22 Tahun jadi pemungut sampah, Mbah Sujito dapat penghargaan
Merdeka.com - Pagi-pagi benar Sujito Mediwiratno (74) sudah beranjak dari tempat tidur. Dia segera mandi, sarapan seadanya lalu mulai menyiapkan gerobak sampahnya. Pukul setengah tujuh pagi dia sudah menarik gerobak sampahnya dari rumahnya di Janti, menyusuri gang-gang di Janti dan Nologaten, Yogyakarta mengambil sampah-sampah rumah tangga dari rumah ke rumah.
Pekerjaan memungut sampah tersebut sudah dilakoninya selama 22 tahun lebih. Karena dedikasinya itu, hari ini dia pun mendapat penghargaan sebagai pengumpul sampah terlama dalam peringatan bulan Peduli Sampah, Yogyakarta.
"Saya senang dapat penghargaan ini, dapat uang pembinaan juga, nanti untuk keluarga saya," kata Sujito seusai mendapat penghargaan pemerintah Provinsi DIY di lapangan Denggung, Sleman, Sabtu (21/2).
-
Kenapa warga Sarijadi mengolah sampah? Kegiatan ini dilakukan guna mengurangi penumpukan di tengah kondisi darurat sampah yang dialami Kota Bandung.
-
Dimana aksi membersihkan sampah dilakukan? Mereka membersihkan area sekitar 400 meter dari titik awal pembersihan.
-
Apa yang dilakukan warga Sarijadi untuk mengatasi sampah? Mengolah sampah yang sulit terurai menjadi aktivitas rutin warga di wilayah Sarijadi, Kota Bandung, Jawa Barat.
-
Kenapa Pemkab Sleman harus atasi masalah sampah? Permasalahan yang sering muncul, biasanya sulitnya mencari lokasi untuk tempat pengolahan atau pembuangan akhir sampah (TPA), kapasitas TPA, sampai munculnya penolakan masyarakat sekitar TPA akibat dampak yang ditimbulkan, seperti bau tidak sedap, dan pencemaran lingkungan.
-
Apa yang sedang terjadi di Jogja terkait sampah? Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan masih ditutup dan akan terus berlangsung dalam beberapa hari ke depan.
-
Bagaimana sampah di Banyumas diolah? Sampah organik mereka pisahkan untuk dijadikan maggot atau larva dari lalat yang bisa digunakan sebagai pakan ternak. Sedangkan sampah anorganik diolah menjadi berbagai produk seperti bahan bakar pabrik semen, paving blok, dan masih banyak lagi.
Sujito mengaku sudah menjadi pemungut sampah sejak tahun 1993. Saat itu dia tergerak untuk secara sukarela memunguti sampah karena prihatin melihat sampah-sampah yang tak terurus di lingkungannya. Dia pun kemudian meminta izin kepada ketua RT tempat tinggalnya untuk memunguti sampah.
"Kemudian saya dapat bantuan, dibuatkan gerobak dari RT. Saya tergerak hati menjadi semakin semangat," ujarnya.
Dari memungut sampah tersebut, dia mendapatkan uang dari masing-masing rumah yang dia pungut sampahnya. Meski tidak banyak, namun uang tersebut cukup untuk menghidupi keluarganya.
"Anak saya ada tiga sudah menikah semua. Kalau sekarang ya uang untuk biaya sehari-hari, kadang dapat 1,5 juta perbulan, kadang kurang," ungkapnya.
Meski fisiknya sudah lemah termakan usia, namun sampai saat ini dia terus menarik gerobaknya keliling kampung.
"Cuma kalau hujan itu yang membuat susah, gerobak jadi susah, kedinginan, untungnya selama ini saya enggak pernah sakit," tuturnya.
Dia berharap pemerintah lebih memperhatikan para pemungut sampah seperti dirinya. Terutama soal kesehatan.
"Kalau bisa kalau sakit bisa berobat gratis, kalau bisa dibantu juga ada gerobak pakai matik atau pakai remot," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak muluk-muluk, di usia senjanya ia ingin menyaksikan Kota Bandung yang bersih dan indah seindah julukan Kota Kembang
Baca SelengkapnyaPria ini merasa capek dan kesal lantaran banyak orang yang membuang sampah di pinggir jalan.
Baca SelengkapnyaKeberadaan TPS ini menjadi sumber rezeki bagi warga setempat.
Baca SelengkapnyaKisah kakek di Bandung yang jadi relawan kebersihan lingkungan kurang lebih 40 tahun lamanya.
Baca SelengkapnyaAksi seorang pemuda memberantas sampah di ibu pertiwi dipuji WNA.
Baca SelengkapnyaGubernur Jakarta, Soemarno Sosroatmodjo dijuluki sebagai Gubernur Sampah.
Baca SelengkapnyaViral petugas kebersihan sengaja buang sampah ke sungai sampai bikin pro kontra warganet. Simak ulasannya.
Baca SelengkapnyaLulus pendidikan Bintara Polri, sosoknya langsung disapa jenderal bintang dua.
Baca SelengkapnyaSetiap hari ia menabung seribu rupiah hingga Rp15 ribu.
Baca SelengkapnyaSetelah lulus SMA, Aji Saputra bingung mau melakukan apa. Akhirnya ia belajar pertanian dengan petani di desanya, kemudian memulai usaha pengolahan pupuk.
Baca SelengkapnyaHasil pembakaran sampah itu bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sementara asapnya bisa disuling menjadi pupuk cair.
Baca SelengkapnyaDia diketahui secara sukarela menjadi penggali kubur. Ternyata, hal itu telah dilakukannya selama lebih dari 20 tahun.
Baca Selengkapnya