfeksi ASF atau virus flu babi. Dua hari terakhir tingkat kematiannya (babi) sangat signifikan," ujarnya melalui keterangan tertulisnya, Senin (15/5)
-
Kapan flu babi menjadi pandemi? Pandemi influenza H1N1 tahun 2009 yang dikenal sebagai 'flu babi' menyebabkan lebih dari 18.000 kematian di seluruh dunia.
-
Bagaimana video korban tersebar? Setelah handphone selesai diperbaiki, selang beberapa hari sejumlah rekaman video syur milik korban bersama seorang pria beredar di media sosial dan menjadi viral.
-
Mengapa sisa bangkai hewan ditemukan? Dr Russel meyakini, temuan sisa bangkai hewan di sejumlah lubang itu adalah bagian dari persembahhan terhadap dewa dan dewi dari masyarakat kala itu sebagai permohonan kesuburan dan panen sukses tanaman.
-
Apa penyebab wabah penyakit beri-beri? Wabah penyakit sudah bermunculan sejak pendudukan Belanda di Bumi Nusantara. Masalah ini membuat para pakar ahli di bidang kesehatan memutar otak untuk menemukan ramuan yang tepat untuk mengatasi wabah tersebut.
-
Bagaimana flu menyebar? Flu merupakan infeksi virus pada saluran pernapasan yang menyebar terutama melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), virus ini menyebar melalui tetesan kecil yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin, atau bahkan berbicara. Tetesan ini dapat terhirup oleh orang lain atau menempel pada permukaan seperti gagang pintu atau meja. Jika seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh hidung, mulut, atau mata mereka, kemungkinan besar mereka akan tertular flu.
-
Mengapa kejadian ini viral? Video penemuan tersebut dibagikan di platform Douyin (media sosial China) dan menarik perhatian publik.
Banyaknya babi yang mati karena terinfeksi flu ASF, peternak babi sampai kebingungan, sehingga muncul video bangkai babi berada di drainase pertanian. Rencananya, Pemkab Luwu Timur akan membuat lahan yang digunakan untuk mengubur babi yang mati.
"Kita siapkan lahan untuk ditempati kubur karena angka kematian diperkirakan akan terus bertambah. Babi yang terinfeksi ini sudah merata di sejumlah wilayah di Luwu Timur," tuturnya.
Gusti membeberkan di Kecamatan Tomoni Timur, ada 8 ribu ekor babi yang mati dalam sehari. Selanjutnya, di Kecamatan Mangkutana mencapai 1.500 ekor.
"Awalnya, babi-babi ini mengalami diare, demam, dan kehilangan nafsu makan. Hewan yang sudah tertular kemudian akan mati dalam waktu 6-20 hari," bebernya.
Gusti menceritakan kasus ini diketahui berawal saat babi dari daerah lain dibawa ke Luwu Timur pada bulan April 2023. Namun, ia memastikan virus ini tidak menyebar ke manusia dan hewan lainnya.
"Penularan ke hewan lainnya tidak. Targetnya adalah sesama babi, ke manusia pun tidak," ungkapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel Nurlina menjelaskan virus ASF tidak hanya terjadi di Kabupaten Luwu Timur, tetapi juga ditemukan di Gowa. Ia mengaku kasus ini pertama kali terdeteksi pada bulan November 2022 di Kabupaten Gowa.
"Ada 4 ribu ekor babi yang dilaporkan mati karena terinfeksi flu babi Afrika. Kemudian di Luwu Utara ada 4.529 ekor babi juga mati," sebutnya.
Nurlina menambahkan saat ini baru mendapatkan data sekitar 10 ribu ekor babi terinfeksi virus ASF. Data tersebut berdasarkan hasil Laboratorium Balai Besar Veteriner Maros.
"Populasi babi di Sulsel cukup tinggi dan terbanyak ada di Kabupaten Toraja Utara dengan total 452.677 ekor. Disusul Tana Toraja 346.710 ekor, Luwu Utara 452.677 ekor, Gowa 25.421 ekor, Luwu 15.899 ekor, Pinrang 7.164 ekor, Maros 3.274 ekor, Palopo, 869 ekor dan Wajo 440 ekor," pungkasnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
situasi penyakit hewan terkini mengindikasikan peningkatan jumlah ternak babi yang sakit dan mati di Kecamatan tersebut.
Baca SelengkapnyaMasuknya virus flu babi ke Sulut karena ada unsur kelalaian manusia yang membawa ternak babi masuk ke Sulut melalui jalan tikus.
Baca SelengkapnyaBabi milik warga bernama Mama Fransina Nesimnasi disembelih keluarga pada Senin (17/7). Padahal sejak Sabtu (15/7) lalu, babi itu sudah kelihatan sakit.
Baca SelengkapnyaTotal ada 13 sapi milik warga yang mati secara mendadak.
Baca SelengkapnyaHasil tracking Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng tidak ditemukan kasus penularan dari hewan ke manusia yang terjadi di Wonogiri.
Baca SelengkapnyaKorban antraks ikut menyembelih dan memakan sapi yang sudah mati.
Baca SelengkapnyaPeneliti mengidentifikasi total 125 spesies virus saat meneliti ratusan ekor hewan yang mati di peternakan bulu.
Baca SelengkapnyaJasad bayi itu sudah dimakamkan di pemakaman keluarga H. Uspu Dusun Kampung Beru.
Baca SelengkapnyaKambing-kambing ini ditemukan sudah tak bernyawa dengan kondisi mata tercongkel dan kaki terpotong.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini, Pemkab belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit antraks.
Baca SelengkapnyaKepada peternak, apabila ada ternak yang muncul gejala LSD, diimbau untuk segera dilakukan vaksinasi.
Baca SelengkapnyaSaat ada hewan ternak mati mendadak, masyarakat iuran untuk membeli hewan ternak tersebut. Kemudian hewan ternak itu disembelih dan dagingnya dibagikan.
Baca Selengkapnya