2 Penumpang Malaysia Airlines ilegal, isu terorisme berembus
Merdeka.com - Isu terorisme mulai dikait-kaitkan dengan peristiwa hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 di Laut China Selatan. Isu itu berembus setelah muncul berita bahwa dua penumpang pesawat jenis Boeing 777-200 itu diduga membeli tiket memakai paspor curian, atau paspor ilegal.
Dua penumpang itu adalah Luigi Maraldi (37), warga Italia dan Christian Kozel (30), seorang warga negara Austria. Dua nama ini masuk dalam daftar manifest penumpang yang ikut dalam di dalam pesawat nahas itu.
Seperti dilaporkan Koran South China Morning, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Italia, mengatakan tidak ada warganya yang naik pesawat itu. "Dia telah melaporkan paspornya dicuri Agustus lalu," ujarnya.
-
Di mana pesawat jet itu hilang? Pesawat itu hilang di daerah danau 50 tahun lalu.
-
Dimana MH370 diperkirakan hilang? Untuk studi mereka, Kadri dan rekan-rekan timnya menganalisis data dari stasiun hidroakustik di wilayah di mana MH370 diyakini telah hilang – dengan fokus pada Cape Leeuwin di Australia Barat dan Diego Garcia, sebuah pulau di Samudra Hindia.
-
Kapan pesawat jet itu hilang? Pesawat menghilang tak lama setelah berangkat dari Burlington pada 27 Januari 1971, dalam perjalanan menuju Providence, Rhode Island.
-
Kenapa polisi belum bisa pastikan motif pembunuhan? Awaluddin mengaku belum bisa memastikan kasus tersebut apakah pembunuhan atau perampokan. Ia menegaskan saat ini personel sedang melakukan penyelidikan.
-
Bagaimana bom itu hilang? Pada tanggal 5 Februari 1958, dua pesawat jet milik Angkatan Udara, bertabrakan. Salah satu pesawat tersebut membawa bom termonuklir Mark 15, karena peristiwa ini kemudian bom tersebut hilang dan belum ditemukan sampai sekarang.
-
Bagaimana para peneliti mencari jawaban tentang MH370? Dalam upaya mereka mencari jawaban, para peneliti dari Universitas Cardiff mengambil pendekatan baru: menggunakan mikrofon bawah air – yang disebut hidrofon – yang menangkap gelombang suara dan perubahan tekanan di lautan.
Demikian pula Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Austria, Martin Weiss. Dia menegaskan bahwa nama yang terdaftar di manifest cocok dengan paspor seorang warga Austria yang dilaporkan dicuri dua tahun lalu di Thailand.
Weiss tidak akan mengonfirmasi identitas, meskipun situs web Inggris Daily Mirror menamainya sebagai Christan Kozel.
Ketika sanggahan itu muncul, CNN segera mewawancarai seorang pejabat intelijen AS. Pejabat itu mengatakan sudah mendengar laporan tentang hilangnya paspor dua orang karena dicuri dan digunakan oleh penumpang Malaysia Airlines.
Namun pejabat itu mengaku belum menemukan indikasi terorisme. "Belum ada hubungan dengan terorisme. Walaupun itu tidak berarti definitif. Kami masih melacak," kata pejabat intelijen AS itu kepada CNN.
New York Time pun meramaikan isu ini dengan mewawancarai pejabat senior intelijen Amerika Serikat. Pejabat itu mengatakan lembaga penegak hukum dan intelijen sedang menyelidiki masalah ini. Namun, kata dia, sejauh ini mereka tidak memiliki petunjuk .
"Pada saat ini, kami belum mengidentifikasi ini sebagai aksi terorisme," kata pejabat itu, yang berbicara tentang kondisi anonimitas karena penyelidikan terus. "Meskipun masalah paspor dicuri menarik, mereka tidak seharusnya mengatakan kepada kita bahwa ini adalah tindakan terorisme."
Sementara itu, soal isu terorisme ini, Kepala Eksekutif Malaysia Airlines, Ahmad Jauhari Yahya, kepada wartawan di Bandara Internasional Kuala Lumpur pada Sabtu malam mengatakan tidak mengesampingkan masalah apapun. "Sejauh yang kami ketahui sekarang, itu hanya laporan."
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski begitu, ia memastikan hingga kini belum ada peningkatan eskalasi ancaman teroris di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDensus 88 pastikan dua tersangka terduga teroris di Jakbar tidak ada kaitannya dengan teroris HOK yang ditangkap di Batu, Malang
Baca SelengkapnyaSekalipun dua terduga teroris yang ditangkap berafiliasi jaringan Daulah Islamiyah atau ISIS, dipastikan tidak berkaitan dengan event atau kegiatan nasional.
Baca SelengkapnyaDirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengklaim tiga anggota Polri tersebut tidak berkaitan dengan teroris DE.
Baca SelengkapnyaIa menyebut, dua orang terduga teroris yang diamankan itu yakni dari Sulawesi Tengah dan Jawa Tengah.
Baca Selengkapnya